Chereads / Maniac Sword And Maiden Body / Chapter 2 - Chap 2 : Sihir adalah kunci

Chapter 2 - Chap 2 : Sihir adalah kunci

Sekitar sudah 3 minggu aku berlatih sihir. tentu hasilnya agak memuaskan walaupun jauh dari ekspektasi. Pertama aku yang memiliki kapasitas sihir yang rendah membuat pelatihanku menjadi pendek, kemudian sangat sulit mencari sihir dengan kapasitas sihir yang ku punya, ditambah guruku ini ahli dalam sihir elemen, diminta mengajari diriku yang non elemen.

Tetapi mari kutunjukkan apa yang sudah ku pelajari ke guru sihirku.

Oke, sekarang mari foku menunjukan momen keren. Pertama adalah Mana Needle, secara kasar hanya menembakan mana berbentuk jarum ukuran kecil.

"Untuk menguji mari tembak Mana Needle ke boneka jerami itu."

"Baiklah guru."

Kedua mengambil nafas dan mulai mengalirkan Energi yang disebut mana pada tanganku.

Biasanya Mana Needle adalah sihir kelas rendah, dan tidak berguna. tetapi untuk sekarang aku hanya bisa menggunakan Mana Needle dikarenakan jumlah manaku yang rendah. Bahkan aku hanya bisa menembakan 7 sampai 8 mana Needle.

"Mana Needle."

Sekarang mari jelaskan dampak yang bisa dibuat oleh Mana Needle pada umumnya. Pertama kekurang mana Needle adalah tidak memberi banyak Dampak, kerusakan hanya sebesar jarum tertusuk pada kulit. kedua Mana Needle tidak bisa terbang mengejar target, ketiga tidak akurat karena arah bisa berubah karena angin.

Walaupun begitu, aku yang berasal dari dunia lain. aku memiliki cheats kecil yang berguna.Yaitu pengetahuan dunia lain itu sendiri.

"Baiklah."

Aku langsung memadatkan jarum mana tersebut, kemudian putar jarum tersebut layaknya angin topan, semakin cepat, semakin bagus, ini akan membuat peluru bisa terbang lebih jauh layaknya senapan api.

*Phusshh.*

Sebuah angin mengalir dari tanganku sebuah tanda jarum yang kutembakan sudah melesat jauh.

"Ohhh. hasil yang bagus."

"Begitukah, hehehehe."

Akhirnya aku sadar akan kepribadian yang terbangun karena terlahir dari bangsawan. Entah karena dulu sangat jarang di puji, akhirnya sering dipuji membuat diriku senang dengan mudah. tetapi ini adalah kepribadian yang baru.

"Benar. berkat pengendalian mana yang bagus. Nyonya bisa membuat lubang pada boneka jerami."

"Yosh sesuai harapanku."

"Dengan kemampuan sihir ini, Nyonya bisa berangkat ke Academy Reinhardt."

"Tidak, ini belum cukup. aku ingin lebih lagi, Benar jika aku bisa menggunakan ini aku bisa menggunakan pedang. Mimpiku semakin terlihat."

"Nyonya benar-benar ingin memegang sebuah pedang?"

"Benar."

"Kenapa bisa begitu."

"Tentu karena sangat keren."

"Kenapa, bisa menjadi begitu tertarik dengan itu Nyonya.."

"Itu karena, Harta terpendam keluarga ini. Pedang yang terbuat dari sisik naga Api." Seketika mulutku mengeluarkan lendir yang tidak boleh keluar dari mulut seorang gadis.

***

Dulu sekitar umur 6 tahun aku yang berjalan sendiri di rumah ini. kemudian tersadar akan racun adiktif untuk diriku, layaknya sebuah obat-obat terlarang yang membuat jantungku berdebar kencang.

Benda itu awalnya menempel di tembok ruang makan. Pada Saat setelah makan aku langsung sadar bahwa ini adalah mimpiku di kehidupan kedua ini.

Bahkan kedua mataku langsung bercahaya, bukan bercahaya lagi mata ku sudah penuh bintang. Tunggu kenapa aku sadar akan itu, biarlah itulah yang kurasakan saat melihat pedang itu.

Detak jantungku langsung meningkat drastis, nafas yang mulai tidak terkendali, mata yang terbuka lebar karena melihat benda indah itu. sial aku ingin menyentuhnya, siapa saja yang disini bawakan mimpiku pada diri ini.

"Pelayan yang disana bawakan pedang itu bawaku."

Berlatih tata krama membuat diriku bisa berakting tenang dan membuat poker face. ada manfaatnya juga belajar tata Krama. Yahh padahal aku benci pelajaran ini, agak menyebalkan salah dikit langsung di pukul. Apa itu sudah kelewatan, tapi di dunia ku dulu sama sih, kayak habis hujan-hujannya, orang tuaku langsung menggunakan sandal karet.

