Crimson Reality yang diciptakan oleh Akane sangatlah luas. Ia menciptakan ukuran Crimson Reality berdasarkan perhitungan yang dilakukan oleh Raidil dan timnya. Mereka menggunakan berbagai alat dan sihir untuk memperhitungkan berapa perkiraan jangkauan yang harus dicapai oleh Crimson Reality.
"Akane, bagaimana dengan warga sipil?" tanya Cherry.
"Aman, aku sudah menandai mereka semua agar tidak terkena efeknya."
Setelah itu, banyak rantai raksasa keluar dari tanah dan mengikat Tremor secara bersamaan. Karena terkena Absolute Fear, Tremor tidak bisa bergerak sama sekali sehingga ia terikat dengan mudah. Tidak hanya mengikat, rantai-rantai itu juga menusuknya sampai tembus. Setelah ia terikat total, muncul pedang raksasa yang keluar dari tanah satu-persatu. Pedang itu menusuk tepat ke seluruh jantungnya dan membuat tubuhnya yang berada di dalam tanah naik ke permukaan, mengeluarkan seluruh tubuhnya ke atas tanah.
Akane menatap Tremor dengan tatapan dingin penuh kebanggaan miliknya. "Kau itu, tidak ada di dalam realitaku ..."
Seketika seluruh tubuh Tremor terbakar hebat. Panas dari api tersebut dapat dirasakan oleh rombongan pengungsi meski mereka berada jauh dari sana. Ular-ular yang hendak keluar dari mulutnya juga ikut hangus terbakar. Hanya dalam beberapa detik, seluruh bagian tubuh Tremor menjadi abu bahkan giginya sekalipun juga ikut menjadi abu. Setelah selesai membakar Tremor, Akane menjentikkan jarinya untuk mematikan kembali Crimson Reality.
"Kita berhasil?" tanya Cherry.
Akane menghilangkan singgasananya. "Ya."
"Yey!!!" Cherry melompat dengan penuh semangat. Semua orang juga ikut bersorak-sorai menyambut kemenangan mereka.
Saki berjalan menghampiri mereka. Wajahnya sudah tidak menyeramkan seperti sebelumnya saat Tremor datang kehadapan mereka. "Kerja bagus semuanya!"
Cherry menengok kearah Saki. "Terimakasi ju ..."
Tiba-tiba, Cherry mendadak merasakan sakit yang luar biasa di kepalanya. "E-eh???"
Kurosaki segera memegangi Cherry dari belakang. "Cherry, ada apa?!"
Rasa sakit itu datang sangat cepat, membuat Cherry tidak bisa berkata apapun. Pandangannya memudar dengan cepat, kemudian pingsan dalam genggaman Kurosaki.
Dalam pingsannya, Cherry seakan tenggelam dalam lautan yang sangat dalam. Ia merasa sesak seperti benar-benar tenggelam, tapi ia tak kunjung mati disana. Ia terus menerus merasa seperti dicekik sambil tubuhnya perlahan tenggelam semakin dalam, hingga cahaya diatasnya perlahan memudar. Ketika cahaya sudah tidak terlihat sama sekali, ia melihat ingatan terakhirnya bersama Army.
"K-kakak ..." Ia berusaha memanggil Army, tapi ia tak bisa bersuara sama sekali.
Ia melihat kembali ingatan saat mereka mengaitkan kelingking, membuat janji sebelum ia pergi dengan para pengungsi.
"Berjanjilah untuk pulang, kakak!" Ia mendengar kembali ucapannya sendiri saat membuat janji.
Kemudian, ia melihat Army yang meraih jari kelingkingnya.
"Aku akan kembali, Che ..."
Ingatannya tentang momen itu terdistorsi dan menghilang. Bersamaan dengan itu, ia tenggelam semakin seakan ditarik oleh sesuatu. Ia berusaha melawan tarikan itu, tapi kekuatannya terlalu besar.
"Kakak!" Cherry di dalam kereta.
"Cherry, kau akhirnya sadar!" Akane terlihat berada di sebelahnya.
"A-akane?! Apa yang terjadi."
Cherry kebingungan dengan tubuh Akane yang memiliki banyak luka. Ia terus memegangi bahu kanannya. Kondisinya tidak seperti Akane yang ia kenal. Terlihat dengan jelas bahwa ia sudah sangat kelelahan dan kehabisan mana saat itu.
"Cacing itu, ternyata ia belum mati ..."
Cherry terkejut mendengarnya. "Bagaimana mungkin?!"
