Chereads / Fallen Orions Tales / Chapter 27 - Chapter 22 - Top 8 (2)

Chapter 27 - Chapter 22 - Top 8 (2)

Seluruh anggota Slow Kill Party sedang berada di ruang ganti. Mereka sedang bersiap untuk pertandingan top 8 mereka, yang sekaligus menjadi pertandingan terakhir sebelum semi final.

Cherry memeriksa tombaknya dengan mengganti elemennya beberapa kali. "White Bloom, kita harus berjuang lebih keras hari ini ya!".

Ia melihat Akane yang terlihat sedang berpikir sejak tadi. "Memikirkan apa Akane?"

Akane melirik Cherry. "Ah, aku mengingat bagaimana pertandingan Midnight Parade tadi."

Ia berpangku tangan di meja. "Melihat bagaimana Kuroki berdiri kokoh dengan Sanctuarynya, aku masih belum menemukan celahnya."

Kurosaki menatap Akane. "Yah, aku mulai mengerti kenapa Wei tidak percaya diri menghadapi mereka."

Reina yang sedang membersihkan laras pistolnya bertanya, "Kenapa?"

Kurosaki menengok ke Reina. "Ia pasti akan menahan Kuroki seperti pertandingan sebelumnya, tapi Kuroki akan tetap bisa menggunakan Guardian, karena ia selalu menggunakan Sanctuary di awal. Meski Wei juga bisa ikut menggunakan Guardian dari jeda waktu yang tercipta, dps dari Midnight Parade terlalu agresif untuk mereka."

Kurosaki mengingat kembali apa yang mereka saksikan di pertandingan Midnight Parade. Ia membuat analisis jika seandainya The Martial Arts melawan Midnight Parade.

"Seperti kata Alice, Tenryu Ransei milik Neo tidaklah biasa. Jika ia berhadapan dengan Neo, maka Zantei Sattetsu sekalipun tidak akan bisa menahan serangan beruntun Tenryu. Ia juga mampu menciptakan klon yang membuat serangannya semakin banyak. Yuika kemungkinan besar akan berhadapan dengan Azalea. Meski ia bisa terus menghindar, tapi Azalea juga memiliki Meteor Breaker dan Soul Hunter untuk menghindar balik. Bisa dibilang, Azalea sanggup menahan Yuika selama mungkin bersamanya."

"Bagaimana dengan Murasaki?" tanya Akane.

"Kemungkinan besar, ia akan menyerang Mitsuji. Meski mereka sama-sama bisa bertarung jarak dekat dengan bowgun, Murasaki jauh lebih cepat daripada Mitsuji. Satellite Arrow tidak akan berguna melawannya. Jika ia ditembak dengan Vanquisher, ia bisa dengan mudah menembus Mitsuji menggunakan Arcane Strike, dan menghindari peluru Vanquisher."

Kurosaki menggunakan beberapa barang yang ada di meja sebagai peraga. "Setelah Neo mengalahkan Alice, ia bisa langsung menuju Yuika untuk membantu Azalea. Sementara Yuika dikepung oleh 2 dps, Mitsuji akan kewalahan menghadapi kecepatan Murasaki. Wei pun tidak bisa berbuat apa-apa, karena Kuroki pasti sudah siap untuk melakukan interupsi jika ia lengah."

Akane berpikir sebentar. "Itu cukup masuk akal."

Reina menatap Akane. "Apakah ada strategi yang bisa kita gunakan?"

"Yah, kurasa strategi kemarin masih bagus, tapi kita harus sedikit mengubahnya. Kita harus memikirkan soal Sanctuary Kuroki, dan skill modifikasi Neo yang merepotkan."

Kurosaki bersandar di kursinya. "Aku bisa mengaktifkan Guardian sejak awal, tapi itu hanya akan memberi kita tambahan waktu, bukan jalan kemenangan."

Ia tiba-tiba teringat sesuatu. "Tunggu dulu, kurasa aku tahu bagaimana caranya!" Kurosaki mendapatkan sebuah ide yang menurutnya sangat bagus.

