Chereads / indetitas yang tersembunyi / Chapter 2 - chapter 3 Indetitas Tersembunyi "Are You Miss Blank

Chapter 2 - chapter 3 Indetitas Tersembunyi "Are You Miss Blank

menghilang tanpa kabar?

"Iya, Nona. Mungkin sebentar

lagi dia akan sampai di ruang

CEO," jawab Trisha memberikan

informasi.

Perut Rose mendadak terasa

mulas. Jujur ia tidak tahu

bagaimana harus bersikap kepada

Luke Brown. Tapi Rose teringat

pesan dari Denzel ketika pertama

kali dia datang ke perusahaan.

"Jika ada staf atau manajer

bertanya, Nona bisa menjawab

bahwa Nona adalah sekretaris

magang untuk Miss Black. Saya

sudah menyiapkan identitas

penyamaran Nona dalam

database karyawan."

Perkataan Denzel membuat

Rose tenang. Denzel sangat sigap

mengantisipasi semua

kemungkinan yang ada, termasuk untuk kejadian tak terduga

semacam ini. Dan kini ia akan

menggunakan cara yang diajarkan

Denzel untuk menghadapi Luke.

Rose mematikan laptop dan

membereskan berkas di mejanya

agar tidak menimbulkan

kecurigaan. Dengan tergesa-gesa

ia keluar dari ruangan CEO.

Namun tanpa sengaja ia malah

membentur tubuh tegap seorang

pria di ambang pintu.

Sontak Rose terkejut dan

mendongak ke atas. Matanya

beradu pandang dengan bola mata

berwarna hazel. Aroma parfum

musk dari pria ini sampai tercium

oleh hidung Rose karena jarak

mereka yang begitu dekat."Maaf, Tuan," gumam Rose

tidak enak hati.

Bukannya menerima

perminta an maaf Rose, pria ini

malah balik menatapnya penuh

selidik.

"'Siapa namamu? Kenapa

berada di ruangan CE0?" tanyanya

sinis.

Rose berusaha tetap tenang.

Pria di hadapannya ini masih

muda dan memiliki ketampanan di

atas rata-rata. Namun

pembawaannya terlihat angkuh

dan dingin. Sekali melihatnya Rose

bisa menebak bahwa pria ini

adalah Luke Brown.

"'Saya Rose, sekretaris

magang."

"Sekretaris magang? Kenapa sekrètaris magang diizinkan

berkeliaran sendiri di ruangan

CE0? Bukankah peraturan di

Brown Group sangat ketat?" tanya

Luke tidak percaya.

"Tuan Denzel yang menyuruh

saya bekerja disini karena saya

akan menjadi sekretaris untuk

Miss Black."

Luke maju mendekat sambil

memicingkan matanya.

"Kamu akan menjadi

sekretaris Miss Black, artinya

kamu pernah bertemu wanita itu.

Katakan dimana dia? Aku Luke

Brown, saudara angkatnya ingin

bertemu dengannya.""Saya belum pernah bertemu

Miss Black, Tuan. Saya hanya

ditugashTuan Denzel untuk

merapikan ruangan dan

membantu mengerjakan beberapa

tugas," jawab Rose mencari

alasan.

"Mustahil kamu tidak pernah

melihatnya. Aku heran kenapa dia

menyembunyikan diri dari

orang-orang. Apa dia takut aku

akan merampas bagian

warisannya?" tanya Luke menekan

Rose.

"'Soal itu saya tidak tahu. Tuan

bisa menanyakan langsung pada

Tuan Denzel setelah Beliau selesai

meeting. Silakan Tuan tunggu

disini," kata Rose menunjukkan

kursi sofa di dalam ruangan.Rose hampir berhasil

mengelabuhi Luke, sayangnya ia

melupakan satu hal. Rose tidak

menyingkirkan cangkir teh yang tadi diminumnya. Dan sialnya

mata tajam Luke menangkap

keganjilan itu.

