Chereads / Fallen Orions Tales / Chapter 57 - Chapter 47 - Pulang untuk Kembali

Chapter 57 - Chapter 47 - Pulang untuk Kembali

Akane, Kurosaki, Reina, dan Saki sempat dilanda sebuah dilema. Mereka masih belum menemukan Cherry, tapi mereka juga harus mengantar kembali Army. Sempat terpikir oleh mereka untuk membagi kembali menjadi 2 tim, tapi usul itu ditolak oleh Saki dan Akane dengan alasan keamanan. Mereka masih belum tahu dengan pasti bagaimana kondisi diluar sana. Dengan membawa Army yang tak sadarkan diri, pastinya mereka akan kesulitan untuk melawan musuh jika tim dibagi lagi. Mereka akhirnya memutuskan untuk terus berjalan keliling sambil membawa Army melayang dengan sihir Akane.

Hanya ada satu lorong di lantai kedua. Mereka segera mencoba menelusuri lorong tersebut hingga sampai ke sebuah ruangan yang dipenuhi oleh buku.

"Perpustakaan?" Reina memperhatikan buku-buku yang berada di rak.

Kurosaki menghela nafas. "Hah ... Tidak ada yang bisa kumengerti."

Saki mengambil salah satu buku dan mencoba membacanya. "Jika dilakukan penelitian secara intensif, mungkin suatu hari nanti kita bisa membacanya."

"Bagaimana caranya?" tanya Reina.

Saki bersender di rak buku. "Ada berbagai cara seperti silang bahasa, tapi aku tak yakin cara itu bisa digunakan. Mungkin dengan mengumpulkan lebih banyak sampe, dicocokkan dengan berbagai hipotesis, dan berbagai hal rumit lainnya, sebuah bahasa bisa diterjemahkan."

Reina ikut mengambil buku lainnya. "Begitu ya ..."

"Ya, tapi itu tetap akan memakan waktu yang sangat lama."

"Berapa lama?" tanya Reina kembali.

"Entah, mungkin belasan hingga puluhan tahun."

Disaat Kurosaki, Reina, dan Saki membicarakan tentang buku sambil berjalan keliling, Akane tertarik dengan beberapa buku yang dipajang di tempat khusus. Ia berdiri diam disamping Army yang melayang sambil menatap buku-buku yang berada di rak yang dilapisi dengan rak transparan seperti kaca. Ukurannya lebih tebal, serta memiliki sampul yang lebih elegan daripada buku lainnya.

Kurosaki menghampiri Akane karena penasaran dengan Akane yang terlihat tertarik dengan sesuatu. "Sedang apa?"

Akane menengok. "Memperhatikan buku-buku."

Kurosaki melihat buku-buku yang ada di rak transparan. "Sepertinya itu buku khusus ya?"

Akane mengangguk. "Aku juga berpikir begitu."

Kemudian, Reina berteriak memanggil mereka. "Semuanya! Disini ada lorong lagi!"

Saki menutup dan meletakkan kembali bukunya. "Oh, ayo kesana!"

"Ayo Akane." Kurosaki berlari menyusul mereka.

"Ya," jawab Akane. Sekali lagi, ia memperhatikan buku-buku pada rak transparan tersebut. Setelah beberapa saat, ia akhirnya berlari mengejar yang lainnya di depan lorong dan melanjutkan perjalanan mereka.

Mereka melewati berbagai percabangan yang sangat panjang tanpa khawatir akan tersesat. Berkat otak Saki yang dapat mengingat hal dengan mudah dan tambahan penanda sihir dari Akane, mereka bisa menemukan jalan kembali dengan mudah.

Setelah berjalan cukup lama, Saki semakin khawatir dengan kondisi Army yang tidak segera mereka bawa pulang. Ia mendekatkan lenteranya pada wajah Army. "Kita sudah menemukan senior Army, tapi kita malah kehilangan kak Cherry ..."

"Tak usah khawatir. Aku yakin dia baik-baik saja," jawab Akane.

"Tetap saja aku cukup khawatir dengannya. Maksudku, kita mungkin bisa tetap santai karena kita masih bersama."

"Aku mengerti maksudmu Reina," ucap Reina. "Meski Cherry selalu terlihat santai, tapi ia juga pernah panik beberapa kali."

Kurosaki mengangguk. "Ya. Kita tidak tahu apakah ia akan tetap tenang di tempat asing seperti ini."

Akane tertawa. "Heh, kalian terlalu meremehkannya."

Akane menengok kebelakang, menatap Army yang melayang mengikutinya. "Shiro beberapa kali menceritakan tentang kakaknya Cherry padaku. Menurutnya, Kak Army adalah orang yang rasional dan sangat bisa menjaga profesionalitasnya."

Akane kembali menghadap ke depan. "Cherry selalu bersama kakaknya sejak kecil, sudah pasti ia juga mewarisi sifat kakaknya yang seperti itu."

"Kuharap itu benar," ucap Reina.