Mereka bertiga terkejut mendengar ucapan Kurosaki.

Akane fokus mendengarkan Kurosaki. "Bagaimana?"

"Bagaimana jika seperti ini." Kurosaki mengatur kembali beberapa barang yang ia gunakan sebagai peraga.

"Aku cukup yakin kalau aku bisa mengalihkan Kuroki. Jika berhasil, kalian akan ..."

Sebelum Kurosaki bisa menjelaskan, suara panggilan terdengar di ruang ganti mereka.

"Kedua party diharap untuk memasuki lapangan, karena pertandingan akan segera dimulai."

Kurosaki membereskan kembali barang-barang di meja. "Baiklah, nanti akan ku jelaskan."

Akane berdiri sambil menyiapkan tongkatnya. "Ya, kita masih memiliki cukup banyak waktu sampai giliran selanjutnya."

Reina membuka kunci pengaman pistolnya. "Apakah kau yakin bahwa rencanamu akan berhasil Akane?"

Cherry menengok kearah Akane. "Kuharap kau benar-benar berhasil. Kami tidak tahu harus berbuat apa nanti lho."

Akane tersenyum. "Seratus persen. Kalian menonton saja."

Mereka berempat berjalan keluar, menuju arena pertandingan.

Party The Martial Arts sedang duduk di bangku penonton sedang memperhatikan mereka.

Mitsuji memperhatikan Cherry yang sedang di posisinya. "Wei, sepertinya kau sangat tertarik dengan gadis itu."

Wei menengok Mitsuji yang berada di kanannya. "Maksudmu Cherry?"

Mitsuji mengangguk. "Ya, leader Slow Kill Party."

Yuika yang berada di sebelah kiri Wei menguping pembicaraan mereka, dan bergabung dengan obrolan. "Tak disangka kalau kau adalah orang yang diam-diam memperhatikan seorang gadis, Wei!"

Wei tertawa. "Hahaha, ini tidak seperti yang kalian pikirkan."

"Oh ya? Lalu bagaimana?" tanya Yuika.

"Yah, aku sendiri tidak bisa menjelaskannya. Entah kenapa aku sangat penasaran dengan perkembangannya."

"Kalian tahu?" Wei melirik Mitsuji dan Yuika. "Saat awal mengenalnya, ia hanya bisa menggunakan Dragon Tooth. Tapi sekarang, ia sudah menguasai Dragonic Charge dan Soul Hunter."

Mitsuji dan Yuika saling menatap.

Mitsuji tertawa kecil. "Haha, kurasa itu tepat seperti yang kami pikirkan."

Yuika kembali bersandar di kursinya. "Kau menyukainya kan? Gadis itu?"

Wei berpikir sesaat, memikirkan jawaban yang tepat. "Hmm, mungkin begitu, aku sendiri tidak mengerti."

Alice menjawab sambil pandangannya fokus menatap arena. "Entah itu suka atau tidak, tapi aku yakin hal itu yang memotivasimu untuk terus berkembang Wei."

Ia menutup matanya. "Jika itu yang terjadi, maka aku mendukung hal itu."

Wei menatap Alice sebentar, dan kembali fokus melihat arena. "Terimakasih, Alice."

Di arena, seluruh anggota Slow Kill Party cukup terkesima dengan penampilan dari The Archangel yang sangat bercahaya. Mereka tampil dengan atribut yang mengkilap dari atas hingga bawah. Para penonton menyambut mereka dengan sangat meriah.

Cherry bergeser ke dekat Akane. "Tidakkah mereka terlalu cantik?"

Akane melipat tangannya. "Terlalu?"

Ia tersenyum sambil memejamkan matanya. "Kau seperti belum pernah melihat Kurosaki saja."

Kurosaki yang mendengarnya menengok ke arah mereka. "Eh? Aku?"

Akane menatap Kurosaki. "Ya. Jika ada gambaran wanita ideal, maka sudah pasti kau adalah jawabannya bagiku!"

Wasit kemudian berjalan ke sisi luar arena. Ia bersiap mengangkat benderanya, menandakan para peserta harus segera ke posisinya.

