Setelah berjalan jauh, Slow Kill Party dan Saki akhirnya tiba di bangunan yang ingin dituju oleh Cherry. Bangunan itu berbentung spiral yang menjulang tinggi hingga menembus awan. Ukurannya sangat besar, membuat mereka terperangah melihatnya.
"Wow ... Sepertinya dari jauh tidak sebesar ini." Cherry menatap gedung tersebut dari bawah hingga keatas.
"Semuanya, kalian bisa baca tulisan itu?" Akane menunjuk ke sebuah tulisan yang berada di dekat pintu masuk.
Reina memfokuskan pandangannya, tapi ia tidak mengerti apa yang tertulis disana. "Sepertinya bahasa asli dunia ini. Aku tak pernah melihat tulisan seperti itu sebelumnya."
Cherry kembali berjalan masuk menuju bangunan tersebut. "Tidak seperti kita harus memahaminya juga."
Mereka berlima masuk kedalam dan semakin terperangah dengan bangunan yang sangat besar itu. Didalamnya hanya tangga spiral yang sangat panjang dengan beberapa pintu di sekelilingnya. 4 lorong di sekitar tangga yang entah mengarah kemana.
"Kalau seluas ini, kapan selesainya?" tanya Akane yang pesimis.
Saki menatap pintu-pintu yang ada. "Bagaimana kalau kita masuki saja dulu?"
Akane berpikir sebentar. "Boleh. Siapa tau kita bisa menemukan sesuatu yang menarik disini."
"Apakan akan lebih baik kalau kita berpencar?" tanya Reina.
Cherry balil bertanya, "Siapa yang kemana?"
Saki mengangkat tangannya. "Bagaimana kalau aku sendiri yang keatas sana?" Ia menunjuk ke salah satu pintu yang berada diatas.
"Dan kami menyebar ke masing-masing lorong?" tanya Akane.
Saki mengangguk. "Ya."
Setelahnya, mereka segera berpencar dengan Saki yang keatas sendiri dan 4 lainnya memasuki lorong. Sebenarnya ada papan tulisan sebelum memasuki lorong, tapi tidak ada yang mengetahui apa artinya sehingga mereka mengabaikan papan nama tersebut. Karena berpencar, mereka mengatur jumlah cahaya yang mengitari mereka agar tetap seimbang. Cherry dan Saki mendapat cahaya yang lebih sedikit karena mereka berdua memegang lentera, sehingga mereka hanya butuh cahaya sebagai pembersih udara.
"Aku merasakan sesuatu di bangunan ini, tapi entah dimana lokasi pastinya."
Tiba-tiba, Tofu muncul. "Cherry!"
'Whoa, kau mengejutkanku. Untung wujudmu lucu."
Tofu melayang-layang di depan Cherry. "Maaf, tapi aku sangat bersemangat setelah merasakan kekuatan kegelapan ku disini."
"Sungguh?!"
"Ya!"
Cherry mempercepat langkahnya. "Kita harus cepat mencari kakak!"
Tak lama setelah Cherry berjalan, ia mendapati sebuah pintu dengan tulisan aneh lagi. Pintu tersebut terbuat dari besi dan berukuran cukup tebal. Akan tetapi, ia beruntung karena pintu tersebut sedikit terbuka. Ia bisa masuk dengan mudah kedalam ruangan di baliknya.
"Kakak?" Cherry berbisik dengan suara yang sangat kecil sambil masuk secara perlahan.
Di dalam, terlihat banyak tabung kaca besar berisi air berwana hijau transparan yang aneh. Dengan adanya banyak tuas serta tombol di sekitarnya, mereka seakan memberi tahu Cherry bahwa mereka adalah salah satu teknologi dari dunia Toram.
"Bukan disini sepertinya."
Cherry tertarik dengan gambar yang terpampang di salah satu tabung. "Seperti struktur tubuh manusia."
Ia menyentuh gambar tersebut. "Sepertinya ini adalah indikator."
