Cherry, Akane, Kurosaki, dan Reina ditugaskan untuk kembali ke kota dengan alat teleportasi darurat. Cherry telah meyakinkan Saki bahwa ada sesuatu yang tidak beres sedang terjadi pada mereka yang mempertahankan kota. Dengan bukti bangkitkan kekuatan kegelapan Cherry, itu sudah bisa menandakan hal aneh yang terjadi. Tofu memberitahu langsung pada Cherry kalau Army tidak sadarkan diri bukan karena pengaruh alami, tapi karena ada sesuatu yang menahannya untuk bangun. Ia juga memberitahu Cherry jika kekuatan kegelapannya tidak sebesar milik Army karena Tofu tidak 100% berpindah ke tubuhnya. Hal itu membuat efek Fear dari mata iblis Cherry nyaris 0 dalam kondisi normalnya, tidak seperti Army yang akan selalu memberikan Fear jika tidak ditutup. Matanya hanya membuat penampilannya sedikit lebih menyeramkan.
Setelah menggunakan item teleportasi, mereka tiba di tengah kota yang sangat sepi.
Cherry melihat sekeliling. "Sepi sekali ..."
"Seperti yang kau ucapkan. Sesuatu telah terjadi." Akane bersiaga dengan sihirnya.
'Ya, tapi sepertinya ini juga berita baik. Tidak ada pasukan iblis sama sekali disini."
"Jadi, kemana kita harus memulai investigasi?" tanya Kurosaki.
"Bagaimana kalau dimulai dengan gerbang utama?" jawab Reina.
Kurosaki berpikir sebentar. "Sepertinya bagus, ayo kesana!"
Mereka berempat berjalan menuju gerbang utama dengan siaga penuh. Meski tidak ada apapun disana, tapi mereka belum percaya bahwa pertempuran sudah selesai dan kota tersebut benar-benar kosong. Setelah berjalan cukup lama, mereka akhirnya sampai ke gerbang utama dan melihat sesuatu yang mengejutkan.
"Itu, portal?" Cherry berlari menghampiri portal tersebut.
"Cherry, tunggu!" Akane berusaha mengejar Cherry.
Cherry memperhatikan portal tersebut dari jarak yang sangat dekat. "Ya, ini benar-benar sebuah portal."
Kurosaki langsung menarik Cherry mundur. "Jangan terlalu dekat!"
"Ah, maaf. Aku terlalu bersemangat melihatnya. Aku seakan tertarik kesana."
Akane memperhatikan portal tersebut dari jarak yang aman. "Tertarik? Apakah ada hubungannya dengan kekuatan kegelapanmu?"
"Entahlah, tapi mungkin saja iya."
"Apakah kita harus menginvestigasi portal ini?" tanya Reina.
Cherry menengok kearah Reina. "Sepertinya begitu. Kalian juga penasaran kan?"
Mereka bertiga mengangguk, setuju dengan pertanyaan Cherry.
"Kalau begitu, bagaimana jika ..." Cherry berusaha memasukkan tangannya ke dalam secara perlahan.
"Hentikan!" Tiba-tiba, terdengar suara yang menggema dari atas mereka.
"Hah? Siapa itu?!" Cherry menarik kembali tangannya dan mundur untuk bersiaga.
Akane berbisik dengan suara yang kecil. "Musuh?"
"Entahlah," jawab Kurosaki sambil menyiapkan perisainya.
Beberapa saat kemudian, muncul sebuah cahaya terang dihadapan mereka. Cahaya tersebut memudar secara perlahan, dan terlihat sosok wanita cantik dengan gaun panjang dan mahkota yang menghiasi kepalanya. Ia terlihat melayang diatas tanah, dan selendangnya berterbangan meski tak ada angin yang meniupnya.
"Kalian tidak bisa masuk begitu saja kesana, atau kalian kesulitan untuk pulang."
"Siapa kau?" tanya Cherry sambil mengarahkan tombak pada wanita tersebut.
"Mungkin kalian tak mengenalku, tapi aku adalah salah satu dewa penyusun dunia. Namaku adalah Curie."
"Dewa?!" Mereka berempat terkejut dengan ucapan wanita tersebut.
