Chereads / Fallen Orions Tales / Chapter 16 - Chapter 12 - Terjebak

Chapter 16 - Chapter 12 - Terjebak

Akane berlari menemui salah satu tetua keluarga yang sedang duduk di taman belakang kediamannya.

"Kakek!"

Pria tua itu menengok. "Oh, Akane? Ada apa sampai berlari begitu."

"Sihir yang ada pada kalung Shiro mendadak hilang!"

"Menghilang?" Ia bergeser untuk memberikan tempat Akane duduk. "Ceritakan padaku apa yang terjadi."

Sesuai perintahnya, Akane duduk disampingnya dan menjelaskan apa yang terjadi.

"Barusan, aku merasa kalau sihir pada kalung Shiro hilang mendadak. Aku jugabmenitipkan satu kalung lagi pada temannya, dan sihirnya juga hilang bersamaan."

"Kalung yang pernah kau ceritakan padaku itu?"

"Ya, yang liontinnya kuisi dengan sedikit sihir agar lebih bercahaya."

"Apakah kau tau penyebabnya?"

Akane menggelengkan kepalanya. "Tidak, tapi aku yakin kalau ada sesuatu buruk yang sedang terjadi."

"Kenapa kau bisa yakin?"

"Shiro sendiri yang menceritakan kalau sedang ada sesuatu yang terjadi. Ia menolak untuk menceritakan detailnya, tapi ia terakhir pergi untuk mencoba menyelesaikannya."

"Hmm ... Apakah ia pergi sendiri?"

"Tidak. Yang kutahu, ia pergi untuk berkumpul bersama anggota Fallen Orions."

Pria tua itu berpikir sebentar. "Fallen Orions ya ..."

"Apa yang bisa kita lakukan kek?"

Pria tua itu memegang tongkatnya dan berdiri. "Shiro adalah cucuk kakek juga. Kakek tidak akan membiarkannya begitu saja."

Melihatnya berjalan, Akane pun ikut berjalan bersamanya.

Saat berjalan di koridor rumah, pria tua itu bertanya kembali pada Akane. "Apakah kau punya informasi tentang Fallen Orions?"

"Tidak."

"Setahuku, mereka memiliki markas yang letaknya sangat rahasia. Akan sulit untuk menemukan anggotanya jika mereka masih berada disana."

Akane berpikir sebentar. Ia merasa kalau ia bisa membantu mencari markas Fallen Orions. "Kurasa aku bisa sedikit membantu."

"Oh ya? Apa yang kau lakukan Akane?"

"Aku memiliki beberapa kenalan yang keluarganya adalah anggota Fallen Orions. Mungkin mereka ada yang mengetahui dimana letaknya."

"Kalau begitu, apakah kau bisa langsung menemui mereka? Aku akan mengumpulkan beberapa orang tidak sibuk untuk membantu di bagian yang lain."

"Baiklah, aku akan bersiap!"

Sebelum Akane berlari menuju kamarnya, pria tua itu memanggilnya.

"Akane ... "

Akane berhenti dan menengok.

"... Jangan terlalu terburu-buru. Ingatlah untuk selalu menyelesaikan masalah dengan kepala yang dingin. Lagipula, Shiro bukanlah orang lemah sampai harus dikhawatirkan seperti itu."

"Baik kakek, Terimakasih!" Akane berlari kembali menuju kamarnya untuk bersiap.

Sementara itu, para anggota Fallen Orions yang menghilang sekarang berada di sebuah tempat kosong, dengan warna putih dimana-mana. Mereka jatuh dari ketinggian 2 meter, dan mendarat di sebuah lantai yang tidak diketahui terbuat dari apa.

"Aduh ..." Tan meraba punggungnya yang menjadi perkenaan jatuhnya.

Rikka mencoba melihat sekeliling. "Dimana kita?!"

"Uhh ... Tempat ini agak mengganggu." Fuuko merasa tidak nyaman melihat pemandangan disana yang penuh dengan warna putih.

Shacchi juga menambahkan, "Tempat ini seperti ruang untuk pasien sakit jiwa."

Shiro memeriksa tombaknya yang tertimpa oleh tubuhnya saat jatuh. "Sepertinya kita dibawa pergi oleh barrier itu."

