Chereads / Maniac Sword And Maiden Body / Chapter 4 - Chap 4 : Jamuan dan Pedang Pertama

Chapter 4 - Chap 4 : Jamuan dan Pedang Pertama

Salam Semuanya, Irie disini. Sekarang aku berada di sebuah acara bangsawan Beneran suatu hal paling ku benci. Pertama menggunakan Gaun adalah hal paling menyebalkan. Aku beneran sulit bergerak, kedua ini sangat ramai diriku terbilang sangat melelahkan berbicara dengan banyak orang, dan ketiga adalah diriku merasa terancam, jika saja aku melakukan hal aneh ibuku pasti menghukum ku.

"Nyonya, bisa sedikit lebih sopan tidak." Salah satu pelayangkan terlihat memohon padaku

"Kamu juga tahu, bahwa aku ini selalu dimarahi oleh guru tata krama."

"Tetapi, kita ada di pesta Pangeran kedua dan ketiga loh."

Pangeran kah. Menurut informasi. mereka kembar, kemudian mereka seumuran dengan ku sekarang. Seharusnya ini menjadi pesta ulang tahunnya. Setidaknya mereka lebih tua 3 bulan dari ku. Walaupun begitu aku lebih tua secara mental dan jiwa. Aku seharusnya sekarang sudah kepala 4 atau mungkin 5 ahahaha.

Semua ruangan seketika berisik ketika pintu aula pesta terbuka. Disana terlihat seorang yang sekitaran umurku. Pria tampan dengan rambut Emas, rambut itu beneran gemerlap emas berkarat tertinggi. Aku bahkan yakin bisa menjual rambut emas itu dengan harga tinggi ke pegadaian.

Tentu semua orang berusaha mendekat ke pangeran tersebut. Tentu demi mendapat perhatian dari pangeran. terutama para gadis, entah karena ingin menjadi kenalan, atau bahkan nekat hanya untuk bersentuhan dengan pangeran.

tetapi beda dengan ku, persetan dengan hubungan antara bangsawan.

"Kue ini beneran manis."

Tentu hanya berdiri membuatku bosan, jadi aku memilih untuk mencari cemilan di tengah acara. Diriku adalah orang yang datang ke acara hanya untuk dapat makanan gratis. Apalagi ini pesta bangsawan, makanan pasti sangat nikmat.

"Nyonya kenapa tidak menyapa pangeran."

"Kenapa harus?"

"Nyonya."

Seketika aku firasat buruk datang padaku, tentu dengan melihat senyuman dari pelayanku. Dia terlihat menunjukan sebuah ide aneh di kepalanya. Aku yakin itu bukan kabar baik untukku.

"Nyonya, apa tidak lihat pinggan pangeran kedua itu?"

"Apa?"

"Sebuah pedang terbuat dari bahan langka loh. Menurut legenda itu terbuat dari hati naga, dan dilapisi oleh Kristal Energi Cahaya yang murni."

Seketika semangat pedangku langsung tertarik keluar. Sialan Mental anak kecilku tidak bisa menahan godaan atas pedang Keren.

Piring kaca yang berisi kue rasa stroberi yang ada buahnya tepat diatasnya aku langsung turunkan. benar tidak ada prioritas selain pedang, bahkan jika itu manisan ter enak di dunia.

Waktunya berangkat.

Tentu aku yang setengah sadar langsung melihat sosok pangeran tersebut. Aku bahkan rela menyimpan kue yang sedang kunikmati.

"Tunggu. Kamu dari keluarga Wallenberg kan."

Seorang wanita bangsawan dengan rambut gulung kue, Roll aku lupa sebutannya, tapi kalau suka nonton anime terkadang muncul kayak roll itu. Dia juga memiliki rambut emas. Entah kenapa rambut emas ini jauh lebih murah dari pada punya pangeran. walaupun begitu aku tidak kenal siapa dia, tetapi dari pakaian dia pasti memiliki pangkat lebih tinggi.

"Begitulah. Ada perlu apa?"

"Kau berniat menyapa Pangeran kan?"

Ohh seketika para pengikutnya datang. ini pasti istilah pembullyan itu. Tentu aku bisa memukul mereka dengan mudah, tetapi itu menarik perhatian. Entah kenapa aku merasa jika menarik perhatian, akan menyebalkan mari bahas di tempat lebih tenang.

"Tidak, aku hanya ingin melihat-lihat saja."

"Jangan bohong!"

"Baiklah, aku berniat begitu kok."

"Aku akan memberikan suatu pada mu, jika kamu tidak pergi ke pangeran."

"Beneran. Kalau begitu pedang, tentu bebas, mau kayu,murahan, bahkan karatan tidak masalah kok."

"Karatan, Kamu ini beneran bangasawan."

"Secara kasar namaku tertulis sebagai putri dari keluarga bangsawan loh. Tetapi kedua orang tuaku benaran melarangku."

"Ahh baiklah, selama kamu tidak menyapa pangeran akan ku kabulkan."