Setelah ditunjukkan beberapa kemampuan yang meyakinkan, mereka berempat mulai percaya bahwa Curie adalah dewi asli. Mereka menaruh kembali senjatanya dan bersedia mendengarkan ucapan Curie.
"Terimakasih telah mempercayaiku. Agak sulit bagi kami para dewa untuk menggunakan kemampuan dewata, setelah insiden ribuan tahun lalu."
"Insiden? Insiden apa?" tanya Cherry yang mulai tertarik dengan ucapan Curie.
Curie memunculkan 4 kursi magis serta meja. "Jangan khawatir, aku akan menjelaskannya pada kalian. Kalian boleh duduk sambil kita menunggu dewa dewi lainnya datang kesini."
Mereka berempat duduk dan menatap Curie, menunggu kelanjutan ucapannya.
"Baiklah, biar aku jelaskan kembali. Aku adalah Curie, salah satu dari 5 dewa penyusun dunia. 3 dewa lainnya adalah Newton, Galilei, Watt, dan Lovelace."
Curie menggerakan tangannya, dan memunculkan sebuah gambaran gambaran sederhana dengan kabut pada mereka untuk memperjelas ceritanya.
"Dahulu kala, kami para dewa tiba-tiba terlahir ke dalam dunia yang kosong tak berisi apa-apa. Kami hanya mengetahui bahwa tugas kami adalah membangun sebuah kehidupan yang lebih rumit, dari suara 'nya' yang terus terdengar oleh kami saat itu. Kemudian, kami menciptakan seluruh kehidupan di bumi serta manusia sebagai penghuni atas izin 'nya'. Kami juga menciptakan berbagai mahluk hidup lain yang memiliki perannya masing-masing. Semuanya bersinergi dalam siklus yang harmonis, sampai suatu saat ..."
Gambaran yang ditunjukkan oleh Curie mendadak berubah menjadi lebih gelap.
"... Lovelace hanya memiliki sedikit pengikut yang menyembahnya. Ia jarang diketahui oleh manusia, dan pengikutnya semakin sedikit seiring berjalannya waktu. Hal itu membuatnya marah dan ia mulai menyalahkan dewa lainnya. Ia berkata kalau kami tidak memberinya bagian yang cukup saat pembuatan siklus, sehingga para manusia tidak mengenalinya. Ia akhirnya menghilang dari kumpulan para dewa, dan tak pernah terdengar lagi kabarnya. Kami telah mencoba bertanya pada 'ia', tapi 'ia' tak pernah menjawabnya. 'Ia' hanya berkata kalau urusan kami harus diselesaikan sendiri oleh kami."
"Kemana perginya Lovelace?" tanya Cherry memotong cerita Curie.
"Sampai sekarang kami tak pernah bertemu dengannya lagi, tapi ..."
Gambaran sederhana Curie mulai memperlihatkan sosok iblis yang menyeramkan.
"Muncul sebuah mahluk misterius. Kalian mengenalnya dengan sebutan iblis, tapi itu bukanlah iblis yang kami ciptakan dalam siklus kehidupan manusia. Mereka jauh lebih jahat, sadis, dan licik. Mereka tidak menbuat kontrak apapun dengan manusia, karena mereka sendiri hidup seperti manusia. Satu hal yang kami yakini, mereka adalah buatan Lovelace. Hanya dalam beberapa saat setelah mereka masuk ke dalam siklus, mereka telah merusak banyak sekali kehidupan didalamnya. Mereka membunuh, menyiksa, dan memperbudak hampir semua manusia yang berada di dalam siklus. Dunia yang semula cerah menjadi gelap gulita hanya dalam beberapa tahun. Siklus harmonis yang kami ciptakan telah hancur dalam sekejap mata."
"Lalu, apa yang kalian lakukan?" tanya Akane.
