Army merebahkan kepalanya diatas kotatsu. Ia terlihat sangat tidak bersemangat pada hari itu. Ia bahkan belum menyentuh sarapannya sama sekali.
Cherry datang dari dapur sambil membawa teh. "Kakak, kenapa sarapannya belum dimakan?"
"Aku tidak lapar ..."
Cherry meletakkan teh di kotatsu, dan duduk disana. "Kenapa?"
"Karena aku tidak bisa menonton pertandinganmu."
"Huh ... Kakak ini ..." Cherry bergeser, dan mengambil piring Army. "Memang sangat disayangkan, tapi para orang tua/wali tidak diundang untuk menonton."
Cherry menyuapkan sarapan Army.
Army membuka mulutnya, dan memakan sarapan yang disuapi oleh Cherry. "Terimakasih Cherry, tapi aku akan melakukannya sendiri. Ini sudah waktunya bagimu untuk berangkat."
"Kakak juga harus berangkat loh." Cherry memberikan satu suapan lagi. "Kalau begitu, ini yang terakhir."
Army membuka mulutnya, dan memakan sarapannya.
Cherry meletakkan piringnya dan berdiri. Ia menuju kamar untuk mengambil tas serta tombaknya. Setelahnya, ia menuju pintu untuk memakai sepatu. "Aku berangkat kak!"
Army bangun dan meraih piringnya. "Semangat turnamennya!"
Di akademi, seluruh anggota Slow Kill Party sedang memperhatikan papan pengumuman yang berisi jadwal match up pertandingan top 8 sampai final. Mereka berempat mencari nama party mereka, untuk memastikan siapa lawan dan kapan waktu mereka bertanding.
Cherry melihat tulisan nama party mereka, dan menunjuknya. "Ah itu!"
Kurosaki melihat kearah yang ditunjuk Cherry. "Wah, kita masih lama."
Reina memperhatikan nama party yang akan menjadi lawan mereka. "A-ah, kita akan melawan the Archangel."
Tidak seperti yang lain, Akane melihat kearah bagian yang lain. "Sepertinya ucapan Wei benar-benar terwujud."
Cherry menengok. "Maksudmu?"
Akane menunjuk tulisan party Midnight Parade. "Lihat. Berdasarkan bracket, kita lah yang akan bertemu mereka, bukan party Wei."
Kurosaki juga melihat apa yang Akane maksud. "Ah iya. Jika kita menang melawan The Archangel, kita akan menghadapi Midnight Parade jika mereka lolos ke semi final."
Reina mengehela nafas. "Hah ... Ini akan cukup melelahkan."
Tiba-tiba suara dari komentator muncul. "Selamat pagi para hadirin! Sebentar lagi pertandingan akan dimulai, dan para murid dipersilahkan untuk mencari tempat duduknya masing-masing!"
Komentator itu merupakan salah satu guru yang menggunakan sihir suara untuk menyebarkan suaranya ke segala penjuru akademi. Suara tersebut hanya berada di luar lapangan, sehingga tidak mengganggu konsentrasi para murid yang sedang bertanding
Sorakan para murid terdengar dimana-mana, menyambut pertandingan top 8 yang akan segera dimulai.
Cherry berlari menuju lapangan. "Ayo semuanya, kita harus menontonnya!"
Akane ikut berlari. "Ya, kita akan mendapat informasi yang cukup bagus jika menonton mereka bertanding."
Sesampainya mereka di lapangan, sudah ada banyak tempat duduk yang disiapkan untuk para murid. Tak hanya itu, lapangan juga diberikan arena tambahan, khusus untuk seluruh pertandingan hari itu. Para peserta yang bertanding menjadi lebih mudah untuk ditonton, karena mereka bertanding diatas arena. Terlihat juga Need yang sedang duduk di bangku khususnya, berada di dekat komentator pertandingan.
Cherry duduk, dan melihat ke arena. "Wah, Wei yang pertama bertanding."
Akane duduk disebelah kiri Cherry. "Kurasa ini akan menarik."
Beberapa saat kemudian, pertandingan akhirnya dimulai.
Dengan cepat, tank dari tim lawannya membuka serangan dengan menggunakan Shield Cannon, untuk memberi Stun pada Wei.
