Saat menunggu para dewa lainnya, Cherry menghampiri Curie di depan portal. "Bu Curie, apakah aku bisa pulang sebentar?"
"Tentu saja, mau kuantar?"
Cherry berpikir sebentar. Ia tidak mau merepotkan Curie, tapi ia juga tidak bisa menolak tawarannya. "Baiklah Bu!"
Curie menatap Akane, Kurosaki, dan Reina. "Kalian juga mau ikut?"
Mereka bertiga saling bertatapan dan mengangguk.
Curie menjentikkan jarinya. Seketika mereka berempat melayang sepertinya.
"Jadi, dimana rumahmu Cherry?"
Cherry berusaha menyeimbangkan tubuhnya dan menunjuk ke arah rumahnya. "Kesana Bu!"
Curie membawa mereka "terbang" menuju rumah Cherry. Mereka duduk di udara seperti duduk diatas tanah pada biasanya.
Saat sudah sampai di depan rumahnya, Cherry memberitahu Curie. "Disini rumahku Bu Curie!"
Curie berbelok kearah rumah Cherry dan berhenti di depan pintunya. Ia kemudian menurunkan mereka semua karena tujuan sudah tercapai.
Cherry membuka pintu dengan kunci yang ia pegang. "Aku pulang!"
Kondisi rumah sama seperti saat mereka meninggalkannya. Tidak ada yang berubah sama sekali.
Akane melihat banyak barang-barang yang ditinggal disana. "Kau tidak membawa barang-barangmu?"
"Bawa, tapi hanya yang sangat penting saja." Cherry segera berlari menuju kamar dan membuka lemarinya.
"Hmm, dimana ya ..." Ia mencari sesuatu di dalam lemarinya.
Kurosaki mengintip dari luar kamar. "Mencari apa?"
"Ini dia!"
Cherry berbalik badan dan memperlihatkan apa yang ia cari. "Tadaaa! Tas kesayanganku. Kita akan pergi kan, maka kita perlu membawa banyak barang-barang kesana."
"Ah, benar juga. Kita tak mungkin hanya membawa senjata kesana."
Curie ikut mengintip kedalam. "Sebenarnya kalian tak perlu khawatir mengenai itu, tapi tidak ada salahnya juga mempersiapkan hal yang lebih."
"Tentu saja Bu Curie!" Cherry keluar kamar dan menutup gordennya lagi.
Cherry melihat Akane dan Reina yang duduk di kotatsu. "Kalian tidak ingin bawa tas juga?"
Akane mengeluarkan portal sihir kecil. "Aku sudah punya tas portabel sendiri."
"Eh? Harusnya aku bisa menitipkan barang padamu saja."
Akane menutup kembali portalnya. "Sayang sekali, tapi penyimpanan ini terbatas juga. Ukurannya kurang lebih sama dengan tasmu, hanya saja ia bisa diakses seperti ini."
Cherry menatap Reina. "Lalu, bagaimana denganmu Reina?"
Reina membuka mantelnya, memperlihatkan barang-barang serta peluru cadangan yang ia bawa. "Aku sudah cukup dengan ini."
Cherry menengok kebelakang, bertanya pada Kurosaki. "Lalu Kurosaki?"
Kurosaki menggaruk kepalanya. "Ahaha, kurasa aku sudah terlalu banyak barang bawaan."
Cherry melihat perisai Kurosaki. Ia paham dengan maksudnya. Terlalu sedikit tempat untuknya membawa barang-barang. Jika dipaksakan, fleksibilitasnya akan menurun.
"Ah ... Iya juga. Jadi, sekarang kita kemana?"
Tiba-tiba Curie seperti mendengar seseorang yang memanggilnya. "Semuanya, sepertinya para dewa sudah sampai."
Curie segera mengantar mereka terbang kembali ke portal untuk bertemu dengan dewa lainnya. Sesampainya disana, terlihat 3 orang dewa yang sedang berdiri di sekeliling portal.
Curie memanggil mereka. "Newton, Galilei, Watt!"
Watt menengok kebelakang. "Curie? Siapa mereka?"
"Wah, kau sudah mendapat teman baru Curie," tambah Galilei.
Meski mereka adalah dewa, penampilan mereka sangat mirip dengan manusia. Hingga pakaian yang mereka kenakan pun bergaya manusia modern dan mengikuti tren.
Curie menurunkan mereka. "Semuanya, sudah saatnya kami berkenalan lagi dengan kalian."
Ia menunjuk ke salah satu dewa yang memakai pakaian tuksedo hitam putih dan topi tinggi. "Dia adalah Newton. Ekspresinya memang selalu serius, tapi aslinya ia tidak se serius itu."
Mereka berempat bersalaman dengan Newton sambil memperkenalkan diri.
"Senang berkenalan dengan kalian gadis-gadis muda."
Curie lanjut memperkenalkan dewa lainnya yang menggunakan mantel bulu berwarna biru tebal. "Dia adalah Watt, yang paling hebat suka berbicara diantara kami."
"Salam kenal semuanya! Kalian memanggilku Pak Watt seperti kalian memanggil Curie dengan Bu!"
Kemudian, Curie memperkenalkan pada dewa terakhir. Ia menggunakan "Yang terakhir adalah Galilei. Ia adalah dewa yang paling tertarik dengan kehidupan manusia."
Galilei tertawa. "Haha, tapi sekarang aku hanya bisa memerhatikan mereka dari jauh tidak seperti dulu. "
Setelah berkenalan, mereka langsung membahas inti dari rencana yang akan dilakukan oleh para dewa.
Watt melipat tangannya sambil menjelaskan pada Slow Kill Party. "Singkatnya, barusan kami telah memeriksa seluruh penjuru Toram dengan menscan seluruh dunianya. Kami juga telah menemukan seluruh lokasi teman kalian yang terjebak disana."
