Chereads / Fallen Orions Tales / Chapter 35 - Slow Kill Party (Ch7) Hantu Perpustakaan? Spin Off Berubah Genre!

Chapter 35 - Slow Kill Party (Ch7) Hantu Perpustakaan? Spin Off Berubah Genre!

Tengah malam, di balik pepohonan yang berada di depan perpustakaan. Seluruh anggota Slow Kill Party terlihat sedang menunggu kedatangan sesuatu. Mereka berempat menggunakan pakaian yang cukup tebal, karena dinginnya suhu saat itu.

"Brrrrr. Sepertinya ini terlalu dingin." Cherry memeluk dirinya sendiri, mencoba mengurangi rasa dingin yang ia rasakan.

"Siapa suruh main asal mengambil." Akane menjawab sambil fokus memperhatikan pintu depan perpustakaan yang sudah tutup.

Cherry memeluk Akane sambil berpura-pura menangis. "Hwaaa, maafkan aku semuanya."

Saat memilih tugas di papan pengumuman, Cherry mengambilnya secara acak tanpa melihatnya sama sekali. Ia melakukan pemilihan dengan melempar buntalan kertas dari jauh, dan melihat kertas mana yang kena. Karena ia sudah mencabut kertas tugas dari papan, maka tugas tersebut tidak bisa dibatalkan, dan harus diselesaikan oleh mereka.

Kurosaki tertawa melihat mereka berdua. "Haha. Yang sudah terjadi, maka terjadilah."

Reina mengangguk, setuju dengan perkataan Kurosaki. "Lagipula, poin yang kita dapat ini cukup besar."

Ia melihat tugas ini sebagai kesempatan yang bagus untuk menaikkan peringkat party mereka.

"Tidak sebanding dengan usaha kita." Akane berusaha melepaskan pelukan Cherry yang semakin keras.

Disaat mereka berbicara, ada sebuah langkah yang terdengar oleh Kurosaki. Ia segera mencari arah datangnya suara tersebut.

"Ssst!" Kurosaki menengok ke jalan setapak di depan pintu perpustakaan. Ia membuka sedikit penutup matanya untuk melihat siapa yang mendekat.

Ia melihat seorang wanita bertubuh tinggi yang sedang berjalan menuju pintu depan perpustakaan. Cara berjalannya agak aneh, karena tidak stabil dan cukup lambat untuk ukuran manusia normal.

"Itu dia!" Akane berbisik.

"Sang hantu yang menjadi tugas kita kali ini." Cherry kembali teringat dengan kertas tugas yang ia ambil secara acak.

Reina memperhatikan wanita tersebut dengan sangat teliti. "Pakaian serba hitam, cara jalan yang aneh, sendirian di tengah malam, menuju ke perpustakaan. Persis seperti yang dikatakan oleh warga."

Kurosaki bersiap mengangkat perisainya. "Kalian siap?"

Mereka mengangguk. "Ya!"

"Ikuti aba-aba ku, Cherry."

Cherry bersiap menggenggam tombaknya. "Aku mengerti!"

Kurosaki mulai menghitung mundur. "3 ... 2 ... 1 ..."

"... Sekarang!"

Cherry dan Kurosaki melompat kearah wanita tersebut, memberi serangan kejutan.

Menyadari ada sesuatu yang datang, wanita itu menengok kearah mereka dan berteriak karena terkejut. "AAAH!"

"HAAAH!?" Cherry dan Kurosaki terkejut ketika melihat wajah wanita tersebut. Mereka menahan serangannya, dan jatuh tersungkur ditanah.

Dengan cepat, Cherry menengok kebelakang. "Tunggu, semuanya!"

Ia berdiri di depan wanita tersebut sambil melebarkan tangannya, menandakan pada Akane dan Reina untuk menahan tembakan. "Dia bukan hantu!"

Akane dan Reina saling bertatapan. Mereka tidak bisa melihat dengan jelas siapa wanita tersebut.

"Dia adalah teman kita!" Kurosaki ikut meyakinkan Akane dan Reina bahwa wanita tersebut tidak berbahaya.

Mereka berdua kemudian keluar dari balik pohon, dan berjalan menuju wanita tersebut. Saad sudah semakin dekat, Reina menyadari siapa wanita yang dikira sebagai hantu itu.

"Kak Shacchi!" Reina berlari lebih cepat menghampiri mereka.

"Shacchi?" Akane bingung, ia tidak mengetahui siapa Shacchi.

Dengan wajah yang terlihat kelelahan, Shacchi berusaha memahami apa yang sedang terjadi. "Eh ...?"

Karena diluar terlalu dingin, mereka berempat diajak masuk oleh Shacchi ke dalam perpustakaan. Ia hanya menyalakan beberapa lampu di dalam agar ruangannya menjadi terang, tapi tidak terlalu terlihat cahayanya dari luar. Perpustakaan saat itu tidak terasa seperti perpustakaan yang mereka kenal.

Ia menyeduh teh, dan membawakannya pada mereka yang sedang duduk di meja perpustakaan. Ia juga membawa beberapa buku dari rak untuk dibaca.

"Silahkan diminum, semuanya."

Dengan semangat, Cherry mengambil gelas miliknya. "Terimakasih kak Shacchi!" Ia menyeruput teh tersebut dengan cepat, karena ia merasa kedinginan.