"Entahlah, sepertinya ia memutus sedikit bagian tubuhnya agar tidak terangkat ke permukaan. Setelah itu, tubuhnya beregenerasi kembali menjadi ..."
Belum selesai Akane berbicara, sebuah laser raksasa yang berasal dari Tremor menghanguskan separuh kereta yang mereka naiki. Beruntung mereka berdua tidak terkena, tapi pemandangan diluarnya sangat membuat Cherry terguncang.
Banyak para pengungsi yang tewas dan terluka dengan kondisi yang sangat parah. Banyak kereta yang terbakar dan suara teriakan terdengar dari berbagai arah.
"K-kenapa bisa ..."
Kurosaki berlari menghampiri Cherry dan Akane. "Semuanya, cepat pindah!"
Reina menarik Akane dan Cherry dari dalam kereta, menyelamatkan mereka berdua dari serangan laser selanjutnya.
Cherry masih belum bisa memproses apa yang sambil melihat sekelilingnya yang sudah hancur lebur.
"Cherry, matamu!" Kurosaki agak heran dengan sesuatu yang ia rasakan saat menatap Cherry.
"Hah? Kenapa?" Cherry menjadi seperti orang linglung disana.
Reina memberinya sebuah cermin kecil. "Lihat!"
Cherry melihat matanya sendiri yang tidak normal. Ia tahu bahwa dirinya tidak sedang mengaktifkan kekuatan kegelapan, tapi mata iblisnya tetap aktif. Ia mencoba untuk menonaktifkannya, tapi mata iblis tersebut tetap tidak bisa hilang. Ia kemudian teringat dengan perkataan Tofu mengenai Tofu yang bisa berpindah ke tubuh Cherry jika tubuh Army tidak bisa digunakan lagi. Jika Tofu berpindah, maka Cherry juga harus memberikan matanya pada Tofu seperti Army yang mata iblisnya selalu aktif.
Cherry beteriak. "Tofu!"
Dengan cepat, Tofu muncul dihadapannya. Cherry langsung yakin bahwa sesuatu hal buruk sudah terjadi dengan kakaknya. Segala informasi yang ia terima sudah berada diluar batas kemampuannya untuk di proses. Cherry hanya duduk terdiam dengan pikiran yang tidak jelas kemana.
Kurosaki segera menarik Cherry. "Cepat, kita harus pindah!"
Reina membantu Akane untuk berjalan dengan menggotongnya. "Ke balik kereta disana!"
Saat bersembunyi, tiba-tiba datang Wei dan Yuika yang hendak bersembunyi juga.
"Kalian!" Kurosaki terkejut dengan kedatangan mereka.
Wei melihat seluruh anggota Slow Kill Party masih selamat. "Oh, syukurlah kalian masih selamat!"
Ia segera menyadari sesuatu yang aneh terjadi dengan Cherry. Ia melihat Cherry bersandar di kereta dengan tatapan kosong. "Cherry kenapa?"
"Sepertinya ia sangat shock dengan apa yang terjadi," jawab Akane.
"Tentu saja, ia baru saja siuman dan inilah yang terjadi," tambah Reina.
"Aku mengerti." Wei berjalan ke depan Cherry dan melipat kakinya. "Cherry, perhatikan tanganku."
Cherry tidak merespon sama sekali.
"Baiklah ..." Wei menarik nafasnya.
Ia menepuk kedua tangannya di depan wajah Cherry. "Sadarlah!"
Setelah Wei menepuk tangannya, Cherry langsung kembali sadar. "Wei?!"
"Bagus, kau bisa berdiri?"
"Hah? Oh ..." Cherry langsung mencoba berdiri. "Bisa!"
Cherry menatap semua orang disekitarnya. "Maaf, terlalu banyak hal yang harus ku proses dengan otak lambanku!"
Akane tertawa meski untuk tertawa pun ia sedikit sulit. "Heh, sepertinya Cherry kita sudah kembali."
Kurosaki menatap Wei. "Bagaimana kau bisa melakukannya?"
Wei tertawa. "Haha, itu hanyalah sejenis tehnik hipnotis yang sering dilakukan oleh perguruan bela diri."
Yuika menatap Wei dengan heran. "Memangnya itu diajarkan ya?"
"Iya, tapi itu bukanlah sesuatu yang harus kita bahas sekarang." Wei mengintip kearah Tremor dari balik kereta.
Yuika ikut mengintip. "Ya, karena kematian kita rasanya akan datang hanya dalam beberapa detik."
Tiba-tiba, Tremor menengok kearah mereka.
Wei yang menyadarinya langsung berteriak. "Semuanya, lari!"
