Chereads / Fallen Orions Tales / Chapter 63 - Jawaban Deklarasi Perang

Chapter 63 - Jawaban Deklarasi Perang

3 hari setelah kelulusan akademi, deklarasi perang dikeluarkan oleh aliansi 6 kerajaan. Mereka tidak menyebutkan alasan deklarasi tersebut, tapi raja dan semua jenderal tahu apa motifnya. Mereka ingin meruntuhkan kerajaan sebelum teknologi baru didapatkan dan menjadi yang pertama untuk menguasai teknologi tersebut. Menurut perhitungan, diperlukan waktu setidaknya 6 minggu bagi mereka untuk mencapai kota yang menjadi wilayah terluar kerajaan. Pihak kerajaan tidak tinggal diam dan segera menyusun strategi pertahanan, karena jika asal melawan maka mereka akan hancur lebur akibat kalah jumlah. Ardent sebagai orang terkuat di kerajaan diminta bantuannya untuk membantu dari serangan 6 kerajaan sekaligus. Ardent dengan sigap langsung mengumpulkan seluruh anggota Fallen Orions dan mengadakan rapat setelah ia terpikir sesuatu yang menurutnya efektif untuk dilakukan.

Setelah semua orang berkumpul di ruang rapat, Ardent memasuki ruangan dengan ekspresi serius. Langkah kakinya menggema dalam heningnya ruangan. Semua anggota memandanginya selagi ia berjalan. Ia terlihat membawa beberapa gulungan kertas dengan pita kerajaan yang melingkarinya. Tidak ada yang terpikir untuk bercanda memecahkan suasana karena mereka sedang dihadapkan oleh sebuah masalah serius. Setelah duduk, Ardent memastikan bahwa semua orang telah datang untuk mengikuti rapat.

"Kalian sudah tau kenapa dikumpulkan disini bukan?" tanya Ardent.

Ardent kemudian menjelaskan kembali deklarasi perang yang diumumkan oleh aliansi 6 kerajaan. Ia menceritakan hasil diskusinya dengan raja beserta para jenderalnya untuk menemukan jalan terbaik untuk menyelesaikan konflik yang terjadi. Keputusan yang diambil adalah mengambil posisi semi bertahan sambil membangun aliansi dengan kerajaan lain yang tidak termasuk dalam aliansi 6 kerajaan. Untuk itulah gulungan tersebut Ardent bawa ke dalam rapat, karena gulungan tersebut berisi ajakan untuk beraliansi yang harus diantarkan.

Karena mengutamakan pertahanan, hanya beberapa tim terbaik yang ditugaskan untuk pergi mengirimkan pesan tersebut. Sisa kekuatan pasukan termasuk Ardent akan menjaga kerajaan untuk mengindari jatuhnya korban warga sipil jika terdapat sebuah serangan kejutan. Dalam strateginya, Ardent akan terus berjaga dengan berpindah-pindah kota untuk memastikan keamanannya bersama dengan tim penjaga khusus yang diisi oleh nama-nama terkenal dalam kerajaan. Tim pengintai khusus juga menjadi lebih sibuk dengan pengintaian selama 24 jam yang mereka lakukan setiap harinya demi mendapatkan informasi akurat.

Setelah selesai menjelaskan strategi, Ardent menerbangkan gulungan tersebut ke tiap party menggunakan sihirnya.

Ardent berdiri dan mengarahkan arah terbang gulungan ke meja. "Jangan lupa bahwa kalian tidak mendapatkan tugas yang mudah, tapi tugas paling sulit. Tidak ada yang tahu pasti apa yang akan menghadang kalian dalam perjalanan."

Gulungan dengan pita biru mendarat di depan salah satu party.

"Tan, Vivien, dan Locked. Kalian akan pergi ke kerajaan di arah barat."

Tan meraih gulungan tersebut dan menggenggamnya dengan erat "Serahkan pada kami!"

Mendengar ucapan Ardent, Vivien sempat berpikir sebentar mencoba mengingat sesuatu. "Sepertinya aku pernah mendengar sesuatu tentang arah barat ..."

Ardent menengok ke arah party lainnya.

