Chereads / Fallen Orions Tales / Chapter 58 - Chapter 48 - Sosok Hitam

Chapter 58 - Chapter 48 - Sosok Hitam

Setelah beristirahat sebentar sambil mengumpulkan energi, Akane melepas Regretless Shiro secara paksa dengan sihir kuncinya di lapangan kosong yang ada di luar tembok kota. Mereka berdua pingsan setelahnya dan dibawa ke kamp untuk dirawat. Beberapa hari kemudian, Shiro akhirnya bangun dengan keadaan yang sudah sehat sempurna.

"Ar, dia bangun!" Terdengar suara Rikka saat Shiro membuka matanya secara perlahan.

Suara langkah kaki terdengar berjalan dengan cepat menuju ke arahnya. "Oh ya? Akhirnya!"

"Army? Rikka?" Shiro membuka matanya dan melihat mereka berdua duduk di sebelah kasurnya.

Shiro langsung duduk di kasurnya sambil bersandar. Ia memegangi kepalanya karena masih terasa sedikit pusing. "Berapa lama aku tidur?"

"Emmm ... 3 hari?" jawab Emily sambil menatap Army.

Army mengangguk. "Ya, sekitar 3 hari."

"Waduh, lama sekali ya."

Rikka tersenyum. "Tak apa, yang penting kau sudah bangun."

Ia berdiri sambil melipat tangannya. "Dan berarti kita bisa langsung kembali bekerja!"

Shiro memperhatikan Rikka dari atas kebawah. "Tunggu dulu. Sejak kapan kau berada disini? Terakhir aku sadar kau masih belum ada."

Rikka mengangkat bahunya, menandakan kalau ia tidak tahu jawabannya. "Entahlah, yang pasti Army sudah bangun duluan sebelum aku."

"Ya, aku sadar pagi hari setelah dibawa kesini kata para petugas."

Army menunjuk Rikka. "Saat itu Rikka baru saja dibawa kesini, dan ia bangun keesokan harinya."

Rikka menatap Shiro. "Begitulah yang terjadi."

Shiro meregangkan tubuhnya setelah 3 hari berbaring. "Baiklah ... Jadi apa kita akan melakukan penjelajahan sekarang?"

"Bagaimana kau tahu?" tanya Rikka.

"Diceritakan oleh Cherry dan yang lainnya."

Army kemudian menjelaskan pada Rikka. "Shiro tidak pernah pingsan sejak ia terjebak di dalam kristal, jadi ia bisa langsung berbicara dengan mereka saat dikeluarkan dari sana."

"Kalau begitu cepat bersiap Shiro. Kami akan menunggu di depan." Rikka mulai berjalan keluar.

Shiro mengangguk. "Omong-omong, dimana para anggota Slow Kill Party?"

Army berdiri hendak menyusul Rikka. "Mereka sudah menjalankan misinya duluan."

"Mereka baik-baik saja?" tanya Shiro kembali.

"Tentu saja," jawab Army.

Shiro tersenyum lega. Ia segera bersiap-siap untuk menjalankan misi sesaat setelah bangun. Saat keluar dan berkumpul dengan yang lainnya, Shiro terkejut melihat seseorang yang masuk ke dalam partynya.

"Tadaaa! Shiro sudah tahu dia siapa kan?" Reina mendorong seseorang yang ia ajak maju ke depan untuk memperkenalkan diri pada Shiro

"H-halo ..."

Sambil menundukkan pandangannya, Kumine berusaha berbicara dengan mereka dengan normal. Ia telah mendengar semua yang terjadi dari Reina, sehingga ia masih memliki rasa canggung untuk berbicara dengan orang-orang.

"Maaf telah merepotkan kalian!" Kumine menundukkan tubuhnya di depan Shiro.

"Jadi, kenapa dia disini?" tanya Shiro.

"Sudah jelas kan?" Rikka mengangkat Kumine agar kembali berdiri tegak lagi. "Jelaskan pada Shiro apa yang kau lakukan disini!"