Berkat peringatan dari Wei, mereka langsung pergi dari balik kereta itu dan menghindari lasernya. Terlihat lubang pada tanah yang ditimbulkan akibat serangan laser yang sangat kuat. Akana tetapi, Tremor tidaklah bodoh untuk berhenti menyerang ketika serangan meleset. Ia segera mengarahkan lasernya untuk mundur dan menyerang Cherry yang berada paling dekat dengan laser.
Cherry menyadari bahwa laser itu mengarah padanya, tapi ukuran laser terlalu besar untuk dihindari olehnya.
"Cherry!" Tanpa pikir panjang, Wei segera berlari.
Melihat Wei yang malah mengarah ke laser, Yuika terkejut dan menghentikan langkahnya. "Wei! Jangan bodoh!"
Disaat-saat Cherry hampir terkena oleh laser yang datang, Wei berhasil mendorongnya sekuat tenaga sehingga ia bisa keluar dari area laser. Sebagai gantinya, Wei lah yang berada dalam jangkauan laser tersebut. Sebelum didorong dengan kuat, Cherry sempat memegang Wei untuk membawanya keluar bersama, tapi ia hanya meraih sebuah ornamen milik Wei di pinggangnya.
"Wei!" Cherry berusaha menarik Wei, tapi Kurosaki menghentikannya.
"Cherry, jangan!" Kurosaki menahan kedua lengan Cherry agar ia tidak kembali untuk menarik Wei.
Seketika, Cherry menyaksikan sebuah hal yang mengerikan persis di hadapannya. Wei tidak berhasil keluar dari area laser. Ia menjulurkan tangan kirinya, tapi seluruh tubuhnya tetap terkena serangan laser Tremor. Tubuh Wei lenyap, hanya menyisakan tangan kirinya yang tidak terkena.
"Wei ..."
Melihat salah satu sahabat tewas dihadapannya membuat pikiran Cherry kembali rusak, bahkan bertambah parah. Air mata menetes dari matanya, tapi tatapannya kosong. Dengan cepat, Tofu langsung menyadari bahwa Cherry menjadi sangat tidak stabil dan siap meledak kapan saja. Ia langsung muncul didepan Cherry dan berusaha menenangkannya.
"Cherry, berhenti memikirkan sesuatu yang sedang kau pikirkan sekarang! Ingatlah ucapan kakakmu saat ..."
"DIAM!" Untuk pertama kalinya, Cherry membentak sesuatu.
"Dengarkan aku dulu Cherry!"
"Diamlah ..." Cherry menatap Tofu dengan tatapan yang sangat mengerikan, sampai-sampai membuat Tofu sang iblis itu sendiri merasa takut.
"... Diam, dan beri aku kekuatan ..."
Terintimidasi oleh Cherry yang telah berubah, Tofu hanya bisa menuruti permintaannya. Mau bagaimanapun, menuruti keinginan Cherry adalah perjanjiannya dengan Army sejak dulu jika terjadi sesuatu hingga ia harus menjadikan Cherry sebagai wadah. Tofu kembali menghilang, dan mulai memberikan kekuatan kegelapan pada Cherry sebanyak-banyaknya.
Cherry berdiri secara perlahan, melepaskan dirinya dari genggaman Kurosaki.
Kurosaki kebingungan dengan Cherry yang seakan berbicata sendiri, karena tidak ada yang bisa melihat Tofu selaom Cherry disana. "Cherry, apa yang kau lakukan? Kita harus pergi!"
Sambil berjalan dengan sempoyongan Cherry menjawab, "Pergi kemana? Pilihannya hanyalah mati disini atau membunuhnya."
"Tapi ..."
Sebelum Kurosaki melanjutkan kata-katanya, Akane menepuk pundaknya.
Akane menggelengkan kepalanya. "Sebaiknya kita jangan ikut campur dulu."
Reina menjadi ketakutan saat melihat Cherry bahkan dari belakang. Ia memeluk lengan Kurosaki dengan sangat erat. "Cherry, sadarlah ..."
Rambut Cherry mulai memutih secara perlahan. Air mata yang keluar menjadi darah. Muncul aura di sekitar tubuhnya. Aura itu perlahan menyusun sebuah baju untuknya. Baju tersebut berwarna hitam dan abu-abu, dengan lengan panjang yang lebih panjang dari lengannya sendiri. Tombak White Bloom yang ada dipunggung terlepas akibat berubahnya pakaian Cherry. Ia menatap kearah Tremor dan mengangkat kedua tangannya.
"Divine Comedy - Purgatorio ..."