"Hmm?" Wei menepis perisai tersebut menggunakan tangan kirinya, dan balik menyerang dengan Sonic Thrust.
"Apa!?" Ia tidak menyangka kalau Wei tidak akan melepaskan perisainya bersamaan dengannya.
"Gerakan yang sangat cepat dari The Martial Arts membuat tank dari Desert Storm terjatuh!" Guru komentator itu sangat bersemangat membawakan pertandingannya.
Cherry berteriak dengan semangat. "Kurosaki! Kau lihat itu?"
Kurosaki mengangguk. "Ya. Karena sama-sama memiliki kecepatan gerak yang tinggi, ia memilih untuk menahan perisainya di awal."
Wei menengok. "Mitsuji!" Ia dengan cepat mengaktifkan Berserk dan War Cry.
Mitsuji mengangguk, dan menembakkan Arrow Rain.
Karena dihujani dengan panah, formasi Dessert Storm menjadi menyebar.
"Arrow Rain dari The Martial Arts membuat formasi Desert Storm terpecah. Apakah hal ini akan dimanfaatkan oleh mereka?"
Melihat mage Dessert Storm merapalkan mantra, Wei menggunakan Shield Cannon untuk memberikannya Stun. Ia kemudian berlari menghampiri tank lawan yang sudah bangun.
Ia meletakkan pedangnya di punggung, dan mengaktifkan Dual Shield. "Lawanmu adalah aku!"
Wei bertarung satu lawan satu dengan tank dari Desert Storm untuk menahan pergerakannya.
"Cih." Tank itu berusaha menggunakan Guardian, tapi Wei melancarkan pukulan beruntun.
"Sudah kubilang, lawanmu adalah aku."
Pukulan Wei tidak hanya sekedar pukulan, tapi juga mengunci beberapa pergerakan lawannya. Jika tangan lawannya bergerak, maka ia akan menarik dan menahannya. Tidak hanya melalui pukulan, Wei juga menggunakan kakinya untuk menahan kaki lawannya, sehingga mereka hanya melakukan duel di satu titik saja. Hal itu membuat tank lawan tidak bisa berpindah tempat, atau mengaktifkan apapun selain Berserker dan War Cry.
Cherry berkomentar lagi. "Wah! Kali ini ia maju untuk menahannya."
Kurosaki memikirkan sesuatu saat melihatnya. "Meski kelihatannya bagus, ia juga kehilangan waktu untuk menggunakan Guardian ataupun skill lainnya."
Akane mengangguk. "Ya, ia lebih memilih untuk sama-sama tidak bisa menjadi tank, daripada keduanya menjadi tank."
Yuika dan Alice segera maju untuk menyerang. Pengguna bow dari Desert Storm mencoba menembak Yuika dengan Moeba Shot, tapi tembakannya dihindari dengan Ashura Aura.
"Hati-hati! Ia bisa menghindar dengan mudah!" Pengguna tombak dari Desert Storm melihat kearah Alice yang berjalan perlahan menuju mereka. Ia bingung kenapa Alice tidak maju dengan cepat seperti Yuika.
Orang itu hendak menyerang, tapi ia jadi teringat dengan kemampuan utama Alice, yaitu counter attack. Ia menahan serangannya, dan menunggu sambil bersiap siaga.
Karena ia tidak melakukan serangan apapun, Alice maju dan menggunakan Shadowless Slash beberapa kali, membuatnya terus menghindar menggunakan Evasion.
"Sial, kalau begini terus ..."
Orang itu memutuskan untuk menyerang. Ia menggunakan Dragonic Charge yang memiliki 2 kerusakan sekaligus, agar setidaknya ada 1 yang bisa masuk.
"Terimakasih." Sebelum Dragonic Charge mengenainya, Alice menggunakan Zantei Sattetsu. Ia mereduksi luka pertama menjadi 0, dan memberikan counter attack dengan kerusakan yang besar.
"Serangan Dragonic Charge yang bagus dari Desert Storm! Tapi mereka juga mendapat counter Attack dari Zantei Sattetsu!"