"Need dan Eevnyxz. Kalian pergi ke timur untuk mengunjungi kerajaan di utara. Hati-hatilah, karena kerajaan ini sebenarnya mencurigakan."

Gulungan dengan pita berwarna merah mendarat dan segera disimpan ke tas sihir oleh Eevnyxz. "Baiklah!"

Saat gulungan tersisa 2, Ardent memasukan salah satu gulungan ke dalam tas sihirnya. "Ini adalah milik Reol dan Fuuko. Aku diminta oleh raja untuk mengirimkannya langsung pada mereka."

Ardent kemudian menatap Saki dan Shacchi. "Para tim khusus, kalian tidak akan berpartisipasi dalam misi ini."

"Eh?!" Saki dan Shacchi terkejut secara bersamaan.

"Raja tidak mau penelitian dihentikan, dan justru meminta kalian mempercepat penelitiannya. Anggap saja masalah ini tidak pernah terjadi dan lanjutkan tugas kalian sebaik mungkin."

"Baik Pa!" jawab Shacchi.

Saki menghadap Ardent dan memberikan hormat padanya. "Dimengerti, Pa!"

"Dan yang terakhir." Ardent mengarahkan gulungan terakhir ke depan Army. "Untuk mereka yang partynya lengkap."

Army mengambil gulungan tersebut. "Jadi, apa tugas spesial yang akan kami jalankan?"

Ardent diam sejenak dan kembali duduk di kursinya. Ia melipat kedua tangannya sambil menarik nafas cukup dalam.

"Kalian akan menggempur pasukan utama mereka di tengah jalan."

Selain anggota Fallen Orions, ada beberapa orang lainnya yang di utus untuk menjadi perwakilan dalam membangun aliansi. Murid-murid akademi yang baru lulus, petualang tingkat tinggi, dan orang-orang dengan kekuatan luar biasa dikumpulkan untuk menjadi perwakilan. Beberapa dari mereka bisa berteleportasi dengan alat, tapi lebih banyak yang tidak bisa karena jarak yang terlalu jauh. Untuk menciptakan transportasi dengan teleportasi, diperlukan beberapa barang lain untuk menyesuaikan tempat pendaratan, yang berarti wilayah tersebut harus sudah memberikan izin atau setidaknya pernah dikunjungi.

Tak lama setelah dibagikan gulungan, Ardent membubarkan rapat dan menyuruh mereka semua segera melakukan tugas secepatnya.

Di rumah Army, ia bertemu dengan Cherry yang sudah lebih dulu sampai. Akan tetapi, Cherry terlihat sibuk mengemasi beberapa barangnya saat Army membuka pintu rumah.

"Kakak?!" Cherry yang sedang mengambil tas terkejut.

"Cherry? Ada apa?" Army ikut bingung dengan hal yang Cherry lakukan.

"Ah." Cherry memasukan barangnya ke dalam tas. "Aku mendapat tugas untuk menyampaikan pesan ke kerajaan yang sangat jauh."

"Sekarang juga?"

Cherry mengangguk. "Ya. Aku sempat bingung bagaimana memberitahu kakak, tapi untung kakak pulang cepat!"

Army langsung mengerti apa yang terjadi. Ia mengeluarkan gulungan yang diberikan oleh Ardent dan menunjukkannya pada Cherry. "Omong-omong, aku juga dapat loh."

Cherry menghentikan kegiatan pengemasannya dan menghampiri Army untuk melihat gulungan tersebut. "Wah! Kakak dapat tugas kemana?"

"Hmm ... Menghadapi pasukan mereka di tengah jalan," ucap Army dengan nada datar.

"HAH?!" Cherry kembali terkejut. Ia sudah tahu dengan adanya pasukan besar yang sedang berjalan menuju mereka, tapi kakaknya terlihat sangat santai mendapat tugas seperti itu.

Army tertawa. "Hahaha jangan khawatir. Ini bukan tugas yang mudah, tapi juga bukan tugas yang mustahil."

Cherry sedikit kesal karena kakaknya kembali mendapat tugas berisiko tinggi, tapi ia juga mengetahui bahwa Army dan partynya adalah yang paling masuk akal untuk mendapatkan tugas itu.

"Kakak yakin bisa menang?"

