Chereads / Fallen Orions Tales / Chapter 30 - Chapter 25 - Pengganggu yang Salah Waktu

Chapter 30 - Chapter 25 - Pengganggu yang Salah Waktu

Cherry, Akane, Kurosaki, dan Reina sangat terkejut melihat Kirito yang datang keatas arena bersama seekor naga.

Need berdiri dari tempat duduknya.

"Imprison!" Need mengangkat tongkat sihirnya, dan mengaktifkan sebuah sihir.

Secara tiba-tiba Kirito dan naganya tidak bisa bergerak.

"Tcih, penyihir sialan." Kirito dan naganya berusaha bergerak, melawan sihir Imprison yang mengunci pergerakan mereka.

Melihat Kirito dan naganya yang tak bisa bergerak, para anggota Slow Kill Party memanfaatkan momen tersebut untuk lari.

Cherry menarik Kurosaki dan Reina. "Menjauh!"

Mengetahui mereka lari, Kirito dan naganya melawan sihir Need dengan lebih kuat.

"Jangan pikir kalian bisa lari!"

Kirito dan naganya berhasil memecahkan sihir dari Need, dan menerjang kearah anggota Slow Kill Party yang berusaha lari.

"Kena kalian!"

"Kau yang kena."

Suara seseorang yang berjalan terdengar dari arah luar arena. Bersamaan dengan suara itu, seluruh orang yang ada di akademi merasa seakan jiwa mereka dicincang oleh sesuatu. Perasaan penuh teror seperti saat Crimson Reality - Hell Trials diaktifkan terasa lagi, tapi dengan intensitas yang jauh lebih tinggi.

Hanya ada beberapa orang yang tidak terkena, yaitu beberapa orang guru yang cukup kuat untuk menahannya. Bahkan, Ailment Resistance yang ada pada barrier Need tidak bisa menahannya.

Kirito dan naganya kembali tidak bisa bergerak. Mereka tersungkur di tanah dan tidak bisa merasakan apapun di tubuhnya. Untuk menggeliat sekalipun mereka tidak bisa.

Seluruh anggota Slow Kill Party menengok kearah Kirito, tapi mereka tidak bisa berbicara atau bergerak lebih banyak akibat Fear yang dialami.

Kemudian, terdengar suara dari 4 orang yang berjalan mendekati mereka.

"Yah ... Kupikir ia bisa melawan Absolute Control."

"Tak perlu berlagak sok keren di depan adikmu."

"Kukira misi prioritas, ternyata seperti merobek kertas."

"Senior, kurasa itu terlalu kuat untuk orang-orang yang ada disini."

Army, Shiro, Saki, dan Rikka berjalan memasuki arena.

"Hmm, tak kusangka ia sekuat itu untuk menghancur imprison tingkat rendah." Need membuat jembatan dari tempat duduknya menuju arena menggunakan sihir.

"Kerja bagus semuanya." Need berjalan perlahan melewati jembatan sihirnya.

"Imprison!" Need kembali menggunakan Imprison, tapi dengan tingkat yang lebih tinggi.

"Kali ini, aku yakin mereka tidak akan bisa kabur lagi."

Need menengok kearah Army. "Kau bisa matikan itu sekarang."

"Baiklah." Army kembali menutup matanya menggunakan penutup mata.

Setelah Army menutup matanya kembali, rasa teror yang dirasakan semua orang ikut menghilang. Mereka bisa kembali bergerak dengan normal.

"Kakak!?"

"Shiro!?"

"Shiro!?"

Setelah terlepas dari Fear, Cherry, Akane, dan Kurosaki terkejut melihat kedatangan mereka.

Akane berjalan menghampiri Shiro. "Sedang apa disini?"

Shiro menengok kearah Kirito. "Menangkapnya."

"Siapa dia?" Akane memperhatikan Kirito yang masih tersungkur.

"Dia adalah pembuat onar, yang belakangan ini dicari."