"Tak perlu berharap, karena itu sudah benar," jawab Akane dengan penuh percaya diri.

Sebagai orang yang paling dekat dengan Cherry, Akane tidak pernah ragu dengan pemikirannya terhadap Cherry bahkan yang buruk sekalipun. Seakan ada perasaan yang saling terkoneksi diantara mereka.

Tiba-tiba, Saki menghentikan langkahnya.

Kurosaki menengok. "Shiro, ada apa?"

"Sssttt ..." Saki meletakkan telunjuk di depan mulutnya.

Mereka semua segera berhenti berjalan dan diam tak bersuara.

"Maju secara perlahan!" Saki berbicara dengan suara yang sangat kecil dan halus. Ia menutup lenteranya dan langsung lari ke persimpangan lorong di depan tanpa mengeluarkan suara apapun dari langkahnya.

Melihat Saki yang menyiapkan senjatanya, mereka langsung mengerti bahwa Saki mendengar sesuatu yang mendekat kearah mereka. Setelah mematikan cahayanya juga, mereka berjalan perlahan menuju Saki tanpa bersuara sambil menyiapkan senjatanya.

Saki kembali berbisik pada mereka. "Kalian dengar? Suaranya samakin dekat!"

Mereka bertiga mengangguk setelah mendengar suara langkah dan orang yang berbicara dari lorong di sebelah mereka. Semakin lama didengar, suara tersebut semakin jelas terdengar.

"Ah! Persimpangan ini membuatku gila! Mana kita harus menaiki tangga yang sangat tinggi pula!"

"Hahaha, ambil sisi baiknya. Setidaknya kita sedang naik keatas, tidak lagi berada dibawah tanah."

"Kalau begini terus, kita bisa pingsan karena kelelahan. Kakak sendiri masih bisa berjalan?"

"Jangan khawatir, aku masih cukup kuat."

Kurosaki terkejut mendengar suara dari dua orang tersebut. "Cherry?"

"Dan Shiro?" tambah Akane.

Suara Cherry dan Shiro terdengar semakin jelas menuju kearah mereka. Bersamaan dengan cahaya biru yang keluar dari lorong tersebut.

"Lihat, persimpangan lagi! Sampai kapan kita akan bertemu dengan aula utamanya?"

"Entahlah, mataku terus tertutup sejak kemarin, jadi aku tidak tahu struktur ..."

Saat Cherry dan Shiro keluar ke persimpangan lorong, mereka menatap Akane, Kurosaki, Reina, dan Saki dengan penuh kebingungan. Terlihat Cherry yang sedang membopong Shiro sambil memegang lentera dengan tangan kanannya.

"Hah?" Cherry berusaha memperoses apa yang terjadi.

"Akane?"

Mereka berdua tidak percaya dengan pertemuan yang sangat kebetulan tersebut.

Akane sedikit lega melihat Shiro, tapi ia juga sama seperti yang lainnya, yaitu terkejut sekaligus bingung. "Kalian, baik-baik saja?"

Mereka saling bertatapan tanpa berkata apapun. Ada banyak pertanyaan yang mereka ingin tanyakan satu sama lain, tapi pertanyaan itu terlalu banyak untuk diungkapkan sekaligus sehingga mereka harus berpikir ekstra untuk memulai sebuah pertanyaan

Shiro menyadari tubuh Army yang melayang di belakang Akane. "Cherry, lihat itu!"

"Hah, apa?" Cherry menengok kearah yang Shiro lihat. Ia sangat terkejut ketika melihatnya. Seluruh kebingungan yang ia rasakan langsung berubah menjadi semangat yang membara.

"Kakak!" Cherry langsung berjalan dengan cepat menghampiri tubuh Army yang melayang, seakan lupa dengan pertemuan ajaibnya.

"Army masih hidup?" tanya Shiro.

Akane mengangguk.

Cherry dan Shiro langsung menghela nafasnya secara bersamaan. Mereka duduk dan bersandar di tembok, beristirahat untuk pertama kalinya setelah perjalananan jauh. Mereka memanjangkan kaki untuk memperlancar peredaran darahnya.

"Kita berhasil kak Shiro!"

"Ya!"

Mereka berdua melakukan tos, merayakan keberhasilan mereka dalam kembali bergabung dengan yang lainnya meski faktor keberuntungan berperan penting disini.

"Kalian sepertinya kompak sekali." Akane melipat tangannya sambil bersandar di tembok.

"Ya, kalian sudah seperti kakak adik," tambah Kurosaki.

Shiro tersenyum. "Hehe, mungkin kalian tidak tahu, tapi Cherry adalah muridku!"

Cherry mengangkat dagunya dengan bangga. "Kak Shiro lah yang mengajarkan Dragonic Charge padaku!"

"Pantas saja kau bisa menguasainya dengan cepat," ucap Akane.

Saki menghampiri Cherry. "Kak Cherry, senior, apakah kalian baik-baik saja?"

Cherry mengangguk. "Ya, kami baik-baik saja."