"Cangkir siapa itu yang di atas

meja CEO? Apa milik Miss Black?".

tanya Luke curiga.

"Bukan, Tuan, itu...cangkirnya

Tuan Denzel. Dia minta dibuatkan

teh sebelum pergi meeting."

Luke maju mendekat dan

mengangkat cangkir itu hingga

sebatas mata.

"Kalau ini milik Denzel artinya

dia sudah bertindak di luar batas.

Dia bukan CEO atau pemilik

perusahaan tapi berani

menggunakan fasilitas di ruangan

ini. Aku harus memberikan

peringatan padanya

Seulas senyuman tercetak di sudut bibir Luke. la meletakkan

gelas itu sambil mengetuk meja

dengan jemarinya.

"Sayang sekali kamu tidak

pandai berbohong, Nona Rose. Di

gelas ini ada noda merah bekas

lipstik. Yang meminumnya

pastilah seorang wanita dan

satu-satunya wanita di ruangan ini

hanya kamu."

"Kamu sudah bertindak

lancang sebagai seorang

sekretaris dengan minum di meja

CEO. Atau jangan-jangan...kamu

adalah...Miss Black," ucap Luke

menatap tajam pada Rose.Di dalam hati Rose panik,namun ia tidak

memperlihatkannya secara

terang-terangan. Rose sudah

berlatih sekian tahun untuk

menyamar. Dan mengatasi Luke

seharusnya bukan hal yang sulit.

Ini adalah ujian pertama yang

harus dilaluinya sebagai calon

pemimpin perusahaan.

"Tuan, saya minta maaf. Saya

membuatkan teh itu untuk Tuan

Denzel tapi saya meminumnya

karena Tuan Denzel pergi meeting.

Maafkan kelancangan saya," jawab

Rose dengan kepala tertunduk.

Luke maju mendekat sambil

memicingkan mata.

"Lain kali jangan coba berbohong padaku. Itu tidak akan

berhasil."

"Sekali lagi saya minta maaf,

Tuan," jawab Rose tanpa

memandang Luke.

"Kenapa Denzel

mempekerjakan gadis muda yang

suka berbohong sepertimu? Atau

mungkin dia memilihmu karena

kamu dan Miss Black punya sifat

yang sama. Sama-sama pintar

berbohong," tukas Luke.

Perkataan pedas Luke

membuat panas telinga Rose.

Entah mengapa lelaki ini

membenci Miss Black dan berani

menuduhnya sebagai pembohong

padahal mereka tidak saling kenal.

Apakah mungkin Luke marah

karena harus berbagi harta

warisan dengannya?"Saya permisi dulu, Tuan.

Silakan duduk. Saya akan

membereskan meja ini," ujar Rose

menyingkirkan cangkir teh itu.

"Mau kabur setelah ketahuan

berbohong?" sindir Luke. Rose

berusaha tidak menghiraukannya.

la tidak mau terpancing emosi

apalagi terlibat pertengkaran yang

tidak penting dengan pria

sombong seperti Luke. Yang harus

dia lakukan adalah pergi secepat

mungkin dari ruangan itu.

Rose melangkah keluar

dengan membawa cangkir di

tangannya. la hendak

menghubungi Denzel, tapi pria itu

sudah muncul di depan pintu.

Gurat kekhawatiran tampak jelas

di wajah Denzel.

"Nona, Anda tidak apa-apa?Saya langsung kembali kesini

setelah mendengar kedatangan

Tuan Luke."

"lya, dia masih ada di dalam

ruang CEO. Tadi dia memergoki

aku dan mencurigai aku sebagai

Miss Black. Terpaksa aku harus

membohonginya," jelas Rose.

"Kalau begitu Nona pulang

saja. Biar saya yang menghadapi

Tuan Luke."

"Terima kasih, Daddy.

Pekerjaanku yang tertunda akan

kuselesaikan di akhir pekan,"

jawab Rose.