Saat semuanya masih bingung, Ashborn melihat sesuatu yang berada jauh di depan pandangannya. "Semuanya, lihat!" Ia menunjuk kearah sesuatu yang ia lihat.

Pada arah yang ditunjuk Ashborn, terdapat sebuah bola cahaya berwarna merah yang mengambang di kejauhan. Cahaya itu terlihat sangat mencolok karena berada di tempat yang segalanya berwarna putih.

"Apa itu?" Reol memperhatikan cahaya tersebut.

Saat Ashborn akan berjalan menuju cahaya itu, Rikka menepuk bahunya. "Tunggu."

Rikka berjalan ke depan sambil bersiap dengan perisainya. "Kita tidak tahu apa itu, jadi sebaiknya kita bersiap dengan kemungkinan terburuk."

Mereka semua kemudian berjalan di belakang Rikka sambil memegang senjatanya masing-masing.

Karena cahaya tersebut tidak terlihat berbahaya, mereka mulai memperhatikannya dari dekat. Mereka mencoba mencari tahu apakah cahaya itu sebenarnya.

Saat semuanya sedang fokus melihat cahaya itu, Shiro bertanya kepada Army. "Memangnya apa yang kau lakukan sampai kita bisa berada disini?"

"Aku memasukkan iblis parasitku kedalam tubuh Ardent. Saat berhasil masuk, tiba-tiba muncul sebuah barrier, dan kita terbawa kesini."

Saki yang mendengar pembicaraan Army dan Shiro kemudian ikut bergabung dengan mereka. "Senior, jika seperti itu, apakah bisa dibilang bahwa inilah penyebab papa tak sadarkan diri?"

Army berpikir sebentar. "Mungkin saja, tapi ini terlalu aneh untuk dijadikan sebabnya."

Reol yang tak sengaja mendengar juga ikut bergabung dengan pembicaraan mereka. "Aku setuju dengan Army. Tempat ini masih belum bisa disebut sebagai penyebabnya."

"Ya, mungkin penyebabnya berada disini, tapi bukan tempat ini," tambah Fuuko.

Saat memperhatikan cahaya merah, Shacchi tiba-tiba terpikir sebuah pertanyaan. "Bagaimana jika cahaya inilah penyebabnya?"

Rikka berjalan mendekati Shacchi, dan ikut melihat cahaya itu dari dekat. "Cahaya ini? Bagaimana bisa?"

"Entahlah, tapi mungkin saja ini bukanlah sekedar cahaya biasa."

"Maksudmu?"

"Aku merasa bahwa ini adalah sesuatu yang bisa menyimpan energi sihir."

Tan juga mendapat sebuah pemikirannya sendiri. "Jika cahaya ini memang bisa menyimpan sihir, apakah benda ini menyimpan sihir Ardent?"

Tiba-tiba, Eevnyxz berteriak. "Semuanya! Menjauh!"

Mendengar teriakan Eevnyxz, mereka semua mundur dan membentuk formasi di belakang Rikka.

"Apa apa Eev?" Rikka mengaktifkan Twin Stormnya, bersiap untuk mengambil aggro jika ada sesuatu yang muncul.

"Aku melihat ada pergerakan energi sihir yang mendadak dari cahaya tersebut."

"Energi seperti apa?" Locked mencoba melihat apa yang Eevnyxz maksud, tapi ia tidak melihat apapun disaja.

Vivien kemudian menjawab pertanyaan Locked. "Sepertinya ia menggunakan sihir untuk melihatnya."

Eevnyxz terus memperhatikan energi sihir yang ia lihat di dalam cahaya tersebut. "Ya, aku menggunakan sihir untuk bisa melihatnya."

Tiba-tiba, cahaya tersebut menjadi semakin besar dan menyilaukan mereka semua. Saat cahaya silau tersebut hilang, muncul sesosok monster besar di hadapan mereka. Monster itu melayang, dengan bentuk seperti penyu tanpa cangkang, dan memiliki leher yang panjang. Monster itu di dominansi oleh warna hitam, dengan sedikit corak merah pada punggung dan matanya.

"Monster!" Rikka dengan cepat menggunakan Shield Cannon untuk membuat monster itu pingsan. Akan tetapi, monster tersebut tidak pingsan sama sekali.

"Cih, tidak pingsan."

