menghilang tanpa kabar?
"Iya, Nona. Mungkin sebentar
lagi dia akan sampai di ruang
CEO," jawab Trisha memberikan
informasi.
Perut Rose mendadak terasa
mulas. Jujur ia tidak tahu
bagaimana harus bersikap kepada
Luke Brown. Tapi Rose teringat
pesan dari Denzel ketika pertama
kali dia datang ke perusahaan.
"Jika ada staf atau manajer
bertanya, Nona bisa menjawab
bahwa Nona adalah sekretaris
magang untuk Miss Black. Saya
sudah menyiapkan identitas
penyamaran Nona dalam
database karyawan."
Perkataan Denzel membuat
Rose tenang. Denzel sangat sigap
mengantisipasi semua
kemungkinan yang ada, termasuk untuk kejadian tak terduga
semacam ini. Dan kini ia akan
menggunakan cara yang diajarkan
Denzel untuk menghadapi Luke.
Rose mematikan laptop dan
membereskan berkas di mejanya
agar tidak menimbulkan
kecurigaan. Dengan tergesa-gesa
ia keluar dari ruangan CEO.
Namun tanpa sengaja ia malah
membentur tubuh tegap seorang
pria di ambang pintu.
Sontak Rose terkejut dan
mendongak ke atas. Matanya
beradu pandang dengan bola mata
berwarna hazel. Aroma parfum
musk dari pria ini sampai tercium
oleh hidung Rose karena jarak
mereka yang begitu dekat."Maaf, Tuan," gumam Rose
tidak enak hati.
Bukannya menerima
perminta an maaf Rose, pria ini
malah balik menatapnya penuh
selidik.
"'Siapa namamu? Kenapa
berada di ruangan CE0?" tanyanya
sinis.
Rose berusaha tetap tenang.
Pria di hadapannya ini masih
muda dan memiliki ketampanan di
atas rata-rata. Namun
pembawaannya terlihat angkuh
dan dingin. Sekali melihatnya Rose
bisa menebak bahwa pria ini
adalah Luke Brown.
"'Saya Rose, sekretaris
magang."
"Sekretaris magang? Kenapa sekrètaris magang diizinkan
berkeliaran sendiri di ruangan
CE0? Bukankah peraturan di
Brown Group sangat ketat?" tanya
Luke tidak percaya.
"Tuan Denzel yang menyuruh
saya bekerja disini karena saya
akan menjadi sekretaris untuk
Miss Black."
Luke maju mendekat sambil
memicingkan matanya.
"Kamu akan menjadi
sekretaris Miss Black, artinya
kamu pernah bertemu wanita itu.
Katakan dimana dia? Aku Luke
Brown, saudara angkatnya ingin
bertemu dengannya.""Saya belum pernah bertemu
Miss Black, Tuan. Saya hanya
ditugashTuan Denzel untuk
merapikan ruangan dan
membantu mengerjakan beberapa
tugas," jawab Rose mencari
alasan.
"Mustahil kamu tidak pernah
melihatnya. Aku heran kenapa dia
menyembunyikan diri dari
orang-orang. Apa dia takut aku
akan merampas bagian
warisannya?" tanya Luke menekan
Rose.
"'Soal itu saya tidak tahu. Tuan
bisa menanyakan langsung pada
Tuan Denzel setelah Beliau selesai
meeting. Silakan Tuan tunggu
disini," kata Rose menunjukkan
kursi sofa di dalam ruangan.Rose hampir berhasil
mengelabuhi Luke, sayangnya ia
melupakan satu hal. Rose tidak
menyingkirkan cangkir teh yang tadi diminumnya. Dan sialnya
mata tajam Luke menangkap
keganjilan itu.
"Cangkir siapa itu yang di atas
meja CEO? Apa milik Miss Black?".
tanya Luke curiga.
"Bukan, Tuan, itu...cangkirnya
Tuan Denzel. Dia minta dibuatkan
teh sebelum pergi meeting."