Disaat yang sama, Yuika dengan santainya menghindari dan mereduksi luka dari serangan yang ia terima. Satellite Arrow dan Cross Fire yang ditembakkan kearahnya tidak menghasilkan apa-apa.
"Pengguna knuck memang merepotkan!"
"Kau tidak akan lama direpotkan jika knock out dengan cepat." Yuika perlahan mendekat, sambil menunggu stack Goliath Punchnya terisi penuh.
Dari jauh, Mitsuji menggunakan Satellite Arrow yang ditambah dengan Retrogade Shot pada mage Desert Storm, mengurangi Health Pointsnya secara perlahan, sekaligus membuatnya kesulitan merapal mantra yang rumit.
Mage itu menggunakan Mirage Evasion saat merapal sesuatu. "Satellitenya terus jatuh. Aku tidak bisa menggunakan Final disini!"
Ia menengok kearah temannya. "Awas!"
"Oh! Yuika dari The Martial Arts tiba-tiba maju dengan sangat cepat!"
Seperti kata komentator, Yuika mendadak maju dengan cepat setelah stack Goliath Punch dan God Handnya terisi penuh.
Pengguna bow dari Desert Storm menyadari hal itu, dan hendak menggunakan Vertical Air.
Wei melihat Yuika yang maju, dan menggunakan Sonic Thrust untuk memberi Tumble kepada bow tersebut sebelum ia melompat dengan Vertical Air.
"Yuika!" Wei memanggil Yuika untuk memberitahunya.
Melihat pengguna bow terjatuh akibat Sonic Thrust, Yuika langsung menggunakan Goliath Punch.
"Gg." Ia meninju tanah dibawahnya, dan memberikan kerusakan sangat besar, hingga pengguna bow itu langsung kehabisan Health Points.
"Knock out pertama dari Desert Storm! Kerusakan yang ditimbulkan oleh Goliath Punch milik Yuika Hakari sangatlah luar biasa!"
Kesempatan ini dimanfaatkan oleh tank Desert Storm untuk memberi Stun pada Wei.
"Sekarang waktunya!" Ia akhirnya bisa mengaktifkan Guardian.
Pengguna halberd Desert Storm menengok. "Bagus! Guardian telah aktif!"
"Fokuskan pandanganmu." Alice menerjang menggunakan Shukuci, dan menyerang dengan Shadowless beberapa kali, tapi serangannya tereduksi dengan sangat drastis karena Guardian.
Orang itu menggunakan Dragonic Charge lagi untuk menyerang, dan kembali terkena counter attack dari Zantei Sattetsu. Sama seperti serangan Alice sebelumnya, kerusakan yang ditimbulkan oleh Zantei Sattetsu sangat sedikit.
"Hehe, counter attackmu sekarang tidak akan terasa."
Wei yang sudah bangkit segera menahan tank tersebut lagi, meski guardian telah aktif. Ia terus beradu tinju dengan perisai dan pedangnya.
"Kau sudah terlambat!" Tank itu merasa sangat percaya diri karena telah mengaktifkan Guardian.
Meski Guardian telah aktif, party The Martial Arts masih memiliki kesempatan menang yang tinggi, karena jumlah dps mereka lebih banyak.
Mage dari Desert Storm akhirnya bisa mengeluarkan sihir kuatnya, karena Guardian yang mereduksi luka. Ia tidak khawatir jika serangan Satellite Arrow mengenainya.
"Sekarang saatnya kalian melihat kemampuanku!"
Ia mengarahkan tongkatnya ke arah Mitsuji, dan menciptakan lingkaran sihir dibawahnya. "Coba saja hindari ini!"
Dari lingkaran sihir tersebut, keluar cahaya yang sangat terang. Secara refleks, Mitsuji menggunakan Vertical Air untuk menghindar.
"Tidak semudah itu." Mage dari Desert Storm menggunakan skill modifikasinya, yaitu Chronoshifter. Meski tidak menggunakan magic device, ia tetap bisa menduplikasi serangan sihirnya, dan tidak perlu menggunakan mana dalam penggunaan skill yang di duplikasi.
Mitsuji terkejut dengan lingkaran sihir kedua. Ia bisa menghindari yang pertama, tapi ia sudah pasti akan terkena yang kedua.
Yuika menengok kebelakang. "Mitsuji!"
