Pertandingan semifinal terakhir akan segera dimulai. Pertanding ini menentukan siapa finalis yang akan melawan The Martial Arts, dan memperebutkan juara pertama pada babak final. Sesuai dengan bracket, Slow Kill Party berhadapan dengan Midnight Parade di semifinal ini.
Cherry berjalan ke posisinya. "Semuanya, kalian siap?"
"Kurosaki telah merencanakan ini, kita tidak boleh kalah." Sayap sihir Akane muncul, menandakan ia sudah siap untuk bertarung.
Kurosaki membuka penutup matanya. "Cherry, tangkap!" Ia melempar penutup mata tersebut kepada Cherry.
"Hap!" Cherry menangkap dan segera memakai penutup mata tersebut. "Dengan ini, aku tidak perlu khawatir dengan kecantikan Kurosaki."
Kurosaki tertawa sambil membiasakan matanya dengan cahaya diluar. "Haha, sepertinya mataku perlu pembiasaan sebentar."
Reina mencoba mengalihkan pandangannya dari wajah Kurosaki yang sangat cantik. "S-semuanya, mari berikan yang terbaik!"
Bendera pun diangkat oleh wasit, menandakan kalau pertandingan telah dimulai.
"Seperti dugaan." Kurosaki melihat Kuroki yang langsung mengaktifkan Sanctuary. Ia menggunakan waktu itu untuk mengaktifkan Guardian miliknya. "Aku tidak bisa melakukan interupsi, atau Kuroki akan memberi Stun padaku langsung, tanpa bisa aku balik Stun."
"Wowowowow, kedua tim tidak membuka dengan Stun seperti biasanya, tapi mereka memilih untuk mengaktifkan buffnya masing-masing!" Suasana di bangku penonton kembali meriah setelah pertandingan dimulai.
"Saatnya!" Cherry mengaktifkan Godspeed dan Eternal Nightmare.
Tanpa basa-basi, ia menerjang Neo menggunakan Dragonic Charge.
"Tidak buruk." Neo menggunakan Zantei Sattetsu untuk memberi counter attack. Meski telah terkena Freeze dari Dragonic Charge, pergerakan Neo masih sangat cepat.
Cherry berhasil menghindar counter attack dari Zantei Sattetsu dengan perhitungan yang tepat. Ia harus sangat berhati-hati, karena ia tidak terlindung oleh Guardian Kurosaki yang berada di belakang.
Mitsuji melihat Neo yang terkena Freeze. "Jadi begitu caranya ia bisa menyamai kecepatan gerak Neo."
Yuika menjawab, "Kau menarik seseorang turun, agar kau bisa mengangkat dirimu naik."
Neo menyadari bahwa Cherry menutup matanya. Ia memikirkan sesuatu yang menjadi alasan Cherry menutup matanya, dan tetap bisa bertarung dengan baik.
"Jadi begitu ya. Kau pikir itu akan berguna melawanku?" Neo menutup matanya, agar terhindar dari mata iblis Cherry. Tangannya memegang pedang, bersiap untuk menyerang.
Cherry mengaktifkan Quick Aura. "Sebaiknya jangan terlalu percaya diri."
Setelah selesai mengaktifkan Guardian, Kuroki melihat celah pada Cherry, dan menggunakan Shield Cannonnya.
"Apa!?" Kuroki terkejut. Perisainya terlempar sebelum mengenai Cherry.
Ia mencoba menggunakan Sonic Thrust, tapi serangannya kembali digagalkan oleh Kurosaki dengan cara menabrakan Sonic Thrust miliknya.
Kurosaki tersenyum lebar. "Aku takkan membiarkanmu melakukan interupsi semudah itu!" Kurosaki menjadi jauh lebih sensitif dengan segala hal yang terjadi di sekitarnya.
"Begitu ya. Sepertinya kita berdua akan saling terfokus." Kuroki mengetahui strategi Slow Kill Party. Jika ia mencoba menggunakan interupsi, maka Kurosaki akan menepisnya dengan skill yang sama, sehingga interupsi gagal untuk dilakukan. Mereka berdua hanya bisa melindungi dps jarak jauhnya masing-masing, sambil memberikan buff kepada partynya.
Sementara itu, Reina dan Akane sibuk menghadapi Azalea dan Murasaki. Reina sedikit kewalahan menghadapi Azalea, tapi ia bisa menjauh dari jangkauan Soul Hunter dengan mudah dengan Twin Stormnya.