Luke maju mendekat dan
mengangkat cangkir itu hingga
sebatas mata.
"Kalau ini milik Denzel artinya
dia sudah bertindak di luar batas.
Dia bukan CEO atau pemilik
perusahaan tapi berani
menggunakan fasilitas di ruangan
ini. Aku harus memberikan
peringatan padanya
Seulas senyuman tercetak di sudut bibir Luke. la meletakkan
gelas itu sambil mengetuk meja
dengan jemarinya.
"Sayang sekali kamu tidak
pandai berbohong, Nona Rose. Di
gelas ini ada noda merah bekas
lipstik. Yang meminumnya
pastilah seorang wanita dan
satu-satunya wanita di ruangan ini
hanya kamu."
"Kamu sudah bertindak
lancang sebagai seorang
sekretaris dengan minum di meja
CEO. Atau jangan-jangan...kamu
adalah...Miss Black," ucap Luke
menatap tajam pada Rose.Di dalam hati Rose panik,namun ia tidak
memperlihatkannya secara
terang-terangan. Rose sudah
berlatih sekian tahun untuk
menyamar. Dan mengatasi Luke
seharusnya bukan hal yang sulit.
Ini adalah ujian pertama yang
harus dilaluinya sebagai calon
pemimpin perusahaan.
"Tuan, saya minta maaf. Saya
membuatkan teh itu untuk Tuan
Denzel tapi saya meminumnya
karena Tuan Denzel pergi meeting.
Maafkan kelancangan saya," jawab
Rose dengan kepala tertunduk.
Luke maju mendekat sambil
memicingkan mata.
"Lain kali jangan coba berbohong padaku. Itu tidak akan
berhasil."
"Sekali lagi saya minta maaf,
Tuan," jawab Rose tanpa
memandang Luke.
"Kenapa Denzel
mempekerjakan gadis muda yang
suka berbohong sepertimu? Atau
mungkin dia memilihmu karena
kamu dan Miss Black punya sifat
yang sama. Sama-sama pintar
berbohong," tukas Luke.
Perkataan pedas Luke
membuat panas telinga Rose.
Entah mengapa lelaki ini
membenci Miss Black dan berani
menuduhnya sebagai pembohong
padahal mereka tidak saling kenal.
Apakah mungkin Luke marah
karena harus berbagi harta
warisan dengannya?"Saya permisi dulu, Tuan.
Silakan duduk. Saya akan
membereskan meja ini," ujar Rose
menyingkirkan cangkir teh itu.
"Mau kabur setelah ketahuan
berbohong?" sindir Luke. Rose
berusaha tidak menghiraukannya.
la tidak mau terpancing emosi
apalagi terlibat pertengkaran yang
tidak penting dengan pria
sombong seperti Luke. Yang harus
dia lakukan adalah pergi secepat
mungkin dari ruangan itu.
Rose melangkah keluar
dengan membawa cangkir di
tangannya. la hendak
menghubungi Denzel, tapi pria itu
sudah muncul di depan pintu.
Gurat kekhawatiran tampak jelas
di wajah Denzel.
"Nona, Anda tidak apa-apa?Saya langsung kembali kesini
setelah mendengar kedatangan
Tuan Luke."
"lya, dia masih ada di dalam
ruang CEO. Tadi dia memergoki
aku dan mencurigai aku sebagai
Miss Black. Terpaksa aku harus
membohonginya," jelas Rose.
"Kalau begitu Nona pulang
saja. Biar saya yang menghadapi
Tuan Luke."
"Terima kasih, Daddy.
Pekerjaanku yang tertunda akan
kuselesaikan di akhir pekan,"
jawab Rose.
"Hati-hati, Nona. Nanti malam
saya akan menjemput Nona jam
tujuh untuk makan malam."Rose mengangguk. Tak ayal
lagi Denzel adalah sang
penyelamat yang selalu siap
menolongnya setiap kali
dibutuhkan.