"A-aku disini akan bergabung dengan party kalian dalam menjadi tim penjelajah. Mohon bantuannya!" Kumine mengerahkan seluruh tenaganya untuk bisa berbicara dengan lancar dengan Shiro.

Rikka kemudian menceritakan bahwa Kumine dibawa kesini bersamaan dengannya, seperti Shiro yang dibawa bersamaan dengan Army. Ada teori yang beredar bahwa beberapa orang tidak terpencar sendiri melainkan bersama dengan orang lainnya yang saat menghilang berada dekat dengannya. Akan tetapi, sample bukti yang ada masih belum cukup untuk meyakini teori tersebut.

Shiro menatap Rikka. "Kau yakin?"

Rikka tersenyum lebar sambil melipat tangannya. "Meski terlihat seperti ini, Kumine adalah orang yang hebat!"

"Rikka ... Aku tidak sehebat itu ..."

"Bicara apa kau ini?" Rikka menepuk punggung Kumine beberapa kali. "Hanya perlu sedikit pemanasan, aku yakin kau akan kembali terampil lagi!"

Shiro menghela nafas. "Hah ... Bukan itu yang ku maksud." Ia menjulurkan tangannya pada Kumine untuk bersalaman. "Tapi selama kau bukan musuh, maka aku akan bisa menerimanya."

"Terimakasih, Shiro!" Kumine meraih tangan Shiro dan bersalaman dengannya.

Army berhenti bersandar di tembok dan berjalan menuju portal. "Kalau begitu ayo kita pergi juga."

Ia memperlihatkan peta dunia toram dan menunjuk ke salah satu titik yang ditandai. "Sebagai party khusus, tujuan kita berada sangat jauh."

Terlihat titik yang ditandai oleh Army berada sangat jauh dari titik keluar masuk mereka. Mereka mendapatkan tugas untuk langsung pergi ke tempat yang jauh karena para dewa merasakan ada sesuatu yang berbeda disana. Menurut mereka ada 2 kemungkinan sesuatu tersebut, yaitu sesuatu tersebut adalah Ardent yang kekuatannya terasa oleh para dewa, atau itu adalah musuh yang perlahan mengumpulkan kekuatannya. Jika itu adalah Ardent, maka tak apa jika dibiarkan, tapi jika itu adalah musuh maka akan berbahaya jika dibiarkan. Sebagai anggota Fallen Orions yang pertama di bawa pulang, merekalah yang diminta untuk memeriksa kesana. Untuk mempermudah perjalanan mereka, Curie memberikan sebuah alat tambahan. Curie memberikan sebuah cincin yang dapat membuat mereka terbang rendah dan bergerak dengan cepat diatas tanah, seperti tumpangan yang pernah ia berikan pada Slow Kill Party. Selain mempercepat waktu, mereka juga lebih menghemat energi tanpa perlu karena tak perlu berjalan.

Sementara itu di lokasi yang akan mereka tuju. Terdapat seseorang yang wajahnya tertutup topeng biru hitam dan menggunakan tudung yang menutupi kepalanya. Ia sedang duduk diatas sebuah batu dan menatap kearah tanah lapang yang tandus di depannya.

"Bagaimana mungkin aku tidak ingat dengan semua ini ..."

Orang tersebut adalah Ardent yang merubah sedikit penampilannya. Ia menutupi keseluruhan bajunya dengan kain hitam yang berasal dari sihir. Satu-satunya yang mudah dikenali hanyalah suara dan pedangnya.

Ardent melamun sambil teringat dengan ucapan Lucius. Ia melihat tangannya dan mengepalkannya beberapa kali. "Aku sudah bukan mainanmu lagi. Kau seharusnya tahu bahwa mendatangiku adalah hal yang sia-sia."

Tangan kirinya tiba-tiba mengeluarkan api biru. "Tapi datang kesini lagi rasanya memang penuh dengan nostalgia!"