Serangan sihir tersebut selesai, dan dipastikan bahwa Mitsuji terkena serangan yang kedua.
"Tcih, masih tersisa sedikit ya." Mage itu tahu bahwa Health Points Mitsuji belum habis sepenuhnya.
Tiba-tiba, ada sesuatu yang melesat dari arah Mitsuji.
"Apa itu?" Tank yang sedang beduel dengan Wei pun tidak tahu apa yang melewatinya dengan sangat cepat.
Wei segera meninjunya, tapi berhasil ditahan oleh perisai. "Itulah Mitsuji."
Mitsuji menggunakan Multiple Hunt untuk melesat dengan sangat cepat menuju mage tersebut.
"Terkejut ya?" Ia melepaskan tembakan Vanquisher dari senapannya, meski belum menggunakan Twin Storm.
"Apa!?" Mage itu terkejut, dan terkena tembakan Vanquisher. Akan tetapi, Vanquisher yang tidak mendapat buff dari Twin Storm serta reduksi luka Guardian hanya menghasilkan sedikit kerusakan.
Mitsuji mengaktifkan Twin Storm, dan berlari menjauh untuk menjaga jarak. Ia telah mengganti senjatanya menjadi bowgun, terlihat dari busurnya yang ia tinggalkan di belakang.
Yuika mendekati Mitsuji, dan memasang kuda-kuda di depannya.
"Kukira kau akan kalah disana Mitsuji!" Yuika mengaktifkan kembali charge Goliath Punchnya
Mitsuji mulai menembaki mage tersebut. "Hampir."
Pengguna halberd Desert Storm terkejut dengan Mitsuji yang bisa mengganti senjatanya. "Bagaimana bisa?"
Alice segera menyerangnya lagi menggunakan Shadowless "Sudah kubilang, fokus terhadapku."
Ia menatap Alice. "Kalau begitu, rasakan ini!" Ia menyerang Alice menggunakan Dragonic Charge.
Alice mundur sedikit menggunakan Evasion, dan menahan luka pertamanya menggunakan Zantei Sattetsu. Health Pointsnya tersisa setengah, karena ia hanya bisa menahan satu serangan Dragoniv Charge sejak awal.
"Haha, counter attackmu tidak berguna saat Guardian telah aktif!" Ia kembali menyerang Alice dengan Dragonic Charge.
"Wei!" Alice berteriak.
Wei yang mendengar teriakan Alice langsung mengetahui apa maksudnya. "Info diterima!"
Wei menggunakan Assault Attack, menyebabkan tank lawannya terkena Knock Back yang cukup jauh.
Alice menggunakan Zantei Sattetsunya kembali untuk menahan Dragonic Charge, dan memberi Armor Break menggunakan counter attacknya.
"Terimakasih Wei!" Alice membakar dirinya menggunakan Kariki.
Pengguna tombak itu mulai menyadari kesalahannya yang sudah terpancing menggunakan Dragonic Charge. "Sial!"
Mendapatkan jarak yang agak jauh, Wei menggunakan Sonic Thrustnya untuk memberi Tumble pada pengguna halberd, dan lanjut menahan tank yang terkena Knock Back, agar Guardiannya tidak lagi tersambung.
Ia meninju perisai tank tersebut secara beruntun, sambil menahan langkah kakinya. "Maaf, tapi Guardianmu sangat merepotkan!"
Alice langsung menggunakan Shadowless Slash, dan melompat. Sebelum gerakan Shadowless Slash selesai, ia menggunakan Garyou Tensei, dan merubahnya menjadi Divine Slash.
"Berakhir sudah." Alice menebas pengguna halberd dengan Divine Slash, dan menghabiskan Health Pointsnya.
"Wowowowoow! Knock out kedua dilakukan oleh Alice dari The Martial Arts!"
Saking semangatnya menonton, Cherry berdiri dari tempat duduknya. "Kalian lihat itu kan? Kalian lihat itu kan?" Ia sampai mengulangi pertanyaannya dua kali.
Kurosaki mengangguk. "Pertandingan yang sangat luar biasa."
Reina juga menambahkan, "Semua yang mereka lakukan sangatlah hebat. Semua seolah sudah menjadi rencananya sejak awal."