Army melipat tangannya dan berpikir. "Menang ya ... Sepertinya tidak terlalu yakin."

"Kalau begi-"

Sebelum Cherry berbicara lagi, Army meletakkan jari telunjuk di depan mulutnya Cherry, membuatnya berhenti berbicara.

"Bukan juga berarti aku akan kalah," ucap Army sambil tersenyum.

Sementara itu, Shiro sedang berpamitan pada Akane yang telah diberitahu soal tugasnya. Ia sudah memberitahu Akane mengenai beberapa detail pada misi yang akan ia jalankan bersama partynya. Sama seperti Saki dan Shacchi, Akane juga mendapat tugas untuk terus fokus pada penelitian yang ia lakukan, sehingga ia tidak ikut pergi ke luar menjadi perwakilan seperti yang lain.

Shiro berlutut dan meraih tangan kanan Akane. "Sampai nanti, Akane." Ia mencium tangan Akane dan kembali berdiri sambil membetulkan posisi tasnya.

Sebelum Shiro berjalan jauh, Akane memeluknya dari belakang.

"Berjanjilah ..." Akane mempererat pelukannya. "Kau akan pulang dengan selamat."

Shiro tersenyum dan menggenggam tangan Akane. "Tentu saja. Terimakasih telah mengkhawatirkanku lagi."

"Aku akan merindukanmu disini, Shiro."

"Itulah tugasmu, dan inilah tugasku. Orang-orang seperti kita tidak akan pernah lepas dari yang namanya tanggung jawab."

Shiro berbalik badan dan mencium kening Akane. "Aku juga akan merindukanmu, Akane."

Pada sore harinya, semua tim yang telah siap diperbolehkan untuk berangkat tanpa harus menunggu pagi tiba. Banyak dari mereka yang memiliki kemampuan sangat tinggi memilih untuk pergi secepatnya karena monster bukanlah ancaman bagi mereka. Perjalanan yang sangat jauh akan mereka lewati, sehingga setiap detiknya akan sangat berharga jika dilewatkan begitu saja.

Pada beberapa minggu pertama, perjalanan mereka semua berjalan sangat lancar. Tidak ada yang melaporkan kendala apapun sepanjang perjalanan, hanya ada laporan positif dari semua laporan yang diterima. Akan tetapi, kelancaran tersebut seperti suasana hening sesaat sebelum badai. Mereka yang sedang dalam perjalanan cepat atau lambat pasti akan menghadapi masalahnya sendiri.

Tan, Vivien, dan Locked sedang berada di hutan Hadal di barat. Hutan tersebut memiliki barisan pepohonan yang cukup rapat dan lebat. Ditambah dengan ukuran pohon-pohon tersebut yang sangat luar biasa, cahaya matahari tidak bisa masuk sama sekali menembus ke dalam dan meningkatkan kelembaban yang tinggi. Akibatnya, tidak ada tanaman yang dapat tumbuh selain pohon raksasa, jamur, dan sedikit tanaman kecil yang tidak memerlukan cahaya matahari. Sedikitnya variasi tanaman membuat hutan tersebut tidak memiliki banyak hewan selain serangga, menciptakan suasana yang sangat hening.

Mereka menggunakan lentera khusus yang dapat bertahan sangat lama sebagai penerangan. Karena tidak ada siang dan malam di hutan tersebut, orientasi waktu mereka agak berubah setelah cukup lama berada disana. Mereka telah berjalan melalui hutan tersebut selama 4 hari, dan tersisa 4 hari lagi bagi mereka untuk keluar dari hutan berdasarkan perkiraan. Sejauh ini mereka belum menemukan kendala sama sekali, sampai tiba-tiba ada sesuatu yang mulai bergerak disana.

"Sst!" Vivien memberi kode pada Tan dan Locked di belakangnya karena ia merasakan sesuatu.

Tan dan Locked langsung menengok ke sekeliling, berusaha mencari sesuatu yang dicurigai oleh Vivien.

Tan berjalan perlahan mendekati Vivien. "Ada apa?"

"Aku merasakan ada sesuatu ..." Vivien menggelengkan kepalanya. "Tidak, ada banyak sesuatu yang bergerak kesini."