"Hati-hati, Nona. Nanti malam

saya akan menjemput Nona jam

tujuh untuk makan malam."Rose mengangguk. Tak ayal

lagi Denzel adalah sang

penyelamat yang selalu siap

menolongnya setiap kali

dibutuhkan.

Rose menggunakan dress

pendek berwarna merah muda dan

menambahkan aksesoris kalung di

lehernya. Malam ini ia ingin tampil

lebih cantik untuk merayakan

keberhasilannya melewati audisi

bersamna Denzel.

"Daddy, aku sudah siap."

Denzel berdiri dan

memandang Rose. la menekuk

sebelah lengannya,

mempersilakan Rose untuk

menggandeng tangannya.Rose tersenyum lalu

mengikuti kemauan walinya itu.

sudah terbiasa memahami segala isyarat dari Denzel, begitu pula

Vsebaliknya. Seolah pikiran mereka

memang terkoneksi satu sama

lain.

Denzel membawa Rose

makan malam di restoran

Perancis yang mewah. la ingin

Rose menikmati suasana baru

selepas semua ketegangan yang

dialaminya hari ini.

"Semua makanannya

kelihatan enak, Daddy. Aku jadi

bingung harus pilih yang mana.

Iringan musik klasiknya juga

indah," puji Rose sambil membolak

balik buku menu.

"Biar saya yang memilihkan

menu untuk Nona. Saya pernah

beberapa kali makan bersama

klien penting di restoran ini. Jadi

saya sudah tahu mana yang

sesuai dengan selera Nona.""Aku kira Daddy pergi

rberkencan bersama kekasih

Daddy," celetuk Rose.

"Saya tidak punya waktu

untuk itu Nona," jawab Denzel

datar.

Denzel memang jarang sekali

membahas kehidupan pribadinya

dengan Rose. Terkadang Rose

merasa pria itu menyembunyikan

sesuatu darinya. Entah karena dia

merasa sungkan atau ada sebuah

rahasia yang ingin disimpannya

sendiri. Tapi Rose tidak akan

memaksa bila Denzel tidak ingin

menceritakannya.

Rose pun mencoba

mengalihkan pembicaraan.

"Daddy apa yang Luke tanyakan setelah aku pergi?"

"Dia mengorek keterangan

tentang jati diri Nona. Saya

mengatakan Nona adalah

mahasiswi semester akhir yang

magang di kantor sebagai

sekretaris."

"Apa dia menyinggung soal

Miss Black?" tanya Rose.

"lya, saya menjawab Miss

Black ada di luar negri dan tidak

mau diganggu oleh siapapun."

"Dia percaya begitu saja

dengan penjelasan itu?" tanya

Rose penasaran.

"'Saya yakin tidak. Dia pasti

mencari bukti-bukti tentang Nona.

Nona harus lebih berhati-hati

sekarang. Jangan muncul dulu di

kantor untuk sementara waktu.""Daddy, saat aku bertemu

Luke, aku merasa dia sangat

membenci Miss Black. Apa Daddy

tahu kenapa dia tidak suka

padaku?"

Denzel mengedikkan bahunya.

"Saya tidak tahu banyak

tentang masa lalu Tuan Louis dan

Tuan Luke. Tuan Louis hanya

bercerita kalau dia memiliki

seorang anak angkat. Tapi

putranya itu pergi bersama istrinya

ketika mereka bercerai."

"Mungkinkah dia membenciku

karena aku anak haram?" pikir

Rose sedih.

Sudah lama Rose menduga

bahwa ibunya adalah orang ketiga

dalam pernikahan Louis dan

Jessica Brown. Inilah yang menyebabkan ayahnya tidak bisa

mengakuinya sebagai anak di

hadapan publik. la adalah anak

yang terlahir dari hasil

perselingkuhan, bukan dari

pernikahan yang sah.

"Jangan terlalu dipikirkan. Itu

hanya bagian dari masa lalu," ucap

Denzel menghibur Rose.

