Chereads / Fallen Orions Tales / Chapter 34 - Slow Kill Party (Ch6) Kepala Akademi Membuat Apa?!

Chapter 34 - Slow Kill Party (Ch6) Kepala Akademi Membuat Apa?!

Setelah Need menjabat sebagai kepala akademi, ia langsung melakukan sesuatu yang sangat menghebohkan di akademi, yaitu mengadakan turnamen antar murid. Beberapa hari setelah turnamen selesai, ia kembali melakukan sesuatu yang membuat para murid terkejut.

Cherry membaca papan pengumuman akademi. "BEKERJA SOSIAL!?"

Akane membaca tulisan yang berisi perincian di papan pengumuman. "Untuk membantu para petugas yang menjadi semakin sibuk, para murid diwajibkan untuk melakukan pekerjaan sosial, demi menjaga kenyamanan masyarakat."

Kurosaki meneruskan bacaan Akane. "Papan yang berisi tugas-tugas akan segera dimunculkan, dan tugas tersebut bebas diambil oleh party manapun, tanpa ada batasan pengambilan."

Reina meneruskan bacaan Kurosaki. "Akan ada ranking baru untuk party yang menyelesaikan banyak tugas. Semakin tinggi rankingnya, maka hadiah rutin yang mereka terima juga semakin tinggi. Kegiatan belajar mengajar akan ditiadakan selama waktu menyelesaikan tugas."

Cherry mencoba memahami apa yang sedang ia baca. "Jadi, apakah kita akan melakukannya setelah belajar? Atau kita sama sekali tidak belajar?"

Tiba-tiba, muncul seseorang di belakang mereka. "Jam belajar akan disedikitkan, dan sisa jam belajar akan digunakan untuk menyelesaikan tugas."

"Kak Rikka!?" Mereka bertiga menengok, dan melihat Rikka yang sedang berdiri sambil tersenyum kepada mereka.

"Hehe, halo!" Rikka datang dengan senyuman lebarnya yang ceria.

Ia berjalan lebih dekat ke papan pengumuman. "Kepala akademi baru kalian memang penuh ide."

Cherry bergeser untuk memberi ruang bagi Rikka melihat papan secara lebih dekat. "Yah, papa Need memang sangat mengejutkan."

Reina mengangguk dan menyambung ucapan Cherry. "Kemarin turnamen, dan sekarang kerja sosial."

Mendengar kata turnamen, Rikka segera membalik badannya. "Benar juga!"

"Selamat bagi kalian ya!" Rikka menyalami mereka satu persatu, memberikan selamat atas kemenangan mereka beberapa hari lalu.

Saat bersalaman, Akane bertanya kepada Rikka. "Omong-omong soal kepala akademi, memangnya papa Ardent kemana sampai harus digantikan?"

Rikka melepaskan salamannya, dan berpikir untuk jawaban yang akan ia berikan. Ia mendekatkan wajahnya kepada mereka, dan berbisik, "Kalian tahu? Ia sedang pergi mencari sesuatu yang sangat aku inginkan."

"Oh ya ...." Akane mengetahui bahwa Rikka berbohong, tapi ia tetap mengikuti arus pembicaraannya.

Rikka menatap mereka semua satu persatu. "Ini adalah rahasia, jadi aku tidak akan mengulanginya lagi."

Suasana mereka mendadak menjadi tegang, kecuali untuk Akane yang sudah mengetahui bahwa itu adalah kebohongan.

Rikka mengangkat kedua tangannya, dan berbicara dengan cukup keras. "Ia pergi untuk mencari cincin terbaik di dunia, agar ia bisa memberikannya padaku!"

Mendengar jawabannya yang bercanda, Cherry mencoba tetap mengalir dengan arus pembicaraan mereka. "Oh ... Begitu rupanya ..." Ia pura-pura tersenyum, menahan rasa kesalnya.

"Y-yah, kurasa itu layak untuk kak Rikka tunggu ..." Reina juga ikut mengalir dengan pembicaraan.

Rikka meletakkan tangannya di pinggang, dan menjawab dengan penuh percaya diri, "Tentu saja! Kalian lihat saja nanti saat ia sudah pulang!"

Kurosaki mengangkat tangannya. "Anu ..."

Rikka menengok. "Ya?"

"Kalau dipikir-pikir, kakak sepertinya adalah orang yang paling dekat dengan Ardent. Memangnya, apa hubungan kalian?"

Rikka berpura-pura sedih. "Hiks, kuharap aku tidak pernah menceritakan ini, tapi akan kuceritakan pada kalian."

Ia menutup mata dengan lengan kanannya. "Ardent adalah pria yang sangat tidak peka, meski sudah ada wanita secantik aku yang selalu bersamanya."

Akane mengerutkan keningnya. "Kurasa bukan itu pertanyaannya."

Rikka menepuk bahu Akane. "Anak muda, kurasa kau belum pernah merasakan cinta bertepuk sebelah tangan."

Akane menengok. "Hah? Tidak ju ..."

Rikka memotong kata-kata Akane, dan berbicara dengan nada yang serius. "Kesampingkan bercandaanku. Aku benar-benar mencintainya, meski ia tidak memahami perasaanku."

Mereka berempat terkejut dengan Rikka yang tiba-tiba menjadi serius.

Rikka melanjutkan kata-katanya. "Karena itu, aku akan terus mendukung dan berada dibelakang langkahnya, dengan menjadi seorang asisten yang bisa ia andalkan."

Rikka tersenyum dengan sangat tulus dihadapan anggota Slow Kill Party. Mereka berempat tidak bisa berkata-kata dengan perubahan sikap Rikka yang mendadak.

Saat suasana mendadak berubah menjadi serius, Rikka melihat Need yang sedang berjalan di koridor seberang.

"Ah, Need!" Ia memanggilnya dengan keras.

Need menengok, dan menghentikan langkahnya.

Rikka menatap para anggota Slow Kill Party. "Maaf ya, kita sudahi dulu percakapannya. Ada sesuatu yang harus kusampaikan pada kepala akademi."

Ia segera berjalan dengan cepat menuju Need, sambil melambai ke belakang. "Kalau ada pertanyaan, tanyakan saja pada guru yang ada ya!"

Mereka berempat melambai balik, tanpa berkata apa-apa.

Saat Rikka sudah jauh, Kurosaki menurunkan lambaian tangannya. "Apakah kata-katanya tadi serius?"

"K-kurasa iya." Reina masih terkejut dengan kata-kata terakhir Rikka yang terdengar serius.

"Aku tidak paham, tapi entah kenapa aku seakan melihat sisi kak Rikka yang lain barusan." Cherry tidak pernah menyangka kalau Rikka bisa seperti itu, karena ia selalu terlihat bercanda.

Akane melipat tangan, dan memejamkan matanya. "Aku cukup yakin, kalau yang diucapkannya barusan adalah isi hatinya langsung."