Mereka bertiga kembali diam dan mewaspadai area sekitar. Awalnya, tidak tidak terdengar suara apapun yang dapat Tan dan Locked dengar. Akan tetapi, semakin mereka fokus, mereka mulai mendengar suara-suara yang tidak normal di sekeliling. Banyak suara langkah kaki yang sangat halus mulai terdengar, disertai dengan suara-suara batu kerikil dan dahan yang terinjak. Suara yang terdengar seperti nafas dan dengusan juga terdengar semakin dekat, menandakan bahwa sesuatu tersebut memang menuju ke arah mereka.

Lentera tetap mereka nyalakan karena percuma mematikannya jika posisi mereka telah diketahui. Sesuatu yang datang juga bisa melihat dalam gelap, dibuktikan dengan rumah mereka yang berada di tengah hutan Hadal. Mematikan lentera hanya akan membuat mereka buta dan tidak bisa melawan balik. Perlahan tapi pasti, suara-suara di sekitar semakin jelas dan terdengar semakin banyak. Setelah beberapa saat fokus melihat ke dalam kegelapan, Vivien dapat melihat penampakan sosok yang dari tadi bergerak menuju mereka.

Vivien melangkah mundur mendekati Tan dan Locked.

"Mereka datang," bisik Vivien.

Sosok penuh bulu yang tinggi dan besar muncul dari balik pohon. Kepalanya seperti rusa, tapi memiliki barisan gigi yang tajam menjulang keluar mulutnya. Tanduknya besar persis seperti tanduk rusa, disertai dengan tangan kurus yang juga panjang dipenuhi oleh cakar tajam. Postur tubuhnya agak bungkuk dan bagian punggungnya sangat besar seperti punuk. Meski berukuran tinggi dan besar, perutnya sangat kurus sampai memperlihatkan tulang rusuknya. Mereka terlihat seperti predator ganas yang sudah kelaparan selama berabad-abad.

"Apa itu?!" tanya Locked sambil menarik pedangnya.

Sebelum ada yang menjawab, muncul sosok lainnya yang mirip di sekeliling mereka. Tan, Vivien, dan Locked telah dikepung oleh mereka dengan jumlah yang sangat banyak. Mereka mendengus secara bergantian, memperlihatkan hawa membunuh yang sangat kuat. Tangan-tangan kurus yang panjang merayap dari balik pepohonan. Kepala rusa yang menyeramkan bermunculan dari segala arah, menatap mereka dengan tatapan tajam. Tidak bisa dipastikan berapa jumlahnya, tapi mereka terus berdatangan menghadang Tan, Vivien, dan Locked.

Tan menarik pedangnya dan bersiap untuk melawan. "Tentu saja, monster!"

Disaat yang sama, Slow Kill Party yang dipimpin oleh Cherry sedang mengarungi luasnya samudra. Slow Kill Party tidak lengkap akibat Akane yang fokus pada penelitian dan Kurosaki yang menjadi pemimpin penjaga salah satu kota, sehingga Yuika dan Wei yang merupakan salah satu dari 10 lulusan terbaik akademi dimasukan ke dalam Slow Kill Party untuk sementara. Mereka mendapatkan tugas untuk pergi ke kerajaan yang berada di benua seberang, membuat perjalanan mereka menjadi salah satu yang terjauh sekaligus terlama. Meski kapal telah menggunakan tenaga mesin dan sihir, kecepatannya masih tidak sebanding dengan jarak yang mereka tempuh.

Cherry sedang bersandar di geladak kapal sambil menikmati pemandangan lautan yang cerah.

"Wahhh! Angin lautnya segar sekali!!

Ia sangat suka menghirup udara laut yang terasa berbeda dengan udara di daratan. Burung-burung berterbangan diatas mereka, seolah membimbing menuju tujuan. Suara deburan ombak yang menghantam kapal juga menjadi pengalaman tersendiri bagi mereka yang belum pernah berlayar sebelumnya. Beruntung Cherry dan yang lainnya tidak memiliki mabuk laut.