"Benarkah?!" Cherry bersemangat setelah mendengar Watt.
Watt mengangguk. "Ya, tapi kekuatan kami tidak cukup untuk menggambarkan lokasi spesifiknya. Meski begitu, kami akan memberikan kalian ini sebagai penuntun perjalanan nanti."
Galilei menyerahkan sebuah toples pada mereka. Toples tersebut berisi cahaya biru terang yang bisa terbang seperti kunang-kunang. "Mereka akan menuntun kalian dalam perjalanan sampai pulang."
Setelah toples itu dipegang oleh Kurosaki, Galilei melanjutkan penjelasan Watt. "Karena kami tidak tahu posisi spesifiknya, kalian harus sangat berhati-hati disana. Soal kebutuhan seperti makan dan minum, kalian tinggal bisikan saja pada cahaya itu, maka kami akan memberikannya pada kalian. Cahaya itu bisa menjadi alat komunikasi kita."
Akane mengangkat tangannya. "Apakah kami akan berhadapan dengan sesuatu yang mengerikan disana? Kami baru saja melawan cacing raksasa yang sangat merepotkan. Akan berbahaya jika hanya kami yang kesana."
Newton menjentikkan jarinya. "Itu dia. Kalian tidak perlu khawatir, karena kami bisa memastikan bahwa dunia Toram saat ini telah kosong."
"Kosong?!" Curie yang mendengarnya ikut terkejut bersama seluruh anggota Slow Kill Party.
Newton mengangguk "Kami juga tidak tahu kenapa, tapi tidak ada tanda-tanda kehidupan selain manusia yang terjebak disana. Asumsi kami adalah mereka semua sudah pergi dari sana atau mati akibat suatu hal misterius."
"Tapi kalian jangan sampai lengah ya. Kemampuan kami saat ini terbatas, jadi kami hanya 90% yakin dengan hasil scan yang kami lakukan," tambah Watt.
Newton kembali menambahkan kata-katanya. "Satu lagi mengenai hanya kalian yang akan kesana. Kalian tak perlu masuk terlalu jauh. Masuklah secukupnya dan membiasakan diri dengan kondisi disana yang tidak seindah disini. Setelahnya, kalian bisa langsung kembali tanpa perlu menyelamatkan apapun."
"Eh, kenapa begitu?" Cherry menjadi bingung.
"Karena akan sangat berbahaya jika hanya kalian yang kesana. Selain itu, waktu penyelamat juga akan sangat lama. Tubuh manusia tidak akan bisa bertahan lama jika tanpa makanan dan air."
Mereka berempat terkejut. Mereka hampir saja melupakan soal kebutuhan inti manusia yaitu makan dan minum.
Galilei berusaha menenangkan mereka. "Jangan terlalu khawatir. Kami bisa sedikit menahan kerusakan pada tubuh mereka. Akan tetapi, tubuh mereka akan tetap rusak jika terlalu lama berada disana. Kita masih punya beberap waktu. Dengan banyak orang yang mencari, mereka semua pasti bisa kembali dengan selamat."
Curie menatap Mereka. "Setelah kembali, kalian harus membawa lebih banyak orang kesini untuk melakukan sebuah pencarian besar-besaran. Kami akan mengantar kalian untuk mengabarkan ini pada mereka agar lebih hemat waktu."
Setelah penjelasan yang cukup detail mengenai situasi di Toram, seluruh anggota Slow Kill Party segera bersiap untuk memasuki portal tersebut. Satu-persatu dari mereka masuk ke dalam portal hingga semuanya telah memasuki Toram. Disana, hanya terlihat tanah tandus dan gelap dimana-mana. Tidak ada mahluk hidup sama sekali, bahkan pohon yang ada hanyalah pohon yang sudah mati. Kabut ungu tebal menghalangi padangan dan membuat mereka sulit untuk bernafas. Mereka bisa melihat beberapa bayangan dari sebuah bangunan di berbagai arah dengan bentuk yang aneh tidak seperti bentuk bangunan manusia.
Cherry menengok ke belakang. "Kurosaki, kunang-kunangnya!"
"Ya!" Kurosaki membuka toples yang diberikan pada mereka.
Cahaya tersebut langsung berterbangan diantara mereka, membersihkan kabut yang ada disekitar mereka serta memberikan tambahan cahaya karena disana sangat gelap. Udara yang melewati cahaya tersebut juga disterilkan sehingga mereka tak lagi sesak nafas. Terdengar suara Curie beberapa saat setelah mereka bisa bernafas lega.
"Halo, kalian bisa mendengarku?"
"Bisa Bu Curie!" jawab mereka secara bersamaan.
"Baiklah. Semoga kalian bisa cepat beradaptasi disana. Jangan ragu untuk memanggil kami dan segeralah pulang secepatnya ya!"
"Baik Bu Curie!"
Mereka berempat memperhatikan sekelilingnya. Dunia toram yang tandus, gelap, beracun, dan kosong. Sejauh mata memandang, hanya merekalah satu-satunya mahluk hidup disana. Suasanya sangat sunyi, bahkan suara yang berasal dari alam tidak terdengar sama sekali. Semua orang yang memasuki Toram untuk pertama kalinya pasti merasakan hal sama, yaitu rasa tidak nyaman.
"Jadi, kemana sebaiknya kita berjalan?" tanya Kurosaki.
Cherry menunjuk kearah sebuah bangunan besar yang berada jauh di depan mereka. "Kesana ... Kurasa ada sesuatu disana."
Cherry menutup sebelah matanya dengan tangan kanan. "Tidak, aku yakin ada sesuatu disana!"