Shiro menghampiri Kirito, dan menyeretnya. "Baiklah, kami harus pergi lagi. Pekerjaan masih belum selesai!"

Sebelum pergi, Army menengok kearah Cherry. "Selamat atas kemenangan kalian!"

Saki juga menengok kearah Kurosaki. "Selamat!"

Mengetahui bahwa Army menonton pertandingannya, Cherry menjadi sangat senang. Ia melambai kepada mereka.

"Sampai jumpa dirumah, kakak!"

Setelah mereka membawa Kirito pergi, Need membunuh naga yang dibawa olehnya. Sama seperti monster yang muncul saat insiden portal, tubuh naga itu menghilang beberapa saat setelah ia mati.

Need menggunakan sihirnya untuk menyuarakan kata-katanya, agar didengar oleh semua orang.

"Semuanya, keadaan sudah aman! Saatnya kita bersorak menyambut juaranya sekarang!"

Suasana menjadi tenang, dan meriah kembali setelah beberapa saat. Kedatangan Kirito dan naganya memang mengejutkan, tapi Need telah menangani hal tersebut dengan cepat, sehingga tidak ada yang perlu mereka khawatirkan lagi.

Acara penutupan turnamen segera digelar beberapa saat setelahnya. Cherry, Wei, dan Murasaki diminta untuk menghadap Need di arena, sebagai perwakilan party mereka.

Mereka berderet sesuai dengan posisi mereka di turnamen. Need kemudian berjalan menuju mereka, mulai dari Murasaki.

Need memberikan sebuah piala kepada Mursaki. Piala tersebut memiliki sebuah rongga, dan didalamnya terdapat empat medali. Terdapat ukiran 2 burung elang disamping piala tersebut.

Need bersalaman dengan Murasaki, dan berbicara pada para penonton. "Berikan tepuk tangan untuk Midnight Parade yang telah berhasil mencapai posisi ketiga!"

Sorakan dan tepuk tangan yang meriah terdengar dari bangku penonton, menyemangati party Midnight Parade.

Sementara itu, Wei berbisik pada Cherry yang berada di sebelah kanannya.

"Kudengar, tadi ada seseorang yang merusuh. Apakah itu benar?"

Cherry mengangguk. "Ya, tapi papa Need bersama anggota Fallen Orions sudah membereskannya dengan cepat!"

Wei menghela nafasnya. "Hah ... Syukurlah."

Setelah memberikan selamat pada Murasaki, Need lanjut memberikan piala pada Wei. Karena The Martial Arts berada pada posisi kedua, maka piala yang ia terima berukuran lebih besar, dan memiliki ukiran 2 pegasus di sampingnya.

"Berikan tepuk tangan lagi kepada The Martial Arts atas posisi juara 2 yang telah mereka raih!"

Suasana meriah kembali terdengar dari bangku penonton.

Setelah bersalaman dengan Wei, Need lanjut memberikan piala kepada Cherry. Untuk juara 1, piala tersebut berukuran sedikit lebih besar dari juara 2, dan memiliki ukiran naga di sampingnya.

"Tepuk tangan lagi kepada juara kita hari ini ... Slow Kill Party! Penampilan mereka yang sangat diduga telah berhasil membuat kita semua terkejut! Posisi juara memang cocok diberikan untuk mereka!"

Dengan perasaan bahagia, Cherry mengangkat pialanya sambil melihat kearah teman-temannya di bangku penonton.

"Kita menang!"

Need berjalan ke tengah arena, dan melihat kearah bangku penonton. "Dengan ini, saya umumkan kalau turnamen sudah selesai. Terimakasih untuk seluruh partisipan, dan selamat bagi para juara."

Need membuka tangannya dengan lebar. "Mulai besok, kegiatan belajar mengajar akan dimulai kembali, tapi sekarang kalian bebas melakukan apapun sampai pulang!"