Saat sedang melihat lautan dibawahnya, Cherry memperhatikan sesuatu yang aneh disana. Lautan yang sebelumnya berwarna biru cerah tiba-tiba memiliki sebuah lingkaran hitam. Semakin diperhatikan, lingkaran hitam tersebut bertambah ukurannya dengan sangat cepat. Setelah beberapa saat memperhatikan, Cherry menyadari bahwa itu adalah sebuah ancaman yang sedang menuju ke arah mereka.

"SEMUANYA!" Cherry berjalan perlahan menjauhi pinggir kapal dan segera berteriak dengan keras. "BAHAYA!"

Sebelum semua orang dan radar di dalam kapal menyadari kedatangannya, sesuatu itu sudah sampai ke permukaan dan menampakan dirinya. Tentakel raksasa muncul dan langsung melilit kapal dengan salah satu tentakel berdurinya, membuat pelayaran mereka terhenti. Semua kru kapal langsung panik, mereka tidak siap sama sekali dengan serangan mendadak yang berasal dari monster laut sebesar gurita itu. Meski kapal telah dilindungi dengan sihir sehingga tidak remuk saat dililit, mereka tetap tidak bisa bergerak sama sekali dan terancam akan kehabisan tenaga sihir.

Wei berlari keluar dari bagian dalam kapal dan menghampiri Cherry. "Apa itu barusan?!"

Yuika dan Reina juga berlari di belakang Wei. Mereka tidak mengetahui apa yang terjadi sebelum melihat gurita raksasa tersebut secara langsung. Sebuah pusaran air yang sangat besar muncul di depan kapal dan mengguncang kapal dengan sangat hebat. Setelah bertahan dari guncangan tersebut, kepala gurita bertanduk akhirnya muncul dan memperlihatkan ukuran sebenarnya yang bahkan melebihi kata raksasa.

Reina mengeluarkan pistol dan mengaktifkan Twin Stormnya. "I-ini sih gawat!"

Disaat party Tan dan Slow Kill Party berhadapan dengan monster di tengah jalan, Need dan Eevnyxz telah sampai di kota tujuan mereka berkat sihir Eevnyxz yang memungkinkan perjalanan cepat mereka. Akan tetapi, kedatangan mereka tidak disambut dengan baik. Mereka langsung dikepung oleh banyak pasukan khusus kerajaan tersebut.

Need menyenggol lengan Eevnyxx. "Bagaimana?"

Mereka telah dibidik oleh banyak penyihir dari atas tembok kota. Gerakan yang mendadak hanya akan mempersulit mereka, jadi mereka berdua belum mengeluarkan senjatanya.

Eevnyxz tersenyum. "Sesuai dengan prediksi Ardent sebelum kita berangkat."

Need mengangguk. "Ya. Kerajaan ini kemungkinan besar telah bergabung sebagai anggota ketujuh, dari aliansi yang tadinya hanya terdiri dari 6 kerajaan."

"Ini sih sudah bukan mungkin lagi," ucap Eevnyxz. Ia menghitung kira-kira berapa jumlah pasukan yang membidik mereka.

Tiba-tiba, tanah di belakang mereka bergetar dengan hebat. Tanah tersebut seperti terangkat oleh sesuatu dari dalamnya. Mereka berdua berlari menjauhi tanah itu dan menunggu sesuatu yang berada di dalam tanah untuk keluar.

Need penasaran dengan sesuatu yang akan mereka hadapi. "Kali ini, apa lagi?"

Perlahan, sebuah bola energi yang dilapisi oleh 3 cincin besar keluar dari dalam tanah. Ketiga cincin tersebut berputar ke segala arah dengan sangat cepat dan terlihat mengalirkan energi sihir dari bola energi. Karena kecepatan berputarnya yang tinggi, tanah-tanah di sekelilingnya mulai terhempas. Putaran cincinnya bergerak semakin cepat dan disertai kilatan listrik di bagian dalamnya. Getaran pada tanah juga semakin kuat dirasakan oleh Need dan Eevnyxz.

"Heeh ... Listrik kah?" Eevenyxz meraih tongkatnya dan mengalirkan energi sihir. "Mesin kalian bagus juga!"