Akane menjawab, "Beginilah seharusnya pertandingan di top 8!"
Mage yang tersisa menjadi kesal.
"Mendekatlah denganku!"
Mendengar itu, tanknya segera berlari mendekat, agar Guardiannya bisa melindungi si mage.
Sebelum The Martial Arts melakukan gerakan apapun, lingkaran sihir yang sangat besar muncul dihadapan mage tersebut.
"Jadikan itu 2!" Ia menggunakan Chronoshifter lagi, dan memunculkan lingkaran sihir kedua. Keduanya bergerak perlahan, mengarah pada Mitsuji dan Alice.
"Gawat!" Wei melihat Alice dan Mitsuji. Ia tahu bahwa keduanya tidak akan bisa menghindar. Alice bisa menahan luka pertama, tapi serangan sihir yang muncul pasti akan lebih dari satu. Sementara Mitsuji, ia mengganti senjatanya menjadi bowgun, sehingga ia kehilangan skill Vertical Airnya. Jika ia mencoba mengaktifkan Guardian, maka tank lawan akan dengan mudah melakukan interupsi padanya.
"Alice, Mitsuji! Kebelakang!"
Mendengar panggilan Wei, Alice dan Mitsuji berlari ke belakang Wei. Sementara itu, Yuika masih bersiap di posisi menyerang, karena ia bisa dengan mudah menghindari banyak serangan. Ia tidak bisa maju untuk melakukan interupsi dengan adanya tank di dekat mage itu.
"Bodoh, kau pikir kau bisa menahannya?" Mage itu bersiap melepaskan dua Magic Cannon yang telah terisi penuh.
Wei memasang kuda-kuda, dan menutupi tubuhnya menggunakan kedua tangan. Ia kembali mengaktifkan Dual Shield, agar Guard Powernya bertambah.
"Menunduk!"
Magic Cannon dilepaskan tepat mengenai Wei. Karena Mitsuji dan Alice menunduk, Wei terpental ke belakang tanpa mengenai mereka. Ia terpental cukup jauh, meski tidak sampai keluar arena
"Bodoh, sekarang kalian justru kehilangan tank ..." Mage tersebut memandang mereka dengan tatapan yang sangat percaya diri.
Tiba-tiba, Wei kembali bangkit. Meski bisa bertahan, ia terkena luka yang sangat besar. Ia mencoba mengangkat kedua tangannya untuk bertarung kembali, tapi ia hanya bisa merasakan tangannya sampai bagian siku.
Ia melihat kedua lengannya. "Walah."
Lengan Wei tertekuk hampir 90°, karena semua tulang di dalamnya remuk. Lengan bajunya pun ikut sobek, dan ada darah yang mengalir dari luka di sekujur lengannya.
Semua orang yang menontonnya terkejut. Mereka semua bingung, bertanya-tanya apakah serangan tadi terlalu kuat, hingga menembus barrier dari Need.
Cherry berteriak. "Wei!"
Akane juga ikut terkejut. Tidak ada yang menyangka bahwa hal ini akan terjadi. "Apakah itu mungkin?"
Reina yang melihatnya menjadi takut. "I-itu barrier yang dibuat oleh papa Need loh ..."
Tidak hanya penonton, peserta pertandingan pun tidak ada yang menyangka hal tersebut.
"A-apakah aku melukainya?" Mage itu terkejut dengan kekuatan serangannya sendiri.
"Wei!" Seluruh anggota The Martial Arts berteriak kepadanya. Pertandingan terhenti sementara, karena kedua pihak terfokus dengan tangan Wei.
Guru komentator kemudian berbisik pada Need. "B-bagaimana ini pak?" Ia juga sangat terguncang dengan kejadian yang menimpa salah satu murid akademinya.
Dengan santai, Need menjawab sambil tersenyum, "Tak perlu khawatir. Sebentar lagi ia akan menyadarinya."
Saat wasit menengok kearah Need, ia hanya mengangkat tangan kanannya, menandakan kalau pertandingan tidak berhenti.
Wei mulai merasakan rasa sakit yang sangat besar di kedua lengannya. Adrenalin di dalam tubuhnya telah terkuras, setelah ia menyadari bahwa kedua lengannya remuk.