"Tentu saja kami tidak tinggal diam. Akan tetapi, peraturan dari 'nya' adalah hal yang tidak bisa kami langgar. Kami tidak boleh membunuh satupin mahluk yang kami ciptakan sendiri. Kami berempat memikirkan celah aturan untuk menghentikan kerusakan yang terjadi, sampai Galilei terpikir oleh sebuah ide. Ia meminta bantuan yang lain untuk membuat sebuah penghalang yang dapat memisah dunia dari para iblis tersebut. Kami semua menyetujui ide tersebut, dan mulai membuat penghalang. Karena dunia yang lama telah rusak parah, kami menciptakan dunia baru diatasnya dan membawa pergi semua mahluk yang masih selamat. Kami menutup dunia yang rusak tersebut, memenjarakan para iblis didalam sana untuk selamanya. Karena Lovelace tidak memiliki peran sama sekali dalam pembangunan dunia baru yang kami buat, ia tidak bisa serta-merta membuat mahluk baru dan merusak lagi dunia tersebut. Hasilnya adalah dunia dengan siklus baru yang kalian jalani saat ini ..."
Curie menghilangkan kabut gambarannya.
"... Akan tetapi, kekuatan dewata kami menurun drastis sejak saat itu. Untuk membuat penghalang tetap kokoh, diperlukan energi yang sangat besar. Hal tersebut membuat kami tidak bisa memantau siklus manusia yang baru, dan hanya bisa sedikit mengintervensi kehidupan mereka. Seperti yang bisa kalian alami sendiri, kehidupan manusia sekarang dipenuhi dengan konflik dan kerusakan. Kami telah berusaha menjauhkan kalian dari hal-hal tersebut, tapi hanya sedikit yang bisa kami lakukan. Akibatnya, kami mulai dilupakan secara perlahan sampai akhirnya kami benar-benar tidak dipercayai keberadaannya."
"Ah ... Maaf yang mulia Curie ..." Reina ikut sedih ketika mendengar Curie.
Curie tersenyum pada Reina. "Tak apa, lagipula itu akibat kami sendiri yang tidak bisa turun langsung membantu para manusia. Kami mendapatkan apa yang pantas kami dapatkan."
Akane berpikir sebentar dan mengajukan pertanyaan. "Maaf yang mulia Curie, tapi apa yang terjadi pada dunia tersebut setelah ribuan tahun?"
Curie tertawa. "Haha, kalian tak perlu terlalu formal dalam memanggilku. Untuk dunia itu, kami tidak begitu tahu apa yang terjadi disana karena penghalang tersebut juga menghalangi kami untuk melihat dunianya."
Cherry mengangkat tangannya. "Apakah aku boleh memanggilmu dengan panggilan 'Bu'?"
Pertanyaan Cherry membuat senyum lebar di wajah Curie. "Ya, silahkan saja gadis muda ..."
"Cherry, namaku Cherry Bu Curie!"
"Baiklah Cherry, apa ada lagi yang ingin kau tanyakan?"
Cherry menunjuk pada portal di belakang Curie. "Tadi Bu Curie menghalangiku untuk masuk kesana. Memangnya itu apa?"
Curie menengok kebelakang dan melayang ke dekat portal. "Karena ini adalah jalan masuk kesana. Para iblis itu semakin kuat setiap harinya, sampai-sampai mereka bisa menjebol penghalang yang kami ciptakan."
"Jadi, disana adalah dunianya?!" Akane memperhatikan portal tersebut dengan sangat serius.
Curie mengangguk. "Ya, dan aku tahu bahwa teman-teman kalian sedang berada disana."
Cherry berdiri dari kursinya. "Bu Curie tahu?!"
"Kami para dewa tidak dapat mengetahui sesuatu yang masuk ke dunia ini, tapi kami dapat merasakan jika ada manusia yang menghilang secara tiba-tiba seperti berpindah dunia."
"Apakah Bu Curie bisa membantu kami memulangkan mereka semua?" tanya Kurosaki.
"Tentu saja, karena itulah aku kesini. Dewa-dewa lainnya juga akan kesini sebentar lagi, jadi kumohon untuk menunggu sebentar lagi. Ini demi keselamatan kalian dan mereka yang akan kalian selamatkan."
Curie menatap portal tersebut dengan perasaan sedih. Ia teringat kembali dengan bagaimana kerusakan yang terjadi disana.
"Kami para dewa pasti akan membantu kalian dalam menjelajahi dunia Toram."