Semua anggota Fallen Orions berada dalam kondisi yang cukup berbahaya karena dihadapkan oleh lawan yang tangguh. Hal itu juga dialami oleh dua mantan anggotanya, Reol dan Fuuko. Mereka disambut dengan baik oleh kerajaan yang mereka datangi, tetapi mereka diminta untuk menyelesaikan sebuah masalah yang sedang dialami di sana sebelum menyetujui ajakan aliansinya. Masalah tersebut cukup merepotkan, tapi mereka berdua tidak bisa menolak permintaannya agar aliansi bisa terbentuk.

Permintaan kerajaan tersebut adalah membunuh seorang petapa yang keberadaan sangat meresahkan. Petapa pada umumnya adalah orang yang baik dan penuh karisma, tapi berbeda dengan petapa di tebing pegunungan area kerajaan tersebut. Petapa itu sering mengancam keselamatan orang-orang yang tinggal di wilayah sekitar gunung. Area tersebut memiliki banyak tanah subur, tetapi pemanfaatannya tidak maksimal karena tidak banyak orang yang berani tinggal atau bekerja disana. Telah banyak orang yang mencoba mengalahkan petapa tersebut, tapi tak satupun dari mereka yang berhasil pulang.

Menurut isu yang beredar, petapa tersebut menggunakan orang-orang yang ia tangkap untuk mendapatkan sebuah kekuatan misterius. Belum ada yang bisa memastikan apapun tentang petapa itu selain ia adalah pelaku kejahatan, karena semua orang yang bertemu dengannya tak pernah kembali. Kedatangan Reol dan Fuuko disambut dengan baik karena para penduduk mengharapkan kedatangan orang yang kuat untuk membasmi petapa itu. Mereka berdua sekarang sedang berada di area tebing tempat dikabarkannya petapa tersebut bersembunyi.

"Jadi disini?" tanya Reol.

Ia memperhatikan pemandangan tebing yang indah dan udara segar disana. Angin sejuk meniup cukup kencang, bersamaan dengan dedaunan yang gugur berterbangan.

Fuuko mengangguk. "Ya. Di sekitar sinilah kata mereka petapa tersebut sering muncul."

Mereka berusaha mencari keberadaan sang petapa, tapi mereka tidak berhasil menemukan apa-apa. Karena merasa informasi yang didapat kurang tepat, mereka memutuskan untuk pergi dan mencarinya ke tempat lain. Saat mulai membalikan badan dari tebing, tiba-tiba sebuah bayangan besar menutupi cahaya matahari dari belakang mereka.

Reol menengok dan memperhatikan sosok raksasa bertangan banyak yang muncul dari bawah tebing. "Ahh ... Sepertinya mereka tidak salah."

Raksasa dengan wujud seperti patung wanita berdiri semakin tinggi di hadapan mereka. Bentuknya mirip Ashura dengan roda besar di punggungnya, tapi ia memiliki tangan yang berjumlah 12 dan tidak dilengkapi senjata apapun. Wajahnya hanya satu, tidak seperti Ashura yang memiliki beberapa wajah dengan ekspresi berbeda. Ukuran tubuhnya juga jauh lebih besar daripada Ashura. Meski telihat seperti patung, Reol dan Fuuko yakin bahwa itu adalah tubuh sang petapa yang mereka cari, sehingga raksasa tersebut tidak akan mudah dihancurkan.

"Ada lagi orang bodoh yang kesini!" Petapa itu berbicara dengan suara yang menggema ke seluruh pegunungan.

Hanya karena getaran yang ditimbulkan saat ia berbicara, burung-burung berterbangan dari pohon, menyelamatkan diri mereka dari sebuah pertarungan yang akan terjadi.

Reol segera memakai sarung tangannya. "Bahkan orang bodoh akan menang, jika melawan orang sok pintar!"

Separuh tubuh bagian atas perwujudan Ashura ikut muncul di belakang Reol, siap untuk menyerang dengan keempat senjatanya sekaligus.

Hampir semua tim yang dikirim ke luar kota memiliki tujuan untuk melakukan diplomasi dan membangun aliansi, kecuali satu tim yang mendapatkan perintah paling berbeda. Tim tersebut adalah party Army, Shiro, Rikka, dan Ashborn.