"Tidak buruk juga." Akane terus melepaskan panah-panah pada Murasaki. Mereka berdua beradu tembakan, yang satu menggunakan senapan, dan yang satu lagi menggunakan panah sihir. Akan tetapi, serangan mereka selalu ditahan oleh masing-masing tank yang berada di depan.
Akane menggunakan Mirage Evasion, menghindari Satellite Arrow yang jatuh. "Ini sih bukan arrow lagi, tapi Satellite Meteor."
Satellite Arrow yang dikeluarkan oleh Murasaki memiliki ukuran yang jauh lebih besar daripada Satellite Arrow pada umumnya. Terlihat jelas bahwa itu merupakan Satellite Arrow versi modifikasi. Karena Satellite Arrow jatuh dari atas, maka tidak ada cara bagi Kurosaki untuk menahannya.
Reina menembaki Azalea sambil terus berlari menghindari serangannya. Jangkauan Soul Hunter Azalea tidak seluas Cherry, sehingga Reina selalu bisa menghindar sebelum terkena sabetannya.
"Tak ada pilihan lain." Azalea merubah jangkauan Soul Hunternya menjadi sangat luas.
"Ini dia, Soul Hunter yang luas." Reina telah mengetahui skill modifikasi Azalea sejak pertandingan sebelumnya. Ia mau tidak mau menerima benerapa luka dari Soul Hunter tersebut.
Saat akan menggunakan Soul Hunter lagi, tiba-tiba Azalea tidak bisa bergerak. Ia terkena Fear, dan membuat serangan Soul Hunternya terhenti. Reina kemudian mendekatinya untuk melepaskan Vanquisher.
Ia melompat menggunakan Meteor Breaker, dan menghindari peluru Vanquisher. "Apa itu barusan!?"
Ia melirik kearah Cherry yang sedang bertarung dengan Neo. "Jadi itu alasan matanya ditutup, agar kami tidak tahu siapa yang sedang ia tatap dengan mata iblisnya."
Mata iblis Cherry agak berbeda dari mata iblis pada umumnya. Ia hanya perlu menatap seseorang untuk memberinya Fear, selama orang tersebut tidak menutup matamya. Sebagai gantinya, durasi Fear yang diberikan oleh mata iblis Cherry memendek.
Cherry terus mengindari Tenryu Ransei dari Neo, sambil sesekali menyerang balik menggunakan Chronos Drive dan Infinite Dimension.
"Benar seperti kata Alice, ia tetap bisa bertarung meski matanya tertutup." Ia tidak menggunakan skill yang bisa memberi kerusakan besar, dan lebih memilih untuk mengumpulkan mana sebanyak-banyaknya.
Saat stack Garyou Tensei sudah mencapai 10, Neo segera membakar dirinya, dan melompat menggunakan Shadowless Slash.
Tanpa berkata-kata, Garyou Tenseinya berubah menjadi Divine Slash, lalu menebas Cherry.
Sebelum Divine Slash mengenainya, Cherry menggunakan Dive Impact, dan menghindari tebasannya. "Meleset!"
Neo menyarungkan pedangnya. "Kau memang cepat untuk menghindar ..."
Ia memasang kuda-kuda. "... Tapi apakah kau bisa menghindar dari 2 serangan sekaligus?"
Neo berubah menjadi 2. Ia segera menyerang Cherry dengan Tenryu Ransei. "Bisa begitu!?"
Alice yang sedang menonton mulai berkomentar. "Ini dia, 6 Tenryu Ransei dari Hanzomon ..."
Wei menjawab, "Mari kita lihat bagaimana ia mengatasi hal itu."
"Sial, keduanya memberi luka yang sama!" Cherry kesulitan untuk menghindari serangan Neo, karena serangannya terlalu banyak. Ia terus menggunakan Evasion sambil mundur, menyisakan sedikit Evasion yang bisa ia gunakan.
"Kuroki, maju." Melihat Azalea dan Neo yang berada semakin jauh dari Guardian, Murasaki memerintahkan Kuroki untuk maju.
Kuroki mengangguk. "Baiklah!" Ia segera maju sampai Guardiannya menjangkau Neo dan Azalea. Ia kembali mengaktifkan Sanctuary, agar Kurosaki tidak bisa memberikan Interupsi kepadanya.
"Heh, sekarang ia mendekat." Kurosaki mulai semakin bersiaga menggunakan perisainya.
Kedua tank tersebut sangat fokus dengan serangan yang datang. Kurosaki terus menahan tembakan yang datang dari Murasaki, sementara Kuroki terus menahan sihir dari Akane. Jika mereka salah sedikit saja, maka kemungkinan dps di belakang mereka akan terkena serangan yang sangat kuat.