Ia berjalan mundur sedikit dan melihat seluruh tabung di sekitarnya. "Apakah ini laboratorium?"
Tidak mau cepat mengambil kesimpulan, Cherry memutuskan untuk berjalan mengelilingi ruangan tersebut lebih jauh. Ia menemukan sebuah meja dengan peralatan yang ada diatasnya. Ia sempat membuka rak di belakang meja dan mengeluarkan beberapa buku yang ada disana. Ia mengambil kursi dan duduk di meja sambil melihat-lihat apa saja yang ia temukan.
"Mari kita lihat apa isinya." Ia membuka salah satu buku.
Seperti sebelumnya, ia sama sekali tidak mengerti bahasa yang digunakan dalam buku tersebut.
"Seharusnya aku sudah tahu..."
Ia akhirnya memilih untuk membuka halaman secara acak dan melihat gambarnya saja. Ada banyak gambar yang berbentuk seperti tubuh manusia hingga ke organ tubuhnya. Karena hal itu, Cherry semakin yakin bahwa ruangan tersebut adalah lab percobaan.
Cherry kembali menatap tabung-tabung di hadapannya. "Pertanyaannya tinggal apakah ini digunakan pada manusia sebelum penghalang dibuat, atau setelahnya ..."
Ia terus membaca bukunya, tapi tak ada informasi lain yang ia bisa temukan karena perbedaan bahasa.
Cherry meregangkan tubuhnya sambil bersender pada kursi. "Hahhh ... Kurasa sebaiknya aku lanjut per ..."
Tiba-tiba, sebuah lampu berwarna merah menyala. Terdengar juga suara keras di dalam ruangan tersebut yang seperti sebuah alarm.
"Eh?!"
Belum sempat Cherry berdiri, lantai dibawahnya terbuka dengan cepat.
"AAAHHH!"
Ia terjatuh sangat dalam bersama dengan kursi yang ia duduki.
Sementara itu Akane, Kurosaki, Reina, dan Saki segera berlari untuk berkumpul kembali di aula utama karena mendengar suara alarm tersebut.
Saki duduk pada pegangan tangga dan meluncur disana agar ia lebih cepat turun. "Apa yang terjadi?!"
"Sepertinya aku melakukan sebuah kesalahan!" ucap Akane.
Reina menengok. "Kesalahan?"
"Saat memasuki sebuah perpustakaan, aku melihat ada sesuatu yang berbentuk seperti sebuah tombol. Ia berkelap-kelip sehingga membuatku penasaran dan menekannya."
Kurosaki berlari untuk berlari untuk bergabung dengan mereka. "Oi, ada apa?!"
"Sepertinya kak Akane menekan tombol darurat," jawab Saki.
"Eh?" Kurosaki merasa heran. "Bukannya bangunan ini sudah tak berfungsi lagi?"
"Sepertinya begitu, tapi sepertinya alarm darurat aktif dengan energi cadangan," jawab Akane.
Setelah beberapa saat, alarm akhirnya berhenti berbunyi.
"Omong-omong, dimana Cherry?" Reina menengok ke sekeliling, mencari keberadaan Cherry.
Akane ikut melihat sekitar. "Iya juga. Kemana dia?"
Reina menunjuk ke lorong yang sebelumnya dilalui Cherry. "Dia kesana kan?"
Saki segera berlari menuju lorong tersebut. "Ayo kita cari kak Cherry!"
Mereka berempat segera menelusuri lorong tersebut, tapi mereka tidak menemukan Cherry sama sekali. Mereka juga sampai ke ruangan penuh tabung kaca besar yang sebelumnya didatangi oleh Cherry. Akan tetapi, lantai yang sebelumnya terbuka dan menjatuhkan Cherry telah tertutup kembali, membuat mereka tidak tahu bahwa Cherry jatuh kesana.
"Buku-buku ini, sepertinya baru saja dibaca." Akane memperhatikan tumpukan buku yang Cherry letakkan di meja.
"Apakah ini perbuatan Cherry?" tanya Kurosaki.