Rose menggunakan dress
pendek berwarna merah muda dan
menambahkan aksesoris kalung di
lehernya. Malam ini ia ingin tampil
lebih cantik untuk merayakan
keberhasilannya melewati audisi
bersamna Denzel.
"Daddy, aku sudah siap."
Denzel berdiri dan
memandang Rose. la menekuk
sebelah lengannya,
mempersilakan Rose untuk
menggandeng tangannya.Rose tersenyum lalu
mengikuti kemauan walinya itu.
sudah terbiasa memahami segala isyarat dari Denzel, begitu pula
Vsebaliknya. Seolah pikiran mereka
memang terkoneksi satu sama
lain.
Denzel membawa Rose
makan malam di restoran
Perancis yang mewah. la ingin
Rose menikmati suasana baru
selepas semua ketegangan yang
dialaminya hari ini.
"Semua makanannya
kelihatan enak, Daddy. Aku jadi
bingung harus pilih yang mana.
Iringan musik klasiknya juga
indah," puji Rose sambil membolak
balik buku menu.
"Biar saya yang memilihkan
menu untuk Nona. Saya pernah
beberapa kali makan bersama
klien penting di restoran ini. Jadi
saya sudah tahu mana yang
sesuai dengan selera Nona.""Aku kira Daddy pergi
rberkencan bersama kekasih
Daddy," celetuk Rose.
"Saya tidak punya waktu
untuk itu Nona," jawab Denzel
datar.
Denzel memang jarang sekali
membahas kehidupan pribadinya
dengan Rose. Terkadang Rose
merasa pria itu menyembunyikan
sesuatu darinya. Entah karena dia
merasa sungkan atau ada sebuah
rahasia yang ingin disimpannya
sendiri. Tapi Rose tidak akan
memaksa bila Denzel tidak ingin
menceritakannya.
Rose pun mencoba
mengalihkan pembicaraan.
"Daddy apa yang Luke tanyakan setelah aku pergi?"
"Dia mengorek keterangan
tentang jati diri Nona. Saya
mengatakan Nona adalah
mahasiswi semester akhir yang
magang di kantor sebagai
sekretaris."
"Apa dia menyinggung soal
Miss Black?" tanya Rose.
"lya, saya menjawab Miss
Black ada di luar negri dan tidak
mau diganggu oleh siapapun."
"Dia percaya begitu saja
dengan penjelasan itu?" tanya
Rose penasaran.
"'Saya yakin tidak. Dia pasti
mencari bukti-bukti tentang Nona.
Nona harus lebih berhati-hati
sekarang. Jangan muncul dulu di
kantor untuk sementara waktu.""Daddy, saat aku bertemu
Luke, aku merasa dia sangat
membenci Miss Black. Apa Daddy
tahu kenapa dia tidak suka
padaku?"
Denzel mengedikkan bahunya.
"Saya tidak tahu banyak
tentang masa lalu Tuan Louis dan
Tuan Luke. Tuan Louis hanya
bercerita kalau dia memiliki
seorang anak angkat. Tapi
putranya itu pergi bersama istrinya
ketika mereka bercerai."
"Mungkinkah dia membenciku
karena aku anak haram?" pikir
Rose sedih.
Sudah lama Rose menduga
bahwa ibunya adalah orang ketiga
dalam pernikahan Louis dan
Jessica Brown. Inilah yang menyebabkan ayahnya tidak bisa
mengakuinya sebagai anak di
hadapan publik. la adalah anak
yang terlahir dari hasil
perselingkuhan, bukan dari
pernikahan yang sah.
"Jangan terlalu dipikirkan. Itu
hanya bagian dari masa lalu," ucap
Denzel menghibur Rose.
