Keesokan harinya, setelah insiden portal di hutan telah terselesaikan. Akane sudah siuman, dan sudah bisa berangkat menuju akademi. Seluruh anggota Slow Kill Party sedang makan siang di kantin, dengan Akane yang masih merasa sedikit lemas.
Cherry melihat Akane yang tidak seperti biasanya. "Kau baik-baik saja Akane?"
Akane meletakkan wajahnya di meja, menunjukkan betapa tidak semangatnya ia pada hari itu. "Hanya sedikit lelah. Selain itu, aku baik-baik saja."
Reina berusaha untuk menyemangati Akane sebisanya. "Kemarin itu keren sekali Akane!"
"Terimakasih, Reina."
"Apakah tubuhmu terasa pegal? Aku bisa memijitnya untukmu!" Kurosaki mengepalkan kedua tangannya diatas meja.
"Ahaha, tidak usah."
"Oh iya!" Cherry teringat sesuatu.
Ia menatap Kurosaki. "Kemarin itu, adikmu kan Kurosaki?"
Kurosaki mengangguk. "Ya."
"Bagaimana bisa ia menjadi anggota Fallen Orions?"
"Ahh ... Ceritanya agak panjang."
Reina juga ikut bertanya. "Di usianya, seharusnya ia satu angkatan dengan kita kan?"
Kurosaki menatap Reina dan mengangguk. "Ya, tapi dia adalah sebuah pengecualian."
Kurosaki mengangkat satu jarinya. "Kalian pernah dengar tentang para Young Prodigy?"
Mendengar itu, Akane menggeser kepalanya yang masih menempel di meja, agar bisa melihat Kurosaki. "Mereka itu anak-anak yang memiliki kemampuan spesial sejak lahir kan?"
Kurosaki menjentikkan jarinya. "Ya, itu!"
Ia melanjutkan ceritanya. "Shiro adalah salah satu dari Young Prodigy. Sejak lahir, dia sudah menunjukkan bakat sebagai pengguna pedang yang sangat hebat. Saat masih kecil, ia bahkan sudah sangat mahir menggunakan pedang, meski ia adalah keturunan dari keluarga tank.!
"Jadi karena itu ia tidak difokuskan untuk menjadi tank sepertimu?" Akane mencoba menebak kelanjutan cerita Kurosaki.
"Ya. Keluarga kami tidak ingin memaksanya untuk menjadi tank, dan menyia-nyiakan bakatnya. Tapi karena bakatnya itu, ia menjadi terlalu mahir untuk menjadi murid akademi."
Kurosaki mengingat-ingat kembali masa kecilnya bersama Saki.
"Dulu, ia pernah mendaftar di sebuah akademi. Akan tetapi, akademi tersebut sudah mengetahui reputasinya, sehingga mereka menolak."
"Eh? Kenapa menolak murid berprestasi." Cherry menjadi bingung dengan keputusan akademi yang menolak Saki.
Reina menjawab, "Mungkin karena tidak ada lagi yang bisa diajarkan padanya?"
Kurosaki mengangguk. "Reina benar. Mereka tidak bisa mengajarkan apapun lagi untuknya. Menurut mereka, Shiro seharusnya mendapatkan praktek langsung, bukan pelajaran di akademi. Jika ia dipaksakan untuk masuk ke adami, maka bakatnya tidak akan berkembang, dan justru membuatnya semakin tumpul."
Akane menyela cerita Kurosaki. "Saat kau menyebut namanya, aku selalu jadi teringat dengan Shiro yang lain."
Kurosaki tertawa kecil dan tersenyum. "Haha, nama mereka memang sama sih."
Reina yang masih penasaran bertanya, "Jadi, setelah ditolak akademi, apa yang kalian lakukan?"
"Ah, setelah itu pihak akademi mengusulkan untuk memasukkan Shiro ke guild. Meski masih muda, tapi mereka cukup yakin kalau guild pasti menerimanya."
Cherry menjawab, "Dan ia langsung bergabung dengan Fallen Orions?"
Kurosaki menggelengkan kepalanya. "Tidak."
Cherry terkejut karena perkiraannya meleset. "Lalu?"
