Siang menjelang sore, para anggota Slow Kill Party sedang melakukan latihan rutinnya. Seperti biasa, mereka berlatih menggunakan monster buatan, dan berusaha mengalahkannya secepat mungkin.
"Ayo semuanya!" Kurosaki terus melakukan interupsi untuk melindungi Cherry dari serangan area monster tersebut.
Reina berlari menggunakan Twin Stormnya, dan menembak monster tersebut menggunakan Vanquisher.
"Ah, masih jauh." Ia segera menjauh menggunakan Evasion, untuk menghindari serangan areanya.
Setelah membakar dirinya menggunakan Kariki Rashin, Cherry segera menyerang monster itu. "Serahkan padaku!"
Cherry menggunakan Chronos Drive dan Infinite Dimension, menciptakan mana yang tak terbatas selama beberapa detik untuknya.
"Ini dia!" Ia menggunakan Strike Stab dan Soul Hunternya berkali-kali hingga mananya habis.
Setelah mananya habis, ia mundur dengan menggunakan Evasion beberapa kali. "Akane!"
"Aku mengerti!" Melihat Cherry yang mundur, Akane langsung membuat lingkaran sihir besar di hadapannya.
"Mari kita cek berapa kerusakannya."
Akane mengaktifkan Qadal, dan menembakkan Magic Canonnya. Dengan serangan yang sangat besar mengenainya, monster latihan itu langsung tumbang.
"Yey!" Mereka berempat melakukan tos.
Setelah itu, mereka berempat berjalan keluar dari lapangan.
Akane menengok Cherry yang ada di belakangnya. "Oh iya, tadi berapa detik?"
Sebelum Cherry menjawab, ada seorang wanita yang berjalan mendekati mereka, dan menjawab pertanyaan Akane.
"27 detik."
Reina dengan cepat mengingat siapa orang tersebut. "Ah, kakak yang kemarin malam!"
"Kau benar! Namanya ... Eh ..." Cherry tidak ingat dengan nama orang tersebut.
"Raiko?" Kurosaki menyebut sebuah nama acak yang menurutnya terdengar mirip.
"Raiko? Siapa itu?" Akane sama sekali tidak mengetahui siapa orang tersebut, karena ia dan Shiro segera pulang saat bertemu di kediaman Ardent.
Wanita itu berjalan mendekati mereka. "Yang benar Rikka."
"Ah, itu dia. Kak Rikka!" Reina telah menyimpan informasi tersebut di dalam kepalanya. Sekarang, ia tidak akan lagi lupa dengan nama Rikka.
Rikka kemudian bertanya, "Apakah aku boleh bergabung dengan kalian? Kelihatannya seru."
"Bergabung?" Akane agak bingung dengan pertanyaan Rikka.
Rikka mengangguk. "Aku akan mencoba bermain dengan kalian satu kali."
Cherry berpikir sebentar. "Memangnya orang luar boleh asal memakai fasilitas akademi?"
"Tenang saja." Rikka mengeluarkan bowgunnya. "Akademi ini adalah sarangku, jadi aku tak perlu izin siapapun."
Cherry melihat Akane dan Reina. "Jadi, siapa diantara kita yang akan keluar dulu?"
"A ..."
Sebelum Reina menawarkan dirinya, Rikka memotong pembicaraan mereka. "Omong-omong, aku tank." Reina membalik badannya, memperlihatkan perisai yang ia bawa.
Mereka terkejut melihatnya, kecuali Kurosaki. Ia seperti sudah tidak asing dengan hal tersebut, dan justru ia kebingungan melihat teman-teman yang bingung.
"Bowgun, tank?" Cherry memperhatikan Rikka dari atas kebawah.
Rikka menyadari bahwa mereka bertiga kebingungan. "Baru pertama kali melihatnya?"
Mereka bertiga mengangguk.
"Baiklah, lebih baik langsung ditunjukkan lebih dulu, baru dijelaskan."
Mereka akhirnya memulai kembali latihannya. Karena Rikka adalah seorang tank, maka Kurosaki yang akan menonton latihan mereka.
Setelah melakukan pengaturan seperti biasa, monster buatan segera muncul, siap untuk mereka serang.
Rikka berjalan kedepan monster tersebut, dan menengok kebelakang. "Kalian siap?"
"Ya!" Mereka bertiga menjawab secara bersamaan.
"Kalau begitu ..." Rikka menggunakan Shield Cannon, dan memberi Stun. "... Sekarang!"