"Daddy, apa perlu aku
mengaku pada Luke dan meminta
maaf atas nama ibuku? Aku ingin
menghapus kesalahpahaman dan
luka yang pernah ditorehkan ibuku
terhadap Nyonya Jessica."
Raut wajah Denzel berubah
tidak senang saat mendengar ide
yang dicetuskan Rose. la langsung
menggenggam tangan Rose
dengan posesif."Nona tidak perlu melakukan
itu. Semua yang terjadi bukan
kesalahan Nona. Justru Nona-lah
yang menjadi korban."
"'Saya melarang Nona untuk
dekat-dekat dengan Luke Brown
apalagi membuka identitas asli
Nona. Kita tidak tahu bagaimana
sifat aslinya. Mungkin saja dia
bermaksud jahat atau berusaha
mencelakakan Nona," tukas Denzel
memperingatkan Rose.
"lya, aku berjanji akan
mematuhi larangan Daddy," kata
Rose patuh.
Dari intonasi suara Denzel,
pria itu nampak
bersungguh-sungguh dengan
ucapannya. Dan Rose tidak ingin
sekalipun mengecewakan Denzel.Rose menghentikan segala
pertanyaan tentang Luke. la
kembali menikmati ice cream yang
dipesankan Denzel sebagai
makanan penutup. Namun
mendadak ia merasakan jemari
Denzel menyentuh sudut bibirnya.
"Ada sisa ice cream di bibir
Nona," ucap Denzel lembut.
"Oh iya," jawab Rose merasa
malu.
Tindakan Denzel membuat
Rose jadi salah tingkah. Baru kali
ia merasa diperlakukan secara
berbeda oleh pria itu.
Denzel mengantarkan Rose
sampai di depan gerbang
rumahnya. Setelah itu, ia
melajukan mobilnya dengan
kecepatan tinggi menuju ke apartemen. Hari ini tubuhnya
sangat lelah karena banyaknya
pekerjaan. Selain itu ia terganggu
dengan kedatangan Luke Brown
yang tiba-tiba. Terlebih Luke
terlihat cerdik sekaligus
menjengkelkan. Karena itu ia
harus memastikan Luke tidak akan
menjadi penghalangnya. la tidak
akan tinggal diam bila pria itu
sampai mengusik Rose dan
perusahaan Brown Group.
Ketika sampai di apartemen,
ponsel Denzel bergetar. la melihat
nama Tuan X muncul di layar
ponselnya yang berkelap-kelip.
Denzel mendesah panjang lalu
mengangkat panggilan tersebut.
"Kenapa menelponku
malam-malam?" tanya Denzel kesal.
"Sejak kapan aku harus
memiliki alasan untuk menelpon
putraku sendiri. Aku hanya ingin
bertanya kapan kamu akan
menikahi gadis itu?" balas Tuan X
dari balik telpon.
"Jangan mendesakku, Pa.
Rasanya sudah ratusan kali Papa
menanyakan hal yang sama. Aku
baru pulang makan malam dengan
Rose. Biarkan aku beristirahat,"
jawab Denzel melepas jam
tangannya.
"Makan malam? Kamu terlalu
lamban, Denzel. Sampai berapa
tahun lagi kamu akan
mengulur-ulur waktu. Apa waktu
tujuh tahun belum cukup bagimu?
Jika ayahnya saja percaya
padamu bukankah lebih mudah
menaklukkan putrinya," tanya Tuan X dengan nada meninggi.
"'Sudah kubilang aku akan
menunggu sampai Rose lulus
kuliah. Setelah itu aku pasti
menikahinya," tandas Denzel.
"Baiklah, aku akan bersabar
sekali lagi. Selama ini aku
mengikuti cara halus yang kamu
lakukan. Tapi jika kamu tidak
kunjung bertindak, maka ayahmu
ini yang akan mengambil alih. Dan
kamu tahu benar bagaimana
sifatku dan cara apa yang akan
kutempuh," ancam pria itu.
Bersambung...