"Nyonya tapi itu sangat berbahaya."

"Aku mohon."

Disaat ini aku menggunakan kecantikanku untuk pertama kali. walaupun agak memalukan, tetapi aku tidak menyesal karena aku bisa...

"Nyonya, Kali ini saja dan pegang secara hati-hati."

Setelah Pelayanku menurunkan pedang tersebut dan aku langsung memegang pedang tersebut.

Eheheheh, tentu apa yang harus kulakukan sekarang

RUN MANN!...

Aku langsung berlari tancap gas.

"Ouhhhh. Mantap sekali. walaupun berat tetapi aku bisa mengangkatnya dengan mudah."

Berlari dari kejaran maid, benar-benar melelahkan. tetapi aku tidak merasakan itu karena pedang tercantik ada disini. Mimpiku ada di genggamanku, semua ada padaku, sial aku terlalu banyak menggunakan kata "ku".

aku juga terus melihat seluk beluk pedang tersebut dengan mata bulatku. aku sadar pedang ini beneran tajam, itu hampir membuat jariku tersayat hanya dengan memegang bagian bilahnya.

Tetapi kebahagiaanku terhenti ketika ayahku muncul di depanku.

"Irie! Bukannya papa bilang jangan pernah memegang pedang tersebut."

"Ahh maaf."

Akhirnya diriku yang kalah cepat langsung ditangkap tanpa ada kesempatan menang

***

Mari lewat beberapa waktu. Sekitar 4 bulan sudah berlalu.

"Mana Knife."

Sebuah pisau biru yang terbuat dari mana murni. Bentuknya masih tidak seperti pisau pada umumnya. lebih seperti pisau pada zaman batu. Walaupun begitu ini hasil paling bagus untuk sekarang.

Baiklah dengan adanya pisau ini, dan dahan kayu dari depan pohon rumahku. waktunya membuat sebuah pedang kayu.

Pertama-tama aku mengikis dahan kayu tersebut. secara perlahan dan membuat bentuk pedang yang ku harapkan. benar secara perlahan secara pasti. Aku hanya perlu menarik dan memotong bagian yang perlu saja.

*Netnot*

Sialan kenapa suara itu berbunyi di atas kepalaku. Yah pada akhirnya seorang pemula mana mungkin bisa membuat pedang kayu hanya dengan dahan.

"Baiklah mari cari dahan lain."

Untuk informasi penting, sekarang aku bukan sedang di kamar mewahku dengan kasur mewah yang empuk, tetapi pada sebuah gudang tukang kebun. Orang mana lagi yang melakukan uji coba dikamar, dan uji coba itu dilarang oleh orang tuamu.

"Waktunya buat ulang."

*Netnot*

"Masih gagal."

Waktunya yang ketiga kalinya

*Netnot*

Sekarang aku berhasil membuat dari suatu yang kuharapkan. Tetapi aku tidak bisa lanjut karena jumlah mana ku yang sangat rendah. Aku sudah tidak bisa menggunakan Mana Knife. Ini jauh lebih lama dari yang kukira sih untuk Mana Knife.

Sial, sekarang diriku malah berharap punya cheat kayak di komik-komik. tunggu mungkin saja aku punya tapi belum sadar.

***

Diriku yang seorang wanita memerlukan kekuatan fisik lebih untuk mengangkat bermacam-macam pedang. Kemudian petarung jarak dekat juga perlu stamina dalam jumlah besar. maka dari itu aku selalu berlari pagi, tentu aku bilang pada orang tuaku semacam diet.

Mengeliling mansion yang sangat luas nya bukan main awalnya sangat melelahkan.

"Bahkan sampai sekarang masih sangat sulit."

Baju ku sudah sangat mudah di gerakan. Selain itu para Maid ikut mengejarku, tentu karena mereka takut pada kesehatan tubuhku.

"Aku harus membangun tubuhku sekarang. Sepertinya akan sangat menyebalkan jika sudah berumur 10 atau lebih. dikarenakan adanya Menstruasi."

Aku yang seorang lelaki dulu benar-benar tidak ingin mengalami itu. Sesuai pendengaran ku saat di kehidupan pertamaku, menstruasi benar-benar menyakitkan. bagian perut layaknya ditusuk, mungkin lebih kayak diputer perut itu. Bahkan saat darah keluar juga benar-benar mengerikan.

"Khuhh. Jika seperti itu. Olahraga makin sulit."

"Semangat diriku. Bangun stamina untuk menjadi Swordmaster."

"Nyonya jadi ini alasan berlari."

"Jangan beritahu papa dan mama."

"Nyonya mohon ampun."

Tentu berlari tanpa henti benar-benar melelahkan, tetapi ini akan jadi hal penting di masa depan nanti. Semua usahaku demi mengumpulkan pedang keren dan menggunakanya layaknya seorang Kesatria.