Sebagaimana latihan mereka biasa, formasi mereka tidak berubah. Reina berada di bagian kanan, menembaki monster tersebut sekaligus menjaga Prorate. Cherry berada di bagian kiri, dan sempat bergeser ke belakang monster tersebut untuk mengaktifkan Sicarius. Dan yang terakhir, Akane berada di belakang, mempersiapkan rapalan manteranya untuk melakukan eksekusi terakhir.
Setelah diserang terus menerus, monster latihan tersebut akhirnya tumbang, dan latihan mereka selesai dengan waktu yang sama seperti sebelumnya, yaitu 27 detik. Karena hanya meminta bergabung satu kali, Rikka segera berjalan keluar lapangan bersama mereka bertiga.
"Terimakasih ya, tadi itu sangat asik!" Perasaan Rikka menjadi lebih bersemangat setelah selesai berlatih bersama Slow Kill Party.
"Sama-sama kak!" Reina menjawab dengan semangat yang sama.
Setelah keluar lapangan, Kurosaki menyambut mereka. "Ternyata melihat kalian berlatih seru juga!"
Rikka menepuk bahu Kurosaki. "Hehe. Kau punya dps yang bagus anak muda."
Akane masih penasaran dengan sebuah hal. Ia akhirnya bertanya pada Rikka. "Bagaimana kau bisa menjadi tank menggunakan bowgun."
Rikka menatap bowgunnya dan menjawab, "Sama seperti tank yang lainnya, tapi dengan keunggulan jarak jauh dari bowgun."
"Bukankah kalau soal jarak bisa dihilangkan dengan Power Wave?" Akane menatap Kurosaki, yang memang menggunakan Power Wave.
Kurosaki hanya memiringkan kepalanya sambil tersenyum, tidak ingin memotong pembicaraan mereka.
Sebelum Rikka menjawab, Reina menjawab lebih dulu. "Decoy Shot dan Twin Storm. Mana tidak menjadi masalah baginya."
"Bingo!" Rikka menjentikkan jarinya.
"Dengan Decoy Shot yang bisa dari jauh dan Twin Storm, mana ku akan terus terisi secara konstan. Selain itu, Twin Storm juga membuatku bisa berlari dengan cepat, tidak seperti tank lainnya yang mengandalkan Evasion untuk bepindah dengan cepat."
Akane mulai mengerti alasan Rikka menjadi tank yang unik dengan menggunakan bowgun. "Begitu ya. Sekarang aku paham."
Rikka meregangkan tubuhnya. "Hah ... Baiklah, karena aku hanya meminta sekali, sekarang saatnya bagiku untuk kembali."
Ia melihat mereka semua, dan berbisik, "Kalau kalian sudah lulus, hubungi aku ya."
Reina balas membisik, "Kenapa?"
Rikka tertawa kecil. "Hehe. Kalau kalian mendaftarkan diri ke Fallen Orions, aku sendiri yang akan menyetujuinya."
Mata Cherry langsung berbinar-binar mendengar hal tersebut.
"Benark ..."
Akane menyilangkan tangannya. "Maaf, tapi kami tidak akan memanfaatkan jalur seperti itu."
"Akaneee ..." Cherry menepuk bahu Akane.
Akane menengok. "Jika kita bergabung dengan cara itu, artinya kita tidak kompeten, dan hanya akan merusak citra Fallen Orions."
Kurosaki mengangguk. "Ya, sebaiknya kita mendaftar dengan cara biasa, jika ingin bergabung."
Cherry menyadari kesalahan berpikirnya. "Iya juga ..."
Rikka tertawa. Ia sudah mengetahui bahwa respon mereka akan seperti itu, dan memang respon seperti itulah yang ia harapkan.
"Baiklah kalau begitu."
Ia berbalik badan, dan mulai berjalan pergi. Sambil berjalan, ia menengok ke belakang dan melambaikan tangannya. "Sampai jumpa!"
Seluruh anggota Slow Kill Party balik melambai.
"Sampai jumpa."
"Terimakasih kak Rikka!"
"Sampai jumpa!"
"Dadah kak Rikka!"
Setelah berjalan jauh dari mereka, Rikka kembali tertawa kecil. Ia menatap langit-langit koridor sambil berbicara sendiri.
"Meski bukan aku yang menerima, kalian pasti akan diterima kok."
Ia menaruh tangannya di kantung jaket.
"Bukan karena kalian memiliki kenalan, tapi karena kalian memang lolos kualifikasi."