Masih ada beberapa jam sebelum matahari terbit. Dini hari yang biasanya sunyi, kini ramai dan cukup berisik. Para warga sudah keluar sambil membawa berbagai barang. Mereka semua berjalan menuju gerbang belakang kota, tempat dimana transportasi disiapkan. Di area sekitar gerbang, terlihat kuda dan kereta yang berjejer. Terlihat angka yang digunakan sebagai penanda di masing-masing kereta. Angka ganjil digunakan untuk kereta yang berisi penumpang, dan angka ganjil untuk kereta barang. Seluruh pengungsi diberi gelang penanda, agar bisa mengetahui dimana mereka akan duduk dan menyimpan barang.
Army dan Cherry berlari diantara kereta sambil membawa tas mereka masing-masing.
"Nomor berapa?" tanya Army sambil memperhatikan tiap angka yang ada.
"Entah, aku bel ..."
Tiba-tiba, Cherry melihat Reina yang melambai mereka dari depan. "Itu dia!"
Army juga melihat Reina yang melambai. "Kau benar!"
Mereka berdua segera mempercepat langkahnya, karena Army sedang dikejar oleh waktu.
Reina segera menyambut mereka berdua. "Cherry, kak Army, selamat datang!"
Reina langsung menunjukkan kereta tempat barang mereka. "Letakkan saja disini."
"Terimakasih!" jawab Army dan Cherry bersamaan.
Mereka berdua segera meletakkan tasnya di dalam.
Melihat Reina yang sendirian disana, Cherry bertanya, "Yang lain, kemana?" Cherry menengok ke kiri dan kanan, mencari yang lainnya.
"A-ah, orangtuaku sedang mengurus beberapa hal." Reina menunjuk kebelakang dengan ibu jarinya.
"Lalu Akane dan Kurosaki?"
"Mereka ..."
Belum sempat Reina menjawab, Akane dan Kurosaki datang menghampiri mereka.
"Kami habis mengambil sesuatu," jawab Akane sambil mengangkat tas kecil yang ia bawa.
Kurosaki meletakkan tas berukuran cukup besar di dalam kereta barang. "Terimakasih telah menerima Shiro juga, Reina!"
"Tak masalah!" jawab Reina sambil tersenyum manis.
Melihat Akane disana, Army segera bertanya, "Akane, Shiro dimana?"
Akane menengok. "Oh, dia bilang akan langsung menemui papa Ardent."
"Begitu ya." Army menengok kearah Cherry. "Baiklah, saatnya aku pergi."
Ia menepuk kepala Cherry. "Lakukan tugasmu dengan baik ya."
Cherry mengangguk. "Tentu saja, kak!"
Sebelum pergi, Army berterimakasih pada Reina, dan menitipkan ucapan terimakasihnya pada orang tua Reina. Setelahnya, Army segera pergi untuk berkumpul bersama anggota Fallen Orions.
"Sampai bertemu lagi kak!" Cherry melambai kepada Army.
Akane bersandar di kereta. Ia melirik Cherry dan bertanya, "Tidak kau peluk dulu kakakmu selama 5 menit?"
Cherry segera menengok dengan tatapan bingung. "Hah?"
"Kau akan terpisah dengan kakakmu cukup lama loh, kenapa tidak mencari kesan yang lebih sebelum berpisah?"
Cherry tampak semakin bingung. "Yah, bukan itu maksudku."
"Lalu?" kane menjadi ikut bingung. Percakapan mereka seakan tidak tersambung sama sekali.
"5 menit tentu saja tidak cukup. Aku sudah memeluknya selama 3 jam."
"A-apa!?" Akane terkejut. Ia tidak menyangka kalau Cherry sudah sejauh itu dengan kakaknya.
Tiba-tiba, Cherry tertawa. "Hahaha, tentu saja tidak. Aku saja baru bangun beberapa jam lalu."
"Yah, aku harusnya tidak terkejut jika kau menjawab atau benar-benar melakukannya."
Cherry mendekati Akane. "Kau sendiri bagaimana? Kau akan ditinggal oleh kak Shiro loh!"
Akane memalingkan wajahnya. Pertanyaan Cherry membuat Akane cukup mali untuk menjawabnya. "Aku tidak harus menceritakannua secara detail kan?"
Kurosaki dan Reina hanya memperhatikan Cherry dan Akane. Mereka saling bertatapan dan tertawa kecil melihat tingkah temannya.
Sesampainya di markas rahasia, Army segera masuk ke dalam ruang rapat yang menjadi tempat berkumpul. Disana, seluruh anggota Fallen Orions sudah berkumpul untuk mendiskusikan strategi.
"Maaf aku sedikit terlambat!" Army membuka pintu ruangan dan segera bergabung.
Ardent menjawab, "Tak apa. Kami juga belum memulainya."
Mengetahui seluruh orang sudah datang, Ardent segera memulai diskusinya.
Saat diskusi baru dimulai, Shacchi memotong pembicaraan Ardent untuk bertanya. "Maaf pa, tapi kenapa kita tidak menggunakan item teleportasi saja?"
Tan menengok kearah Shacchi. Ia jadi ikut terpikir dengan ucapan Shacchi. "Benar juga. Meski mahal, tapi aku yakin itu tidak seberapa dibandingkan keselamatan mereka."
Ashborn menjawab pertanyaan Tan. "Lalu bagaimana cara mengirimkan barangnya? Item teleportasi tidak bisa membawa barang."