Sekali lagi, sorakan dan tepuk tangan terdengar sangat meriah dari bangku penonton. Mereka kemudian membubarkan diri, dan melakukan apapun yang mereka mau.

Malam harinya, Army yang sudah selesai bertugas sampai di rumahnya.

Ia membuka pintu rumah. "Aku pulang!"

Cherry yang sedang duduk di kotatsu segera menengok. "Selamat datang, kakak!"

Ia berlari menuju kamarnya, dan mengambil sesuatu.

"Lihat ini kak!" Cherry menunjukkan medali yang ia dapatkan dari Need.

Army sangat senang melihat medali yang ditunjukkan oleh Cherry. "Selamat ya!"

Cherry tersenyum. "Sebenarnya ada pialanya, tapi kami memutuskan untuk menyimpan piala tersebut di rumah Akane, agar lebih bisa terurus."

"Begitu ya ..."

Army mengeluarkan sesuatu yang sejak tadi ia pegang di belakangnya. "... Kalau begitu, saatnya kita rayakan hari ini!"

"Ayo!"

Cherry menjadi sangat bersemangat dengan berbagai makanan dan minuman yang dibawa oleh Army. Mereka meletakkan beberapa diantaranya di kotatsu, dan meletakkan sisanya di sofa lebih dulu.

Cherry membuka sebuah bungkusan yang berisi daging panggang. "Selamat makan!"

Sambil makan, Chery berbincang-bincang dengan Army.

"Oh iya kak, tadi itu apa?"

"Yang mana?"

"Yang membuat seluruh orang termasuk aku terkena Fear."

Army mengingat kembali apa yang terjadi sebelumnya. "Ah, itu Absolute Control."

"Absolute Control?"

"Ya, itu adalah skill untuk mengendalikan tubuh seseorang. Tidak hanya itu, Absolute Control juga bisa mengambil seluruh indra dari seseorang, agar ia tidak bisa berbuat apa-apa."

Cherry takjub mendengar penjelasan Army. "Wah, sepertinya sangat keren!"

Army tertawa. "Haha, ya. Tapi cukup sulit menguasainya. Selain itu, pengaktifannya juga cukup rumit."

"Bagaimana?" Cherry menjadi semakin penasaran dengan Absolute Control milik Army.

Army mengeluarkan makanan lain yang ia bawa, sambil menjelaskan cara kerja Absolute Control.

Army mengangkat jari telunjuknya. "Pertama, aku perlu mematok sebuah radius. Contohnya adalah seluruh wilayah akademi."

Army mengangkat jari tengahnya juga. "Kedua, aku harus memberikan Absolute Fear pada seluruh mahluk hidup yang ada dalam radius tersebut."

Army mengangkat jari manisnya. "Ketiga, aku baru bisa menggunakan Absolute Control pada orang yang terkena Absolute Fear dalam radius tadi. Jika orang tersebut tidak terkena Absolute Fear, maka Absolute Control tidak bisa digunakan."

Mata Cherry seakan menjadi berkilauan mendengar penjelasan Army. "Itu keren sekali!"

Tiba-tiba, ia teringat dengan suatu hal aneh yang sempat terjadi saat pertandingan berjalan.

"Oh iya kak. Tadi, saat Crimson Reality aktif, aku mendadak merasa ada sesuatu yang menusuk. Rasanya mirip seperti terkena Absolute Fear kakak, tapi tidak sekuat itu."

Setelah mengingat lagi, Army berusaha menahan tawan. "Ah itu ... Maaf ..."

Cherry menjadi bingung. "Kenapa meminta maaf?"

"Itu adalah mekanisme counter Fear yang aku dan Tofu miliki. Jika kami terkena Fear, maka secara otomatis Fear itu akan hilang, dan kami balik memberikan Fear."

Cherry menelan daging yang sedang ia kunyah. "Eh, ada hal semacam itu!?"