"Yah, ia memang bergabung dengan Fallen Orions setelah itu, tapi itu terjadi beberapa lama kemudian, tepatnya setelah kami pindah ke kota ini."
Akane yang penasaran bertanya, "Benar juga. Kenapa kalian memilih kota ini?"
"Bibi kami yang tinggal disini memberitahu bahwa lebih baik pindah kesini. Ada 2 alasan kuat yang menjadi pondasinya."
Kurosaki mengangkat 1 jari telunjuknya. "Pertama, Fallen Orions sedang melakukan rekrutmen anggota baru, sehingga Shiro pasti akan diterima dengan mudah disana. Selain itu, papa Ardent adalah leader dari Fallen Orions, jadi sudah tidak perlu dipertanyakan lagi bagaimana isinya."
Kurosaki mengangkat juga jari tengahnya. "Kedua, akademi yang ada di kota ini memiliki kualitas yang jauh lebih baik, karena dipimpin langsung oleh papa Ardent. Hal tersebut terbukti benar, karena pengajar disini semuanya bukanlah sembarang pengajar."
"Singkatnya, karena papa Ardent?" jawab Akane.
Kurosaki tertawa. "Hahaha, bisa dibilang seperti itu."
Cherry kemudian bertanya. "Lalu, apa yang terjadi setelah kalian pindah kesini?"
"Pada awalnya, aku tidak langsung mendaftar akademi, dan Shiro tidak langsung mendaftar ke Fallen Orions. Karena perintah raja, ia diminta untuk datang ke istana kerajaan. Selama beberapa saat, ia bekerja disana sampai ia bergabung dengan Fallen Orions."
Cherry kembali bertanya, "Lalu apa yang kau lakukan?"
"Selama beberapa waktu, aku terus berlatih agar akademi menerimaku."
Akane tiba-tiba teringat sesuatu. "Oh iya. Kalau tidak salah, kau terlambat masuk kan?"
Kurosaki tertawa ketika mengingat pertemuan pertama mereka di akademi yang cukup unik. "Ahaha, kau masih mengingatnya ya. Itu terjadi karena aku butuh waktu untuk menyiapkan ujian masuk."
Cherry memangku wajah dengan tangan kirinya. "Yah, kejadian itu memang sulit untuk dilupakan."
"Bagaimana rasanya memiliki adik yang lebih hebat darimu?" Secara tiba-tiba, Reina melontarkan pertanyaan yang mengejutkan.
"Ah!" Reina segera menyadari kalau pertanyaannya itu menyinggung Kurosaki secara langsung.
"M-maksudku, biasanya kan seorang kakak lebih hebat daripada adiknya, seperti Cherry dengan kakaknya. Aku adalah anak tunggal, jadi aku tidak tahu bagaimana rasanya memiliki seseorang di keluarga, yang kemampuannya melampauiku."
Diluar dugaan Reina, Kurosaki sama sekali tidak tersinggung dengan pertanyaannya.
"Aku tidak pernah memikirkannya kok."
"B-begitu ya ..."
Kurosaki tersenyum dengan tulus. "Meski ia sangatlah hebat, ia tetaplah adikku yang terkadang memiliki sisi imut. Selain itu, kehebatannya lah yang memotivasiku untuk terus berkembang, agar bisa menjadi kakak yang ia banggakan suatu hari nanti."
Ia menatap Cherry dengan senyumannya itu. "Lebih tepatnya, aku ingin menjadi lebih baik, agar Shiro melihatku seperti Cherry yang melihat kakaknya."
Akane tertawa sinis. "Heh, kurasa kau tidak ingin sejauh itu."
Cherry melirik Akane. "Apa maksudmu?"
Akane menjawab sambil memalingkan pandangannya, "Semua orang tahu kalau kau menyukai kakakmu."
Cherry menarik kedua pipi Akane. "Kata-katamu itu bisa membuat orang salah paham, Akane!"
"Bukannya itu memang benar?"
"Tentu saja tidaaak!"
Kurosaki dan Reina tertawa melihat mereka berdua. Mereka berdua sudah sangat mengenal sifat Akane yang suka menggoda Cherry disegala kesempatan.