Sambil menyeruput tehnya, Reina bertanya, "Jadi, apa yang kakak lakukan tengah malam begini?"

"Kakak dikira sebagai hantu loh," sambung Akane yang sudah mengetahui siapa Shacchi.

Shacchi memasang ekspresi sedih. "Begitu ya ... Padahal aku tidak berniat menakuti siapapun."

Ia menjejerkan beberapa buku yang ia ambil dari rak. "Setiap pulang kerja, aku selalu kesini untuk beristirahat."

"Tidak pulang ke rumah?" Cherry bingung dengan rutinitas Shacchi.

"Tentu saja pulang. Aku beristirahat sebentar disini, dan menikmati beberapa buku yang bisa kubaca. Terkadang, aku juga membawa pulang beberapa bukunya."

"Ah ... Pantas saja cara jalan kakak agak aneh," jawab Kurosaki.

Shacchi hanya tersenyum. "Hehe."

Akane melihat sekeliling perpustakaan yang tampak berbeda di malam hari. "Omong-omong, bagaimana kakak bisa mendapat akses perpustakaan?"

"Ini." Shacchi mengeluarkan kunci dari balik jaketnya. "Kepala perpustakaan memberikanku akses, agar aku bisa kesini setelah pulang kerja."

"Wooow ..." Mereka berempat sama-sama terkesima.

Shacchi menatap kuncinya . "Aku bisa mendapatkan ini karena aku adalah pengunjung setia perpustakaan. Kepala perpustakaan sangat mengetahui kalau aku membutuhkan buku untuk istirahat."

Kurosaki merasa lega karena kasus yang mereka hadapi sudah terselesaikan. "Jadi, hantu yang dibicarakan oleh warga adalah kak Shacchi yang setiap malam kesini."

"Sepertinya begitu." Shacchi hanya tersenyum, ia baru mengetahui bahwa selama ini ia dikira sebagai hantu.

Cherry menghela nafasnya. "Hah ... Syukurlah hantu itu bukan sesuatu yang mengerikan."

Reina menatap Cherry sambil tersenyum. "Ya, sekarang tugas kita sudah selesai."

Akane memotong pembicaraan mereka. "Tidak, masih belum."

Kurosaki menengok kearah Akane. "Tinggal apalagi?"

"Kita harus memberitahukan hal ini pada warga. Selama masih ada yang menganggap kak Shacchi adalah hantu, maka tugas kita belum selesai."

Cherry menjentikkan jarinya. "Benar juga!"

Shacchi kemudian memotong pembicaraan mereka. "Oh iya, akademi tidak libur kan? Memangnya kalian boleh bergadang?"

Akane menengok kearah Shacchi. "Iya, tapi kami diizinkan untuk masuk lebih siang karena tugas ini."

Cherry mengangguk, mendukung penjelasan dari Akane. "Karena si 'hantu' hanya terlihat di tengah malam, maka kami perlu melakukannya di tengah malam."

"Begitu ya." Shacchi menyeruput tehnya. "Kalau begitu, semangat menyelesaikan tugasnya!"

"Tentu saja!" jawab mereka secara bersamaan.

Setelahnya, mereka berlima mengobrol berbagai hal seputar akademi dan pekerjaan Shacchi. Cherry, Akane, Kurosaki, dan Reina jadi lebih mengetahui alasan Need melakukan program kerja sosial. Shacchi adalah contoh langsung dari petugas yang menjadi semakin sibuk. Ia menceritakan bagaimana sibuknya ia bolak-balik di garis depan, dan mengurusi berbagai tugas lainnya. Ia juga berberapa kali mencurahkan isi hatinya yang sudah lelah kepada mereka.

Tak terasa, jam sudah menunjukkan pukul satu malam. Waktu berjalan sangat cepat disaat mereka membicarakan banyak hal. Karena jawaban sudah didapatkan, mereka memutuskan untuk pergi agar Shacchi bisa mendapatkan istirahatnya dengan sempurna.

Cherry membantu Shacchi membereskan gelas teh mereka. "Ini taruh dimana kak?"

"Ah, letakkan saja disitu. Biar aku yang nanti membawanya."

Seluruh anggota Slow Kill Party kemudian berdiri, dan berjalan keluar. Diluar, mereka melambai pada Shacchi yang mengantar mereka sampai depan pintu.

Seperti biasa, suara Cherry menjadi yang paling keras diantara mereka. "Sampai jumpa kak Shacchi!"

"Jangan lupa istirahat ya kak!" Reina menjadi anak baik seperti biasa, mengingatkan seseorang untuk tetap menjaga kesehatannya.

Sambil tersenyum, Shacchi pun melambai balik pada mereka. "Hati-hati dijalan pulang ya!"

Setelahnya, Shacchi kembali masuk kedalam, dan duduk di kursinya.

"Hah ..."

Wajah kelelahannya kembali muncul. Ia hanya sekedar menyembunyikannya saat mengobrol dengan anggota Slow Kill Party. Ia hanya menatap tumpukan buku yang ia bawa tanpa bisa membacanya, karena ia sudah sangat lelah.

Ia menggerutu. "Ardent ... Cepatlah pulang ..."