"Yeahhh, terima kasih Nyonya yang dermawan."

Aku langsung pergi dari sana. aku harus mencari tahu siapa dia, mungkin akan sangat berguna jika memiliki hubungan dengan dia.

Kesampingkan soal pangerang kedua, aku baru sadar tidak melihat pangeran ketiga, seharusnya dia datang juga. kenapa dia ada datang, atau dia tipe pemalu.

"Ahaha. Mana mungkin."

***

"Nyonya Alicia kenapa harus sampai melakukan itu."

"Kalian tidak tahu bahwa Keluarga Wallenberg memiliki hubungan dekat dengan keluarga kerajaan. Jika kita melakukan suatu padanya, Tidak ada kabar baik untuk kita loh."

Gadis dengan rambut kuncir tersebut langsung berbalik dan melihat Irie yang sedang berlari senang.

"Demi menghindari takdir kematian tragis." Ucap dari Alicia dengan suara yang rendah, layaknya dia tahu masa depan.

"Nyonya Alicia?"

"Maaf, aku hanya merasa tidak enak saja."

Wajah Alicia terlihat membiru setelah melihat wajah Irie, dia terlihat melihat sebuah sesuatu yang tidak boleh disentuh, tetapi apa yang bisa di buat oleh Irie yang sekarang.

"Maniak pedang itu harus ku hentikan, sebelum bilahnya menusuk jantungku"

***

"Lalala. Pedang, pedang akan datang kerumahku. Sial aku hampir lupa untuk menyamarkan nama ku."

Maid yang tadi merayu terlihat kecewa karena aku yang tidak berangkat menyapa pangeran kedua. Persetan dengan itu selama pedang dapat, melihat pedang akan menjadi prioritas kedua.

"Nyonya kenapa tidak menyapa Pangeran kedua."

"Tidak perlu, ada orang baik yang akan mengirimkan pedang untukku."

"Nyonya, sudah berapa kali mencoba pengiriman barang, tetapi tetap dilarang loh."

"Ayolah, ini demi mimpiku loh. Sekali saja."

"Nyonya ampuni saya."

"Aku percaya padamu."

"Baiklah Nyonya." Maid tersebut pasrah dengan ucapan percaya diri dari ku.

***

Sekarang adalah hari dimana pedang tersebut datang. Aku yang duduk di gazebo di salah satu tamanku. Disana juga terlihat pelayan biasaku datang sembari menuangkan teh. Tetapi satu hal yang sedikit mengejutkan, ada anak gadis yang seumuran dengan ku.

"Dia siapa?"

"Dia Putri ku."

"Putri?"

Aku kembali melihat wajah Pelayanku. Dia terlihat masih muda loh. Aku yakin dari wajahnya seharusnya masih 23 tahun sih. jangan bilang dia menikah di umur sangat muda. Tetapi pelayan seharusnya sulit loh untuk mendapat pasangan.

"Maaf boleh tahu umurmu berapa?"

"70 Tahun."

"EEHHHH? dengan wajah seperti itu."

Aku langsung melihat kembali wajah pelayanku, apa dia menggunakan sihir awet muda, apa wanita di dunia akan melakukan itu demi penampilan. Tida di dunia duluku juga banyak yang nekat demi penampilan cantik.

"Maaf lupa memberi tahu, aku ini seorang Half Elf."

"Begitukah, tetapi aku tidak melihat ciri khas Elf dari mu."

"Soal itu, aku hanya diberkahi mana yang banyak dan umur panjang saja."

Aku kembali melihat putri kecil dari Pelayanku, Dia memiliki rambut hitam sama seperti pelayanku, tunggu Telinganya, dia memiliki ciri khas Elf yang kuat banget, walaupun rambut hitam ras Elf sepertinya jarang di komik Isekai. Aku beneran tidak boleh membandingkan Isekai komik, dengan kehidupan ku.

"Yosh, Perkenalkan namamu." Aku menunjuk gadis tersebut dengan jari telunjuk.

"Edonai," Jawaban yang dingin. Dia tipe Kuudere.

"Perkenalan yang bagus, aku tidak mempermasalahkan tata krama panggil aja Irie."

"Baik Nyonya Irie."

"Edonai, panggil aku Irie."

"Baik Nyonya Irie."

"Irie Aja."

"Nyonya Irie aja."

"Edonai itu tidak sopan." Seketika ibunya langsung berbicara.

"Katanya dia tidak suka sopan santun, jadi aku begitu."

"Tetapi. tetap saja dia Nyonya loh."

"Tidak masalah Maid terpercayaku, Aku suka dengan sifatnya itu."

"Nyonya Irie, beneran seorang gadis?"

"Edonai, itu udah kelewatan loh."

"Tidak aku ini cowok tampan dan masculine."

"Kamu ini cewek. Jangan sok keren."

Ouhh, baru kali ini merasakan percakapan yang hidup. Aku harus berterima kasih pada Edonai bisa merasakan interaksi yang segar seperti ini. Tetapi ucapan tadi, sakit banget nusuk ke hati njir.