Mereka berempat sedang berada di atas sebuah tebing di gurun yang luas. Rikka duduk di pinggir tebing sambil mengayun-ayunkan kakinya dan bersenandung. Shiro menaikan satu kakinya ke atas batu dan bertumpu tangan pada pahanya. Army berdiri tegak sambil melipat tangannya. Ashborn duduk melipat kakinya sambil merapalkan sebuah mantera. Setelah selesai merapal, sebuah lingkaran sihir muncul di depan mata kanan mereka berempat. Lingkaran itu berfungsi seperti teropong yang dapat melihat sangat jauh, sehingga mereka bisa memantau sesuatu yang ada jauh di depan mereka.

"50 ribu?" tanya Rikka.

"Sepertinya 60," jawab Shiro

"Apa bedanya?" sahut Army.

"Tidak ada." Ashborn menunjuk ke suatu sambil mengarahkan pandangan teropong yang lain ke arah yang sama. "Kecuali yang itu."

Sebuah mesin raksasa terlihat berjalan cukup jauh dari bagian belakang barisan pasukan. Mesin itu membawa sebuah tembok besar dan bergerak menggunakan tiga kaki yang menopangnya di sisi kanan dan kirinya. Mesin itu juga dilapisi oleh baja dan sihir yang sangat tebal, telihat dari beberapa cahaya warna-warni yang sesekali dapat terlihat mengelilingi tembok dan kakinya. Tidak hanya memiliki tembok besar, mesin itu juga mengangkut sebuah benteng dan delapan menara yang sama-sama berukuran besar. Ada juga beberapa struktur lain yang sulit diidentifikasi dari jarak jauh. Singkatnya, mesin itu adalah kota kecil berjalan dengan benteng di tengahnya.

Tiap langkahnya menggetarkan tanah dengan sangat hebat, sehingga ia perlu menjaga jarak yang cukup dengan para pasukan yang berjalan kaki. Pergerakannya juga cukup cepat untuk sebuah mesin raksasa. Army dan yang lainnya yakin bahwa mesin itu bisa bergerak lebih cepat jika tidak ada pasukan di depannya. Ada beberapa orang yang berjalan di seluruh struktur pada mesin tersebut, menambah jumlah asli pasukan yang sebelumnya mereka perkirakan menjadi 70 ribu. Tidak hanya pasukan biasa, mereka berempat mendapati banyak keberadaan para petualang bayaran yang ikut serta berada disana.

Setelah beberapa saat di amati, Army dan yang lainnya telah cukup memahami tentang kekuatan besar yang sedang bergerak menuju mereka. Tanpa terasa, jarak mereka sudah semakin dekat dan membuat Ashborn khawatir.

"Mau pindah?" tanya Ashborn. "Keberadaan kita disini nanti akan ketahuan oleh mereka."

Shiro tertawa. "Hahaha. Keberadaanmu diketahui oleh calon mayat itu bukanlah hal penting!"

Shiro menatap Army. "Kau siap?"

Army mengangguk dan membuka sarung tangan kirinya. "Tentu saja."

Ia meraih tombak dan merobek sedikit telapak tangannya. Darah yang keluar dari telapak tangan Army tidak menetes ke tanah, tapi melayang secara perlahan menuju Shiro. Darah tersebut mengalir di udara dan berputar-putar di sekitar tangan kiri Shiro.

"Cukup. Lebih banyak dari ini, maka kau akan kekurangan darah."

Ashborn langsung menggenggam tangan Army dan mempercepat penutupan lukanya dengan sihir. Setelah luka Army tertutup, aura ungu mulai menyelimuti seluruh tubuh Shiro. Rambutnya terangkat oleh aura tersebut yang semakin lama semakin besar dan pekat. Darah Army yang berputar di tangan kirinya berputar semakin cepat, hingga bisa berfungsi sebagai pisau yang tajam. Ia kemudian berjalan menuju pinggir tebing, tepat di sebelah Rikka.

Rikka menatap Shiro dan bertanya, "Kau yakin?"

Shiro mengangguk. "Dengan bantuan kalian, aku sangat yakin."

Shiro kemudian terjun dari tebing, meninggalkan yang lainnya bertiga di atas. Ia meraih tombak di punggung dan melebarkan kedua tangannya sambil terjun bebas.

"Regretless - Bloodbath!"