"Ada, tapi agak sulit untuk dikuasai. Aku menyadari kalau itu akan mengganggumu, jadi aku meminta Tofu untuk menonaktifkannya. Tapi seperti yang kau rasakan, mekanisme tersebut sudah sempat aktif beberapa saat."

"Bisakah kakak mengajarkannya padaku?" Cherry menatap Army dengan tatapan penuh harapan. Ia benar-benar ingin menjadi sehebat kakaknya.

Army tersenyum. "Mungkin nanti."

Setelah menghabiskan daging panggangnya, Cherry teringat dengan pertanyaan yang ia ingin tanyakan sejak awal.

"Oh iya kak, tadi itu siapa?"

Army memasang sedotan pada minumannya. "Yang tadi datang bersama naga?"

Cherry mengangguk.

"Itu Kirito, anggota baru Fallen Orions, tapi ia sudah dikeluarkan sekarang."

Cherry cukup terkejut mendengar hal itu.

"Anggota Fallen Orions? Kenapa ia melakukan itu?"

Army menyedot minumannya sambil berpikir sesaat. "Hmm, aku juga tidak tahu. Kurasa ia juga masih diinterogasi oleh pihak yang berwenang sekarang."

Army menatap Cherry. "Sudahi saja membahas dia, karena ada sesuatu yang lebih penting sekarang."

Army mengambil kotak yang makanan miliknya. "Kita harus merayakan kemenanganmu sebaik-baiknya!"

"Ya!"

Hari para anggota Slow Kill Party diakhiri dengan bahagia. Cherry merayakan kemenangannya bersama kakaknya di rumah. Akane merayakan hal tersebut bersama Shiro dan keluarga besarnya, sama seperti Kurosaki yang merayakan bersama Saki dan keluarga besar mereka. Sementara Reina, ia sama seperti Cherry, yaitu merayakannya bersama dengan keluarga kecil mereka. Meski begitu, perayaan yang dilakukan oleh keluarga Reina tidaklah main-main, karena diiringi dengan hadiah mewah dari kedua orang tuanya yang sangat senang dengan perkembangan Reina.

Sementara hari berakhir bahagia untuk beberapa orang, Need masih sibuk mengurus beberapa dokumen di dalam kantornya.

Terdengar ketukan pintu, dan suara Rikka dari depan. "Need, kau didalam?"

"Masuklah, Rikka."

Rikka membuka pintu, dan berjalan menghampiri Need.

Need menatap Rikka. "Jadi, apa yang ingin kau sampaikan."

Rikka duduk di meja Need. "Ini soal Kirito."

Need meletakkan dokumen yang ia pegang di meja. "Aku mendengarkan."

Rikka diam sejenak, berpikir tentang apa yang akan ia ucapkan pada Need.

"Ia menghilang dari penjara."

Need tidak terkejut mendengarnya. Ia seolah sudah mengetahui bahwa hal itu akan terjadi.

Rikka mengeluarkan sesuatu dari sakunya, dan meletakkan sesuatu itu di meja Need.

"Mereka menemukan ini di dalam ruangan interogasi, sesaat sebelum interogasi akan dilakukan."

Sebuah kristal hitam diletakkan di meja oleh Rikka.

Rikka menatap Need. "Jadi, apa yang akan kita lakukan?"

Need kembali mengambil dokumen yang sedang ia urus. "Untuk saat ini, biarkan saja."

"Kau tidak ingin mengurusnya?"

"Orang seperti dia tidak akan bisa diurus."

Rikka mengerti maksud Need. Mengurus Kirito hanya akan membuang-buang waktu, sementara Kirito bisa terus berulah. Akan lebih baik jika mereka membiarkan dan tidak melakukan kontak apapun dengannya.

"Baiklah." Rikka turun dari meja, dan berjalan keluar.

Ia membuka pintu, dan menengok kearah Need. "Selamat malam, pak kepala sekolah."

Need tertawa kecil. Ia masih belum terbiasa dengan panggilan barunya. "Haha. Selamat malam, Rikka."