"Bisa sampai seperti ini ternyata ..."
Ia cukup terkejut dengan hal yang terjadi pada lengannya, tapi ia terlihat sangat santai bagi orang yang lengannya remuk. Ia berdiam diri di tempat selama beberapa saat, merapalkan sesuatu. Semua orang yang melihatnya menjadi semakin bingung. Mereka mengira bahwa pertandingan akan dihentikan, tapi wasit masih belum menurunkan bendera, dan Wei justru merapalkan skillnya.
Setelah rapalan skillnya selesai, ia membuat sebuah kuda-kuda dengan kakinya.
"Kenapa panik? Kalian melupakan sesuatu?"
Ia mengangkat tangannya untuk menyempurnakan kuda-kudanya. Tangan yang semula remuk, kini telah kembali normal tanpa ada bekas luka sekalipun, meski lengan bajunya yang sobek tidak kembali utuh.
Ia mengepalkan kedua tangannya, seperti orang yang akan memberi sebuah pukulan. "Tanganku, adalah perisaiku!"
Ia berlari sambil mempertahankan kuda-kudanya, dan kembali ke posisi bertarungnya. "Masih punya serangan lainnya?"
Semua orang bersorak kepada Wei yang secara ajaib bisa kembali bertanding. Mereka semua bertepuk tangan, meski pertandingan belum selesai.
Cherry menjadi terharu saat Wei kembali ke posisinya. "K-k-kalian lihat itu kan?"
Akane yang masih bingung bertanya, "Apa yang baru saja ia lakukan?!
Kurosaki berpikir sebentar. "Kurasa aku tahu apa yang terjadi."
Reina menengok. "Apa itu?"
"Dia menggunakan Shield Repair."
Akane kembali terkejut mendengar ucapakan Kurosaki. "Hah? Itu tangan loh?"
Kurosaki menatap Akane. "Kau tahu kalau Wei tidak menggunakan perisai bukan? Ia hanya menggunakan rantai di tangannya yang bisa dilempar untuk Shield Cannon."
Akane mengangguk. "Lalu?"
"Tangannya itu adalah perisainya."
Cherry, Akane, dan Reina tersadar, dan mulai mengerti apa maksud Kurosaki.
Kurosaki lanjut menjelaskan. "Wei mengalami Guard Break saat menahan dua Magic Cannon, dan terpental ke belakang. Jika terjadi Guard Break, maka pada umumnya perisai akan rusak. Dalam kasus Wei, tangannya lah yang rusak, karena tangannya adalah perisainya. Barrier dari papa Need memang menahan segala serangan yang masuk, tapi Guard Break bukanlah serangan, melainkan semacam debuff yang didapat jika seseorang mencoba menahan serangan fatal. Oleh karena itu, barrier menerapkan efek Guard Break pada tangannya."
"Jadi begitu ya ..." Akane sudah paham dengan apa yang terjadi pada Wei.
"Tangan Wei kembali pulih setelah menggunakan Shield Repair, karena tangannya dianggap sebagai perisai, sehingga Shield Repair yang ia gunakan bisa menyembuhkan tangannya."
Mendengar penjelasan Kurosaki yang terperinci, Cherry menjadi sedikit lega. Ia kembali di duduk bersandar di kursinya. "Weeei! Aku padamu!" Ia berteriak dari bangku penonton sambil mengangkat kedua tangannya.
Pertandingan berjalan kembali. Wei menyerang kembali tank Desert Storm seperti sebelumnya. Sementara tanknya sibuk menahan serangan Wei, Mage Desert Storm diserang oleh 3 dps sekaligus.
"Yuika!" Alice memanggil Yuika saat Mage tersebut mencoba mengisi kembali mp nya yang habis.
"Aku mengerti!" Yuika menggunakan Smash, dan menggagalkan rapalan sihirnya.
Yuika kemudian menggunakan Goliath Punch yang sudah terisi penuh, meski tidak ditambah dengan Stack God Hand.
"Bagus!" Alice melanjutkan serangan Yuika dengan menggunakan Shadowless Slash beberapa kali.