"Eh, aku ..." Shiro tidak bisa menjawab langsung pertanyaan Saki. Ia menggaruk kepalanya dan menjawab, "Regretless ku masih aktif, hehe ..."

Mereka semua kecuali Cherry terkejut mendengarnya.

Akane segera menghampiri Shiro dan menarik kerahnya. "Kenapa kau bisa sangat santai, bodoh!"

Sambil terayun-ayun, Shiro menjawab, "Aku menahannya dengan Detention, jadi kita masih memiliki waktu untuk kembali."

Akane menarik-narik kerah baju Shiro dengan lebih cepat. "Tetap saja kita tidak bisa membuang-buang waktu!"

Reina menepuk bahu Akane sambil tersenyum manis. "Yah, sepertinya membiarkan mereka istirahat sebentar tidak apa-apa. Lagipula, mereka sudah berjalan jauh sejak tadi."

Cherry langsung berdiri sambil mengangkat lenteranya. "Aku baik-baik saja!"

Kurosaki tertawa. "Jangan memaksakan diri. Kalian sebaiknya beristirahat saja dulu."

"Tak apa." Shiro berusaha beridiri. "Jika hanya berjalan, aku bisa."

"Ah -"

Sebelum Cherry membantu Shiro berdiri, Akane sudah menjulurkan tangannya duluan pada Shiro. "Biar kubantu."

Shiro melirik kearah Cherry dan memberikan kepalan tangannya untuk melakukan tos. "Terimakasih Cherry. Kau juga ingin melihat kakakmu lebih dekat kan?"

Shiro kemudian meraih tangan Akane dan Akane membantunya berjalan seperti Cherry sebelumnya. Cherry mengetahui bahwa Akane memiliki beberapa hal yang ingin ia bicarakan pada Shiro, jadi ia langsung berjalan ke samping Army dan berharap kakaknya bisa segera siuman. Setelah memastikan semuanya baik-baik saja, mereka segera kembali dengan Saki sebagai pemimpin jalan karena ia yang mengingat seluruh rutenya. Sepanjang jalan, mereka menceritakan apa saja yang mereka alami selama berpisah. Disaat itu jugalah Cherry menjelaskan kalau void terjadi akibat kekuatan kegelapannya disertai dengan kesaksian Shiro.

Setelah kembali ke dunia aslinya, mereka segera disambut oleh Curie. Cherry sempat bertanya pada Curie mengenai penyelamatan yang dilakukan tim lainnya. Curie menjelaskan kalau ada beberapa yang sudah diselamatkan, dan diantaranya memiliki cerita yang sama seperti yang dialami Slow Kill Party, yaitu orang diselamatkan terjebak di dalam sebuah kristal. Setelah mendengar sedikit penjelasan, mereka segera mengantar Shiro dan Army ke kamp khusus perawatan untuk mereka yang dijemput. Persis seperti yang Curie katakan, ada beberapa orang yang sudah diselamatkan disana. Mereka semua masih tak sadarkan diri. Sejauh ini hanya Shiro yang sudah sadar sejak pertama kali ditemukan.

Akane meletakkan Army di atas ranjang dan menghilangkan sihir yang membuatny melayang. Tim medis langsung datang tak berapa lama kemudian untuk memeriksa kondisi Shiro dan Army lebih jauh. Mereka berlima kemudian keluar dari kamp.

Cherry meregangkan tubuhnya. "Hahhh ... Penyelamatan pertama berhasil sukses."

Ia menengok kebelakang, kearah yang lainnya. "Sekarang, siapa yang mau makan dulu!"

Akane, Kurosaki, dan Reina mengangkat tangan mereka. Melihat Saki yang tidak mengangkat tangan, Cherry menghampiri Saki dan merangkulnya.

"Ayo Saki, kau juga diajak!"

"E-eh, aku harus memberikan laporan lebih dulu ..."

"Begitu ya ..." Cherry melepas rangkumannya. "Kalau begitu setelah laporan susul kami ya!"

Cherry tersenyum dan berkedip sambil mengacungkan jempolnya. "Setelah ini, aku ingin mengenalmu lebih dekat!"

Saki terkejut dengan ucapan Cherry. Ia seakan mengetahui apa maksudnya, tapi ia tidak berani untuk mengambil kesimpulan terlalu cepat. Satu hal yang ia tau, hal itu mengarah pada sesuatu yang baik. "Baiklah, aku akan datang!"

Sementara itu, di sebuah lahan tandus luas yang jauh sekali dari jangkauan para penjelajah. Seseorang baru saja menghancurkan kristal yang memerangkapnya. Ia menggerakkan seluruh engsel tubuhnya yang terasa pegal setelah beberapa lama tidak digerakkan.

"Ugh ... Udaranya beracun." Ia menggunakan sihirnya dan membersihkan udara disekitarnya.

Ia melihat sekeliling sambil mengencangkan ikatan kedua pedangnya di punggung. "Apa kabar anak-anak ya?"