Reina semakin kewalahan menghadapi Azalea. Seluruh Vanquishernya berhasil dihindari, sehingga kerusakan yang masuk hanya dari peluru Vanquishernya. Meski Cherry beberapa kali memberi Fear pada Azalea, itu tidak cukup untuk menahannya.
Reina melirik Akane, dan berkata di dalam hatinya, "Masih berapa lama lagi, Akane?"
Sementara Cherry, ia sangat beruntung berada didekat Kurosaki. Berbagai Tenryu yang ia terima menjadi ter reduksi. Ia juga menggunakan Soul Hunter untuk memperlambat pertarungan, karena counter attack Zantei Sattetsu Neo akan mengenai fase kebalnya.
Neo menggunakan Divine Slash lagi.Cherry segera menggunakan Dive Impact untuk menghindarinya. "Akane, cepatlah!"
Beberapa saat kemudian, Akane berteriak. "Kurosaki!"
"Aku mengerti!" Kurosaki melempar perisainya kepada Kuroki.
Kuroki terkejut. "Hah!?"
Ia bingung dengan apa yang dilakukan oleh Kurosaki. Ia yakin bahwa Slow Kill Party mengetahui bahwa Sanctuarynya memberi efek kebal interupsi.
"Jangan-jangan ..." Ia melihat kebawah, memastikan bahwa Sanctuarynya masih aktif.
"Sial!" Cahaya yang sekarang berada dibawah kakinya bukanlah cahaya dari lingkaran Sanctuary, tapi lingkaran Nemesis milik Akane. Ia tidak sadar bahwa beberapa detik lalu Sanctuarynya telah habis, dan menganggap cahaya Nemesis dibawah kakinya adalah Sanctuary yang masih aktif.
Meski telah menyadarinya, ia sudah sangat terlambat. Shield Cannon Kurosaki mengenainya, dan ia terkena Stun.
"Giliranku." Akane menggunakan Qadal, dan menciptakan lingkaran sihir di depannya. Ia mengarahkan Magic Cannon pada Murasaki di depannya.
Reina segera berlari melewati belakang Kurosaki.
"Tak kubiarkan kau lari!" Azalea hendak menggunakan Hard Hit pada Reina, tapi ia kembali terkena Fear dari Cherry.
"Cih, mata iblis sial!"
Di belakang Kurosaki, Reina dengan cepat mengganti sub weaponnya menjadi dagger. Dia menggunakan Multiple Hunt untuk melakukan dash menuju Kuroki, dan menggunakan Kick. Ia mementalkan Kuroki dari depan Murasaki, sehingga ia tidak lagi terlindung.
Disaat yang bersamaan, Cherry mengganti elemen tombaknya menjadi kegelapan. Ia mengabaikan Neo, dan menerjang Murasaki menggunakan Dragonic Charge, memberikan Slow padanya.
"Tidak mungkin!" Murasaki berusaha lari dengan Twin Storm, tapi ia menjadi sangat lambat akibat Slow yang diberikan oleh Cherry.
"Bagus!" Akane menembakkan Magic Cannon, dan mengaktifkan Nemesisnya secara bersamaan.
Tidak hanya Akane, Reina juga melepaskan Vanquishernya, meningkatkan total luka yang diterima oleh Murasaki.
Cherry menutup serangan dengan menggunakan Strike Stab dan Soul Hunternya beberapa kali.
Health Points Murasaki terus menurun sampai habis habis. Ia kemudian di teleport kembali ke ruang ganti.
"Sangat tidak diduga! Leader dari Midnight Party menjadi yang pertama knock out!"
Wei sangat bersemangat ketika melihat Murasaki knock out. "Bagus! Kalahkan mereka Slow Kill Party!"
"Murasaki!" Kuroki yang baru sadar dari Stunnya tidak menyangka kalau Murasaki akan diserang seperti itu.
Kehilangan satu dps akan sangat membuat Midnight Parade hilang keseimbangan. Hal itu langsung terbukti dengan Azalea yang langsung diserang oleh Akane dan Reina.
"Neo! Aku mengandalkanmu!" Kuroki segera mengaktifkan lagi Sanctuarynya.
"Aku tahu!" Neo melakukan Shukuci menuju Reina untuk membantu Azalea.
"Tunggu dulu!" Cherry menabrak Neo menggunakan Dragonic Charge elemen kegelapan, menghentikannya dengan efek Slow yang diberikan.
"Cih, kurasa aku akan menghabisimu dulu." Neo bersiap untuk menyerang Cherry secara beruntun.