Sementara itu, Mitsuji dari jarak yang cukup jauh terus menembak dan mengaktifkan Vanquishernya dengan cepat, karena ia menggunakan dagger.
Meski mendapat reduksi luka dari Guardian, serangan beruntun dari Alice, Yuika, dan Mitsuji membuat Health Points mage itu menurun dengan cepat.
Sebagai penutup, mereka menggunakan skillnya secara bersamaan.
"Berakhir ..." Alice melompat menggunakan Shadowless Slash, dan menebasnya dengan Divine Slash.
"Good Game." Yuika menggunakan Goliath Punch, dan meninju tanah dibawahnya.
"Terimakasih, semuanya!" Mitsuji menembakkan Vanquisher terakhirnya.
Health Points mage itu akhirnya habis, dan ia di teleport kembali.
"Knock Out ketiga dari Desert Storm! Apakah The Martial Arts akan menjadi pemenangnya kali ini?" Suasa di bangku penonton menjadi semakin meriah.
Tak lama kemudian, tank nya pun diserang oleh mereka semua. Ia mencoba menahan serangan sebisanya, tapi serangannya datang dari berbagai arah. Saat ia menahan peluru Vanquisher menggunakan perisainya, Divine Slash dan Goliath Punch mengenainya. Pukulan dari Wei membuatnya tidak bisa selalu menangkis serangan yang datang.
Pada akhirnya, Health Points tank itu habis, dan ia di teleport kembali. Wasit mengangkat bendera, menandakan bahwa pertandingan telah berakhir.
"Pemenangnya adalah The Martial Arts!!!"
Seluruh penonton memberi tepuk tangan yang diikuti dangan banyak sorakan menyelamati mereka. Hal tak terduga yang sempat terjadi membuat suasana turnamen akademi menjadi semakin meriah, seperti yang diharapkan oleh Need.
Cherry menengok ke kiri, melihat teman-temannya. Ia terlihat sangat terharu melihat pertandingan party The Martial Arts. "Tadi itu ... sangat seru ya..."
"Yah, pertandingannya memang sangat seru ..." Akane terkejut melihat Cherry. "Eh? Kenapa kau sampai menangis?" Ia mengeluarkan sapu tangan dari sakunya, dan mengelap air mata Cherry.
"M-maaf, aku juga tidak tahu mengapa."
Kurosaki bersandar pada kursinya. "Kau pasti sangat terbawa emosi kali ini Cherry."
Reina tertawa kecil. "Haha, aku memahami apa yang kau rasakan, Cherry"
Cherry pindah tempat duduk dengan cepat, dan memeluk Reina dari samping kirinya. "Hwaaa, kau memahami apa yang kurasakan kan Reina?"
Reina mengelus kepala Cherry yang berada di bahunya. "Yosh yosh, anak gadis yang manis, tak apa sesekali menangis."
Cherry melepaskan pelukannya. "Kalau begitu, bagaimana kalau kita sekarang jajan? Pertandingan selanjutnya masih agak lama kan?"
Akane mengangguk. "Baiklah, ayo kita ke kantin."
Mereka berempat berdiri, dan pergi menuju kantin.
Saat berjalan menuju kantin, mereka berpapasan dengan party The Martial Arts.
"Wei!?" Cherry terkejut melihatnya yang ingin masuk ke kantin juga.
"Ah, Cherry. Kebetulan sekali."
Party mereka akhirnya duduk di meja yang sama. Suasana bagi kedua party terasa agak canggung, kecuali bagi Cherry dan Wei yang sudah saling mengenal.
Cherry meletakkan gelas minumannya. "Tadi itu keren sekali Wei! Apakah tanganmu baik-baik saja?"
Wei tertawa. "Haha, terimakasih. Aku juga menantikan pertandingan kalian."
Ia memperlihatkan kedua tangannya dengan lengan bajunya yang masih robek. "Lihat, tanganku tidak terluka."
Akane bergabung dengan pembicaraan mereka. "Cherry sampai menangis tau menontonmu."
Cherri menatap Akane. "H-habisnya, itu tadi sangat keeeren!"
Wei tertawa lagi. "Yah, maaf karena membuatmu menangis Cherry."