"Daddy, apa perlu aku

mengaku pada Luke dan meminta

maaf atas nama ibuku? Aku ingin

menghapus kesalahpahaman dan

luka yang pernah ditorehkan ibuku

terhadap Nyonya Jessica."

Raut wajah Denzel berubah

tidak senang saat mendengar ide

yang dicetuskan Rose. la langsung

menggenggam tangan Rose

dengan posesif."Nona tidak perlu melakukan

itu. Semua yang terjadi bukan

kesalahan Nona. Justru Nona-lah

yang menjadi korban."

"'Saya melarang Nona untuk

dekat-dekat dengan Luke Brown

apalagi membuka identitas asli

Nona. Kita tidak tahu bagaimana

sifat aslinya. Mungkin saja dia

bermaksud jahat atau berusaha

mencelakakan Nona," tukas Denzel

memperingatkan Rose.

"lya, aku berjanji akan

mematuhi larangan Daddy," kata

Rose patuh.

Dari intonasi suara Denzel,

pria itu nampak

bersungguh-sungguh dengan

ucapannya. Dan Rose tidak ingin

sekalipun mengecewakan Denzel.Rose menghentikan segala

pertanyaan tentang Luke. la

kembali menikmati ice cream yang

dipesankan Denzel sebagai

makanan penutup. Namun

mendadak ia merasakan jemari

Denzel menyentuh sudut bibirnya.

"Ada sisa ice cream di bibir

Nona," ucap Denzel lembut.

"Oh iya," jawab Rose merasa

malu.

Tindakan Denzel membuat

Rose jadi salah tingkah. Baru kali

ia merasa diperlakukan secara

berbeda oleh pria itu.

Denzel mengantarkan Rose

sampai di depan gerbang

rumahnya. Setelah itu, ia

melajukan mobilnya dengan

kecepatan tinggi menuju ke apartemen. Hari ini tubuhnya

sangat lelah karena banyaknya

pekerjaan. Selain itu ia terganggu

dengan kedatangan Luke Brown

yang tiba-tiba. Terlebih Luke

terlihat cerdik sekaligus

menjengkelkan. Karena itu ia

harus memastikan Luke tidak akan

menjadi penghalangnya. la tidak

akan tinggal diam bila pria itu

sampai mengusik Rose dan

perusahaan Brown Group.

Ketika sampai di apartemen,

ponsel Denzel bergetar. la melihat

nama Tuan X muncul di layar

ponselnya yang berkelap-kelip.

Denzel mendesah panjang lalu

mengangkat panggilan tersebut.

"Kenapa menelponku

malam-malam?" tanya Denzel kesal.

"Sejak kapan aku harus

memiliki alasan untuk menelpon

putraku sendiri. Aku hanya ingin

bertanya kapan kamu akan

menikahi gadis itu?" balas Tuan X

dari balik telpon.

"Jangan mendesakku, Pa.

Rasanya sudah ratusan kali Papa

menanyakan hal yang sama. Aku

baru pulang makan malam dengan

Rose. Biarkan aku beristirahat,"

jawab Denzel melepas jam

tangannya.

"Makan malam? Kamu terlalu

lamban, Denzel. Sampai berapa

tahun lagi kamu akan

mengulur-ulur waktu. Apa waktu

tujuh tahun belum cukup bagimu?

Jika ayahnya saja percaya

padamu bukankah lebih mudah

menaklukkan putrinya," tanya Tuan X dengan nada meninggi.

"'Sudah kubilang aku akan

menunggu sampai Rose lulus

kuliah. Setelah itu aku pasti

menikahinya," tandas Denzel.

"Baiklah, aku akan bersabar

sekali lagi. Selama ini aku

mengikuti cara halus yang kamu

lakukan. Tapi jika kamu tidak

kunjung bertindak, maka ayahmu

ini yang akan mengambil alih. Dan

kamu tahu benar bagaimana

sifatku dan cara apa yang akan

kutempuh," ancam pria itu.

Bersambung...