Saat ia mengangkat tangan kirinya, sebuah petir menghancurkan tanah didepannya dan tulang tangan raksasa keluar dari dalam.

"Halo Gashadokuro, lama tak bertemu. Bagaimana kabarmu, Sleipnir, dan Jormungandr?"

Kembali pada party Army yang telah menjelajah dunia Toram selama beberapa hari. Sudah lama sekali sejak terakhir kali mereka melewati pos keamanan. Mereka terus bergerak melewati dataran tandus yang tiada habisnya dengan beberapa bangunan aneh yang dapat mereka lihat sesekali. Mereka tidur bergiliran sambil terus bergerak, karena cincin dari Curie membawa mereka secara otomatis. Selama perjalanan ini, mereka seperti terus berada diatas kasur. Bahkan Rikka bisa sambil memasak beberapa jenis makanan berbeda setelah meminta peralatan masak serta bahannya pada para dewa. Mereka semakin dekat dengan Kumine setelah mengetahui bagaimana sifat aslinya.

"Kau mau coba memasak juga Kumine?" tanya Rikka sambil memberikan pisau dan beberapa bumbu dapur pada Kumine.

Kumine mengambil pisau dan bumbu yang diberikan. "Aku akan mencobanya, tapi aku tidak tahu apa saja yang harus dicampurkan."

Rikka memasukan minyak ke dalam penggorengan. "Jangan khawatir, itu nanti bagianku."

Shiro memperhatikan Kumine yang dapat dengan mudah memotong bumbu dengan cepat. "Cepatnya. Padahal kau sadar sekarang setelah sekian tahun."

Kumine tertawa. "Yah, kurasa karena bagiku ini hanya seperti bangun tidur saja."

Tiba-tiba muncul sebuah tulang tangan raksasa dari tanah di bawah mereka.

Army terkejut dan langsung menghindarinya. "Apa?!"

Gashadokuro keluar dari tanah, memperlihatkan wujud aslinya. Ia adalah monster tulang manusia raksasa yang hanya terdiri dari tulang tubuh bagian atas. Tubuhnya diselimuti oleh api biru yang menyala sangat besar. Ia meraung dengan kencang ke arah mereka.

Belum selesai sampai disitu, tiba-tiba ada sebuah bayangan yang melesat kearah mereka.

"Cepat sekali!" Rikka bisa mengimbangi kecepatannya dan berhasil menahan serangan tersebut dengan perisainya.

Bayangan itu langsung melintas menembus mereka setelah gagal menyerang Rikka.

"Siapa itu?" tanya Shiro sambil melihat sekeliling, berusaha melihat bayangan yang menyerang mereka.

Meski sekeliling mereka hanyalah tanah tandus yang kosong, mereka masih tidak bisa menemukan bayang itu. Disaat yang sama, Gashadakuro telah bersiap menyerang mereka.

Mereka berempat berhasil menghindari hantaman Gashadokuro yang tidak terlalu cepat.

Melihat adanya sebuah celah, Shiro langsung menerjang menggunakan Dragonic Chagre. Akan tetapi, bayangan tersebut tiba-tiba muncul di hadapan Shiro.

"Hah?!"

Dengan kedua pedangnya, bayangan itu menahan terjangan Shiro. Ia memutar tubuhnya dan menendang mundur Shiro, tapi shiro berhasil menahan tendangan tersebut dengan tombaknya sehingga ia tidak terpental terlalu jauh.

"Darimana dia barusan?!" Rikka mengaktifkan Twin Stormnya.

"Entah-"

Belum selesai Army menjawab, suara kuda terdengar sangat keras di belakang mereka. Saat menengok kebelakang, terlihat kuda dengan delapan kaki yang diselimuti oleh api biru berlari dengan sangat cepat menuju ke arah mereka.

Bayangan tadi berpindah keatas kepala Gashadokuro dan berbisik. "Sudah lama kalian tidak pemanasan kan?"