"Jangan khawatir, itu bukan salahmu kok!" Cherry mengangkat telapak tangan kanannya, menunjukkan bahwa ia tidak menganggap bahwa itu adalah salah Wei.
"Yah, harus kuakui, pertandingan tadi memang terasa seperti rollercoaster, meski belum pertandingan finalnya," ucap Akane.
Wei melihat seluruh anggota Slow Kill Party. "Omong-omong soal pertandingan, Lawan kalian nanti adalah The Archangel kan?"
Akane mengangguk. "Iya."
Mitsuji mencoba ikut mengobrol. "Seingatku, The Archangel punya penyihir dengan elemen dasar air. Sepertinya itu akan sulit untuk kalian."
Akane menatapnya. Ia menyadari bahwa kata-katanya bisa saja menyinggung. "Ah maaf, maksudku, secara teori api kalah dengan air kan?"
Akane mengangguk. "Kau memang benar kok, tak perlu meminta maaf."
"Jadi, apakah kalian akan melakukan sesuatu untuk menghadapinya?"
Akane tertawa kecil. "Tentu saja."
Cherry menatap Akane. "Meski katanya ada, tapi ia belum memberitahu kami apa rencananya."
Akane menatap balik. "Sudah kubilang itu kejutan kan?"
Wei tersenyum. "Aku yakin kalau sang Crimson Flame memiliki rencananya sendiri."
Akane balik tersenyum. "Kau sangat memahamiku, tuan Qinglong."
Wei tertawa kecil. "Haha, tentu saja."
Akane menghela nafas. "Hah ... Yang perlu kami pikirkan hanyalah soal Midnight Parade."
Mendengar Midnight Parade, Yuika bergabung dengan obrolan mereka. "Kalian perlu berhati-hati dengan Kuroki dari Midnight Parade."
Kurosaki menengok kearah Yuika. "Oh ya? Kenapa?"
"Ia bisa memodifikasi Sanctuarynya untuk kebal dari segala macam interupsi."
Reina melirik Yuika. "Benarkah?"
Yuika mengangguk. "Ya, kami melihatnya di pertandingan kemarin."
Mitsuji kemudian menambahkan, "Itulah yang membuat mereka bisa melawan party dengan tank yang memiliki kecepatan gerak tinggi seperti kita."
Akane berpikir. "Hmm, begitu ya. Sepertinya kita harus sedikit mengubah strategi."
Tiba-tiba, Alice ikut bergabung dengan pembicaraan mereka. "Jangan lupakan soal Hanzomon."
Cherry menengok. "Hanzomon? Maksudmu Neo Hanzomon si pengguna katana?"
"Ya, dia." Alice melipat tangannya. "Sulit kuakui, tapi ia adalah pengguna katana yang jauh lebih hebat dariku."
Wei ikut menengok kearah Alice. "Inilah pendapat dari si pengamat langsung."
Alice kemudian menjelaskan hal yang ia ketahui soal Neo Hanzomon. "Pergerakan Tenryu Ranseinya akan sangat cepat, karena itu bukanlah Tenryu biasa."
"Apakah modifikasi?" tanya Akane.
"Sepertinya begitu. Pergerakannya jauh lebih cepat daripada Tenryu biasa."
Alice menatap Cherry. "Selain itu, ia juga bisa bertarung dengan mata tertutup. Menggunakan mata iblis padanya tidak akan berpengaruh, jika ia tidak menggunakan pengelihatannya sama sekali."
"Eh, begitu ya? Padahal aku berencana menyimpan itu untuknya."
"Yah, bukan berarti kau tidak bisa menggunakannya sama sekali. Kau akan menurunkan intensitas pergerakannya, tapi ia akan tetap berbahaya walau dengan mata yang tertutup."
Tiba-tiba terdengar suara dari komentator. "Para hadirin sekalian! Diharap untuk kembali, karena pertandingan selanjutnya akan segera dimulai."
Cherry menengok ke belakang. "Sekarang giliran mereka bukan?"
Akane mengangguk. "Ya, Midnight Parade."
Wei berdiri dari tempat duduknya. "Kalau begitu, ayo kita kembali untuk menontonnya."
Mitsuji ikut menambahkan. "Ini akan jadi informasi yang bagus untuk kalian."