Vivi menengok kearah Ashborn. "Yang di teleportasi hanya warga sipil. Para penjaga yang akan mengantarkan barangnya."
Ashborn berpikir sesaat. "Benar juga."
Untuk mencegah perdebatan lebih jauh, Ardent segera menjawabnya. "Karena mereka akan digunakan sebagai pancingan."
"Hah?" Seisi ruangan terkejut dengan jawaban Ardent.
Ardent melanjutkan jawabannya, agar tidak terjadi kesalahpahaman diantara mereka. "Aku memperkirakan kalau mereka juga mengincar warga sipil. Jika hanya berisi penjaga, maka mereka tidak akan menyerang rombongan itu."
Ardent berdiri, dan menggunakan sihir cahaya untuk memproyeksikan gambarannya pada yang lain.
"Tentu saja aku berharap bahwa itu tidak benar. Namun, jika mereka tetap menyerangnya, maka mereka harus melepas cukup banyak kekuatan dari inti pasukannya."
Ardent menatap mereka semua. "Ingat, mereka yang menjaga rombongan pengungsi juga bukanlah penjaga biasa."
Mereka semua mengangguk, mulai memahami maksud Ardent tidak menggunakan item teleportasi untuk mengungsi.
"Jika mereka hanya melepaskan sebagian kecilnya, maka mereka hanya membuang-buang kekuatan. Jika mereka mengirimkan lebih besar, maka kekuatan di intinya akan menjadi semakin lemah. Dengan inti yang semakin lemah, kita bisa menghabisinya dengan cepat, dan mengejar mereka yang menyerang rombongan."
Locked mengangkat tangannya. "Lalu bagaimana jika jumlah mereka sangat banyak, sampai tidak masalah sama sekali jika membagi pasukannya."
Ardent kembali duduk dan menjawab, "Maka pertempuran ini sudah tidak bisa kita menangkan sejak awal. Akhirnya tetap sama, yaitu kehancuran total."
Mereka memahami maksud Ardent. Jika jumlah mereka benar-benar sebanyak itu, maka tidak ada gunanya bagi para penduduk untuk lari. Jika jumlahnya tidak sebanyak itu, maka pertempuran akan berjalan lebih mulus untuk mereka. Tentu saja Ardent menginginkan bahwa prediksinya salah, tapi entah kenapa ia memiliki perasaan yang kuat tentang hal itu.
Selama beberapa saat, mereka mendiskusikan strategi. Mengenai penempatan pasukan, formasi, rencana cadangan, dan berbagai hal lainnya.
Waktu terus berjalan, hingga matahari sudah terbit. Suhu dingin perlahan menghangat, dan kegelapan perlahan menghilang. Para warga segera naik ke keretanya masing-masing, dan para penjaga mulai masuk ke posisinya.
Seluruh anggota Slow Kill Party mendapat giliran pertama untuk berjaga, dan posisi mereka berada di bagian paling belakang rombongan. Gerbang belakang kota kemudian dibuka, dan kereta kuda mulai keluar satu-persatu.
Sambil menunggu kereta terakhir keluar, Cherry bersandar di sebuah tembok. "Bagian paling belakang ya?"
Kurosaki membuka sedikit penutup matanya, dan melihat kereta terbelakang yang masih cukup jauh. "Ya, cukup jauh dari kereta kita."
Reina tertawa kecil. "Haha ... Posisi depan diisi oleh mereka yang lebih kompeten."
Akane ikut bersandar disamping Cherry sambil melipat tangannya. "Tidak juga. Bagian belakang bisa menjadi bagian yang cukup rentan, makanya kita ditugaskan disana."
Cherry menengok kearah Akane. "Maksudmu ..."
Akane mengangguk. "Ya, kita diberi posisi yang cukup berat."
Tiba-tiba, seseorang berjalan menghampiri mereka.
"Shiro!?" Kurosaki terkejut melihat Saki yang datang.
Saki membetulkan posisi topinya. "Pagi semuanya, aku adalah kepala penjaga bagian belakang."
"Ah ..." Reina segera menyadari hal tersebut setelah melihat ban lengan pada Saki.
Saki kemudian memperlihatkan ban lengannya, yang menandakan kalau salah satu dari kepala penjaga.
Ia menundukkan tubuhnya. "Mohon bantuannya semua."
"Eh?" Melihat Saki menunduk, Cherry balik menunduk. "Mohon bantuannya juga, kapten!"
Saki kembali berdiri tegap dan tertawa kecil. "Haha, tak perlu menunduk kak Cherry."
Cherry mengangkat tubuhnya kembali. "Yah, bagaimanapun, kau kan kaptennya."
Saki tersenyum. "Baiklah, kalau begitu ayo kita ke belakang, dan melihat yang lain."
Mereka berempat menjawab dengan serempak, "Ayo!"
Seluruh pengungsi sudah memulai perjalanannya. Kota menjadi kosong, tidak ada tanda-tanda kehidupan sama sekali. Hanya ada beberapa orang yang tetap tinggal, yaitu beberapa anggota Fallen Orions, pasukan penjaga kota, dan para relawan dari kota lain yang telah datang. Sementara itu, pasukan bantuan dari kerajaan sudah diturunkan oleh raja, dan akan sampai di kota beberapa saat lagi. Hanya tinggal menunggu sampai sesuatu yang akan datang itu menampakkan wajahnya di hadapan mereka.