Kedua party segera mengatur posisinya masing-masing.

Cherry menengok ke belakang. "Kau yakin Akane?"

Akane menghela nafas. "Hah ... Harus kuulang berapa kali?"

Cherry kembali menghadap ke depan. "Baiklah, maaf."

Mengetahui kedua party sudah bersiap, wasit tadi menurunkan benderanya, menandakan kalau pertandingan sudah dimulai.

Tiba-tiba, muncul banyak lingkaran sihir besar di depan Slow Kill Party.

"True Flame!" Akane langsung mengeluarkan sihir modifikasi tingkat tinggi miliknya di awal pertandingan.

Baru saja pertandingan dimulai, arena sudah dibanjiri dengan api dari sihir Akane. Saking banyaknya, para penonton menjadi kesulitan melihat party The Archangel karena tertutup oleh True Flame. Tidak seperti api pada umumnya, api True Flame mengalir seperti air. Api itu bergerak seperti gelombang laut yang memenuhi seluruh arena, hendak menyapu The Archangel.

"Apa ini para pemirsa!? Api menutupi pandangan kita!"

Mitsuji yang sedang menyaksikan langsung terkejut melihatnya. "Wah, jadi ini kekuatan sang Crimson Flame."

Yuika sangat terpukai melihatnya. "Julukan itu memang sangat cocok untuknya ..."

Tidak seperti Mitsuji dan Yuika, Wei langsung berpikir akan sesuatu. "Erizza juga bukanlah penyihir sembarangan. Seharusnya ia bisa menahan gelombang api itu."

"Water Wall!" Seperti perkataan Wei, Erizza membuat dinding air yang menutupi mereka dari segala sisi. True Flame pun berhenti saat menabrak Water Wall milik Erizza.

Cherry terkejut melihat api True Flame yang dihentikan oleh Water Wall Erizza. "A-akane! Bagaimana ini???"

Akane hanya tersenyum. "9 ... 10 ... 11."

"Sepertinya ia meremehkanku!" Erizza yang berhasil menahan True Flame menjadi sedikit kesal.

Saat seluruh party The Archangel mulai tenang berkat Water Wall Erizza, sesuatu yang tidak mereka duga terjadi.

Senyuman Akane menjadi semakin lebar. Tatapannya seakan mengatakan kalau The Archangel sudah terjatuh dalam perangkapnya.

"Bodoh."

True Flame yang sebelumnya tertahan oleh Water Wall, kini bisa menembusnya. Dinding air yang diciptakan oleh Erizza terbakar habis, tidak menyisakan satupun air yang terlihat. Dinding tersebut menjadi dinding gelombang api yang siap menimpa mereka.

"T-tidak mungkin kan ..." True Flame yang sebelumnya tertahan oleh Water Wall jatuh menimpa mereka.

Setelah tertimpa oleh gelombang True Flame, seluruh anggota Party the Archangel kehabisan Health Pointsnya, dan di teleportasi kembali ke ruang ganti. Wasit pun mengangkat benderanya, menandakan berakhirnya pertandingan.

"Sulit dipercaya! Slow Kill Party memenangkan pertandingan hanya dalam hitungan detik!"

Seluruh penonton terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Akane. Tidak ada yang mengetahui bagaimana caranya Akane menembus Water Wall tanpa menambah serangannya sama sekali.

Akane berbalik badan, hendak berjalan kembali menuju ruang ganti. "27 detik. Sepertinya ekspektasi ku pada mereka terlalu tinggi."

Cherry, Kurosaki, dan Reina masih terkejut dengan apa yang baru mereka saksikan. Mereka masih belum bisa memproses apa yang terjadi, atau apa yang dilakukan oleh Akane. Mereka kemudian berjalan kembali mengikuti Akane tanpa bisa berkata apa-apa.

Mitsuji dan Yuika melihat gelombang True Flame yang masih berada di arena selama beberapa saat.

"Apa itu ..." Mitsuji menengok kearah Wei, berusaha mendapatkan jawaban darinya.