Melihat Azalea yang terdesak, Kuroki kembali mencoba menggunakan interupsi.
Kurosaki membalas interupsi Kuroki, menggagalkan semuanya. "Maaf, tapi jangan ganggu mereka."
Reina kembali mengganti sub weaponnya menjadi arrow, dan mengaktifkan charge Cross Firenya.
"Ugh, terlalu banyak!" Azalea kesulitan menghindari serangan dari Akane dan Reina.
Midnight Parade yang sebelumnya dalam kondisi diuntungkan, menjadi tidak diuntungkan setelah kehilangan Murasaki.
Mitsuji dan Yuika yang menonton merasa bahwa Midnight Parade sudah diambang kekalahan.
Mitsuji melipat tangannya. "Sepertinya Azalea sebentar lagi akan knock out."
Yuika memangku tangannya. "Ya. Cherry menahan Neo dengan sangat baik. Ia tidak akan bisa membantu Azalea."
Alice membalas. "Sisanya tinggal menunggu Hanzomon melakukan itu."
Wei menengok. "Itu?"
"Tehnik modifikasi Hanzomon, Triple Dominance."
"Ah, itu. Tapi itu bisa berbahaya kan? Ia hanya memiliki sedikit waktu sebelum akhirnya pingsan akibat pemakaian skill itu."
Yuika mengangguk "Ya, di pertandingan sebelumnya ia menggunakan itu untuk mengakhiri pertandingan, bukan membalikkan keadaan."
Alice memejamkan matanya. "Itu memang benar, tapi 1 menit saja sudah cukup untuk membalik keadaan bagi Hanzomon."
Sesuai dengan ucapan anggota The Martial Arts, Azalea semakin terdesak. Reina menembakkan Satellite Arrow, dan mengganti sub weaponnya menjadi dagger. Ia melakukan dash menuju Azalea menggunakan Multiple Hunt, dan menusuknya hingga tembus ke belakang menggunakan Arcane Strike.
"Skak mat!" Reina bersiap menembak dengan Vanquishernya.
Azalea terjebak. Jika ia maju, maka ia akan terkena Satellite Arrow, tapi jika ia tidak bergerak, maka ia akan terkena Vanquisher.
"Cih!" Azalea menggunakan Meteor Breaker, menghindari Vanquisher Reina.
Saat Azalea melompat, Akane menggunakan Qadal, dan memunculkan lingkaran sihir Magic Cannon yang siap menyambut Azalea saat ia turun. "Kena!"
Disaat yang sama, Reina mengganti kembali sub weaponnya menjadi arrow. Ia siap melepaskan Cross Fire yang sudah terisi penuh saat Azalea mendarat.
Azalea menyadari posisinya yang sangat buruk. "Oh tidak ..."
"Akane!" Reina melepaskan Cross Firenya.
"Ya!" Akane menembakkan Magic Cannon.
Health Points Azalea berkurang sangat banyak sampai menyebabkannya knock out. Meski luka yang diterimanya direduksi oleh Guardian, Health Pointsnya sudah tidak penuh sejak awal akibat Eternal Nightmare dan peluru-peluru Twin Storm. Serangan Magic Cannon serta Cross Fire juga terlalu kuat, sehingga reduksi luka sudah tidak ada artinya lagi.
"Knockout kedua dari Midnight Parade! Apakah ini akan menjadi tanda kemenangan Slow Kill Party?" Para penonton semakin bersemangat.
Alice semakin serius menonton mereka. "Sekarang kita akan melihatnya."
Sementara itu, stack Garyou Tensei Neo sudah kembali penuh. Ia membakar dirinya, dan menggunakan Shadowless.
"Uh-oh, ini lagi." Cherry melompat menggunakan Dive Impact.
"Kali ini, kau tidak akan bisa menghindar." Tiba-tiba, muncul Neo ketiga yang memiliki gerakan sedikit terlambat dari yang lain.
Ia menggunakan skill modifikasinya, Triple Dominance. Kedua klon Neo memiliki pikiran sendiri, dan daya serang yang sama sepertinya. Akan tetapi, mengeluarkan 2 klon sekaligus akan sangat menguras energinya, dan ia hanya bisa bertahan beberapa menit menggunakannya.
Melihat Divine Slash ketiga yang datang belakangan, Cherry pasrah dengan takdirnya.
"Sampai jumpa, teman-teman ..."
Ia terkena Divine Slash, dan menghabiskan Health Pointsnya langsung.
"Wow! Midnight Parade membalas dengan meng knock out salah satu anggota Slow Kill Party!"
Alice menutup matanya. "Itu dia. Skill yang sangat merepotkan."