"Seharusnya begitu. Hanya ia yang kesini,! Jawab Kurosaki sambil memperhatikan tabung di depannya.
Saki memangku wajahnya dengan satu tangan. "Atau ada sesuatu yang lain disini?"
Akane menengok. "Maksudmu Cherry diserang sesuatu?"
"Kuharap tidak, tapi kemungkinan itu ada."
Akane menutup kembali buku yang sedang ia baca. "Ada benarnya juga."
Mereka kembali dikejutkan dengan suara berisik yang terjadi di dalam bangunan itu. Tak hanya suara, kali ini seluruh bangunan bergetar dengan hebat. Debu-debu berjatuhan dari atas mereka akibat getaran yang terjadi.
"Kali ini apalagi?!" Akane bersiap mengeluarkan tongkat sihirnya.
Kurosaki menyiapkan perisai dan mengambil posisi ke depan. "Kembali ke depan!"
Mereka kembali berlari keluar dari lorong ke aula utama. Bukannya mendapati sosok musuh, mereka malah mendapati bahwa posisi tangga pada aula utama telah berubah dan mereka terus bergerak. Itulah yang menyebabkan getaran besar terjadi. Pintu-pintu yang semula ada menjadi hilang. Terlihat juga bagian atas yang sebelumnya tertutup telah terbuka. Tangga itu sekarang seakan menyuruh mereka untuk naik keatas. Setelah berputar beberapa saat, tangga tersebut berhenti bersama dengan getaran yang terjadi. Semakin terlihat bahwa tangga tersebut mengatakan mereka untuk langsung naik keatas.
"Apakah kita harus kesana?" tanya Reina.
Sayap sihir Akane mulai muncul, menandakan kalau ia sudah memasuki mode siaga. "Sepertinya begitu."
Sementara Akane, Kurosaki, Reina, dan Saki sedang bersiaga sambil menaiki tangga, ada seseorang yang sedang panik akibat ulahnya sendiri.
"Tofu! Tofu! Tofu! Bagaimana ini?!"
Cherry berusaha memperbaiki sebuah layar yang ada di depannya dengan menarik beberapa tuas dan menekan berbagai tombol.
Tofu kembali muncul kehadapan Cherry. "Mana aku tahu, lagian kenapa kau asal sentuh?"
Cherry berhasil selamat setelah terjatuh kedalam lubang. Ia telah berjalan cukup jauh menelusuri lorong yang ada disana hingga bertemu dengan sebuah ruangan yang menarik perhatiannya. Ruang tersebut mirip seperti ruang sebelumnya yang ia masuki, tapi ruang tersebut hanya berisi berbagai mesin yang berbentuk aneh dan asing baginya.
"H-habisnya mereka semua sangat menarik ..."
Tofu memperhatikan tombol-tombol yang ada. "Setidaknya hanya terjadi gempa sebentar. Kita masih aman disini."
"Justru itulah yang menghawatirkan. Sesuatu telah terjadi, tapi kita tidak tahu apa itu."
"Kalaupun tahu, memangnya kau bisa apa?"
"Eh ..."
Tiba-tiba, tembok dibelakang mereka terbuka.
"Kenapa itu?" tanya Cherry sambil melihat tombol dan tuas yang ada.
"Kau menekan apa lagi kali ini?"
"Enak saja, aku tidak menyentuh apa-apa lagi!"
Tofu terbang ke depan tembok yang terbuka tersebut. "Kalau begitu, mungkin ini jalan ini satu mekanisme dengan gempa yang terjadi barusan."
Cherry ikut berdiri di samping Tofu. "Artinya, kita memang harus melewati jalan ini?"
Tofu menatap Cherry. "Sepertinya begitu. Kau mau lanjut jalan?"
Cherry mengangkat lentera di tangannya. "Apakah aku punya pilihan lain?"
"Pakai tanya ..."
Cherry memulai langkahnya memasuki lorong yang baru terbuka tersebut. "Kalau begitu, ayo!"