Yuika menelan ludahnya. "Bukankah itu melawan hukum alam?"

Wei tersenyum dan tertawa. "Hahaha. Aku juga tidak mengerti, tapi itulah kenapa aku sangat menantikan untuk melawan mereka!"

Alice bersandar dan mengangguk. "Dunia ini berisi terlalu banyak kejutan."

Di ruang ganti, Cherry akhirnya bisa bertanya langsung pada Akane. Ia memegang kedua bahu Akane. "Apa yang barusan itu!?"

Reina sangat berbinar-binar setelah pertandingan. "Kau sangat keren Akane!"

Kurosaki duduk bersandar di kursi. "Hah ... Untung kami satu tim denganmu."

Akane menatap mereka semua. "Itu tadi api."

Cherry menggoyangkan tubuh Akane. "Apanya yang api? Itu sih bukan sembarang api. Api biasa seharusnya tidak bisa menembus air!"

"Kau tau yang namanya reaksi eksoterm?"

Cherry melepas pegangannya. "Eksoterm?"

Akane berjalan dan duduk di bangkunya. "Ya, reaksi pelepasan energi, dan yang dilepaskan energi panas."

Cherry ikut duduk di bangkunya. "Aku mengingatnya saat pelajaran kimia. Lalu, apa hubungannya dengan pertandingan barusan?"

"Kalian melihat api yang keluar tadi kan?"

Mereka bertiga mengangguk.

Akane mengeluarkan True Flame kecil yang melayang diatas telapak tangannya. "True Flame tidak hanya terdiri dari api, melainkan terdiri dari berbagai bahan alam yang mudah terbakar."

Mereka bertiga memperhatikan True Flame diatas tangan Akane dengan sangat teliti.

Reina menyadari sesuatu yang tidak biasa dari True Flame. "Ah, didalamnya seperti terdapat sebuah cairan!"

Kurosaki melihat apa yang Reina maksud. "Benar juga."

Cherry mencoba melihat cairan tersebut dengan jelas. "Hmm, tidak terlalu kelihatan. Jadi ini yang menyebabkan mereka terlihat mengalir seperti air?"

"Material penyusunnya merupakan bahan alam yang bereaksi saat terkena air. Jika True Flame berkontak dengan air, maka mereka akan bercampur dengan air tersebut. Saat bercampur dengan air, bahan alam tadi akan menghasilkan reaksi eksoterm yang melepaskan panas, sekaligus menyebarkan gas mudah terbakar."

Akane mengambil air minum di botolnya, dan menyiram air pada True Flame di tangannya.

"Setelah bercampur, maka air yang seharusnya mematikan api justru menjadi sumber bagi api untuk menyala. Api yang tadinya tertahan malah membakar tembok tersebut, karena airnya tercampur dengan bahan alam pada True Flame."

Terlihat True Flame di tangan Akane yang tidak mati, meski telah disiram oleh air yang lebih banyak daripada ukurannya. Air yang menetes di lantai memunculkan True Flame lain karena telah berkontak dengan True Flame sebelumnya.

Akane menghilangkan True Flame di lantai dan tangannya.

"Singkatnya begini; True Flame adalah bahan reaktif yang terbakar, dan air adalah pemicu reaksinya. Air yang seharusnya mematikan api, malah menjadi perantara untuk membuatnya menyala semakin besar, karena reaksi kimia yang terjadi."

Akane melipat tangannya di meja. "Tak peduli apakah itu sihir atau bukan, air tetaplah bersifat seperti air, dan True Flame akan bereaksi dengannya."

"Wow ... Kau sangat hebat Akane." Cherry sangat kagum dengan penjelasan Akane yang diluar ekspektasi.

Kurosaki memangku wajahnya di meja. "Itu jauh diatas luar biasa, Akane."

Reina mengangguk "Ya! Aku yakin bahkan para guru tidak menduganya!"

Akane tersenyum. "Terimakasih, tapi sekarang adalah saatnya mendengarkan strategi Kurosaki yang sempat terpotong!"