Yuika menjadi tidak bersemangat ketika Cherry knock out. "Tidak ... Jangan gadis kesukaan Wei ..."
Neo menyarungkan kembali pedangnya. "Sekarang tiga lawan du ..."
Akane tersenyum lebar sambil menyentuh arena dibawahnya. "Molten Ground."
Belum selesai Neo berbicara, arena dibawah ia beserta dua klonnya meleleh. Lelehan tersebut menjebak kakinya, sehingga ia dan klonnya tidak bisa berpindah tempat.
"A-apa ini!?" Ia berusaha mengangkat kakinya, tapi ia justru semakin tenggelam kedalam. Ia seperti tenggelam di dalam pasir hisap.
"Pemakamanmu." Akane mengeluarkan banyak lingkaran sihir di sekeliling Neo.
"Neo!" Kuroki kembali mencoba menggunakan interupsi.
Dengan cepat, Kurosaki menepisnya untuk kesepian kalinya. "Maaf lagi, tapi kami harus menang."
"True Flame!" Api membanjiri sekitar Neo dan klonnya.
"Triple Dominance ku ..." Neo dan klonnya dibanjiri oleh True Flame. Tak lama kemudian, ia pun knock out dan di teleport kembali.
"Knock out ketiga untuk Midnight Parade! Apakah Slow Kill Party benar-benar akan memenangkannya?!"
Akane menatap Kuroki yang tersisa. "Sepertinya ini saat yang tepat untuk sedikit menunjukkannya."
Ia memunculkan sebuah singgasana dari bawah kakinya. Singgasana itu terbuat dari emas, dengan kain merah yang menjadi bantalannya.
Ia duduk disitu layaknya seorang raja, dan melipat kakinya. "Crimson Reality."
Muncul sebuah barrier berwarna merah transparan yang menutupi mereka di arena. Pemandangan di dalam barrier itu berubah. Seluruh warna di dalamnya menjadi merah tua dan hitam saja. Tidak hanya bagi mereka yang berada di dalam barrier, warna di dalam juga hanya terdiri dari merah tua dan hitam jika dilihat dari luar. Seluruh orang yang menyaksikannya kembali dibuat terkejut oleh hal yang dilakukan Akane.
Kuroki kebingungan dengan sekitarnya yang mendadak berubah warna. "Apa ini!?"
Akane memangku wajahnya dengan tangan kanan, dan tersenyum. "Terbakarlah di dalam realitaku."
Tiba-tiba, tubuh Kuroki terbakar dengan sangat hebat. Ia diselimuti oleh api yang sangat besar, dan semakin membesar setiap saatnya. Ia tidak bisa melihat apapun karena tertutup oleh api, hingga akhirnya ia knock out, dan di teleport kembali.
Barrier merah transparan hilang, bersamaan dengan knock out nya Kuroki.
Wasit mengangkat benderanya, menandakan kalau pertandingan telah berakhir.
"Sulit dipercaya! Ada sebuah barrier yang tiba-tiba muncul! Kuroki dari Midnight Parade pun tiba-tiba terbakar sampai knock out! Sudah jelas pemenangnya adalah Slow Kill Party!"
Para penonton bertepuk tangan setelah kemenangan mereka diumumkan.
Akane, Kurosaki, dan Reina terlihat sangat senang. Mereka menatap satu sama lain dengan senyuman bahagia, karena telah menyelesaikan pertandingan semifinal.
Kurosaki tertawa. "Yah ... aku tidak menyangka kalau kau akan mengeluarkan sekarang."
Reina ikut tertawa. "Kurasa, jika segini saja tidak masalah."
"Reina benar. Kita hanya memberikan hiburan pada penonton." Akane turun dari singgasana dan menghilangkannya. "Ayo kita kembali. Cherry telah menunggu di ruang ganti."
Kurosaki mengangguk. "Ya, kita tidak bisa merayakan kemenangan ini tanpanya."
Mereka bertiga berjalan kembali menuju ruang ganti.
Wei tertawa dengan keras dari bangku penonton. "Hahahaha, ini akan semakin menarik!"
Yuika menghela nafas. "Hah ... Bagaimana kita mengalahkan yang seperti itu."
"Dengan kecepatan," jawab Mitsuji.
Yuika menengok ke Mitsuji. "Bagaimana?"
Alice gantian menjawab, "Kurasa ia memerlukan beberapa waktu sampai bisa menggunakannya, jadi kita harus menang sebelum itu."
Mitsuji tertawa kecil. "Haha ... Harus bisa menang ya ..."