Karena Rikka yang melakukan serangan pembuka, monster tersebut langsung melihat kearahnya. Dengan cepat, monster itu menyemburkan sesuatu dari mulutnya.

"Awas!" Rikka mengangkat perisainya untuk menahan serangan monster tersebut. Proyektil yang ditembakan melesat sangat cepat, dan meledak saat menabrak perisai Rikka. Beruntung yang lainnya sempat menghindar, sehingga tidak ada yang terkena efek dari ledakannya.

Sial bagi Rikka, ia memblokir serangan fatal yang mengakibatkannya mengalami Guard Break. "Sial, aku akan kehilangan perisai selama beberapa waktu."

Mengetahui perhatian monster tersebut sedang fokus kepada Rikka, Reol mengaktifkan charge Goliat Punchnya. "Ayo, Fuuko!"

Fuuko mengangguk. "Aku mengerti!"

Ia bersama Fuuko kemudian maju ke monster tersebut, untuk mengalihkan perhatiannya sampai Guard Break Rikka selesai. Selama beberapa saat, mereka menyerang monster itu menggunakan skill secukupnya. Reol juga menggunakan Goliath Punch untuk mengisi chargenya.

"Cih, ia punya defense yang cukup besar." Reol terus meninjunya dari berbagai arah, memastikan bahwa kerusakan yang ditimbulkan dari serangannya tidak ada.

"Reol, bilang kalau kau akan menggunakan Shell Break" Fuuko mengaktifkan Berserkernya, bersiap untuk menyerang dengan skill.

Setelah mengisi stack God Hand dengan menerima serangan lawan, Reol mundur sedikit. "Sekarang!" Ia maju kembali mendekati monster tersebut, dan menggunakan Shell Break.

Setelah Shell Break digunakan, monster itu langsung mengalami Armor Break. Momen itu tidak disia-siakan oleh mereka berdua. Reol langsung menggunakan Goliath punch, sedangkan Fuuko menggunakan Lunar Slashnya.

"Apa?!" Mereka berdua terkejut. Tidak ada kerusakan yang diakibatkan oleh Goliath Punch dan Lunar Blade, meski Armor Break sudah dilakukan.

"Defensenya terlalu besar!" Reol menengok dan berteriak kepada yang lain di belakang.

Ashborn berteriak balik sambil menunjuk monster tersebut. "Tidak, bukan itu!"

Terlihat 2 panah yang jatuh dari atas mengenai monster itu. Dipastikan bahwa itu adalah Satellite Arrow yang digunakan oleh Ashborn. Setelah ketiga panah tersebut kena, masih tidak ada kerusakan apapun yang diterima oleh si monster.

Reol dan Fuuko segera mundur dan bergabung lagi dengan yang lainnya.

Rikka yang baru selesai menggunakan Shield Repair langsung bertanya kepada Reol. "Apakah lukanya fraksional?"

"Entah. Divine Rigid Body juga mereduksi serangan fraksional."

"Betul juga. Aku baru ingat."

Mereka memperhatikan monster itu, memikirkan kenapa Goliath Punch, Lunar Blade, dan Satellite Arrow tidak berdampak apa-apa.

"Monster itu sepertinya memiliki damage reduction," ucap Vivien.

Ashborn tiba-tiba mendapat sebuah ide. "Mungkinkah ia harus di Tumble?"

Rikka berpikir sebentar, karena hanya ia yang bisa 100% memberi Tumble kepada musuh dengan Shield Uppercut. "Sepertinya bisa dicoba."

Selagi monster tersebut diam, Rikka dan yang lain mendekatinya. Saat sudah dekat, Rikka langsung menggunakan Shield Uppercut dan membuat monster itu terkena Tumble.

"Bagaimana!?"

Vivien menjawab sambil menggunakan Tenryu. "Berhasil!"

Seluruh serangan yang diberikan berhasil masuk. Tanpa membuang waktu, selama 3 detik mereka mengeluarkan seluruh serangan yang bisa dilakukan.

Setelah monster itu berdiri lagi, Reol berinisiatif menggunakan Smash untuk memberi Flinch kepada monster itu.

"Mari kita lanjut!" Smash pun dilayangkan, dan monster itu terkena Flinch.

Tiba-tiba, monster itu mengamuk dan berputar menyabet mereka yang mengerumuninya.

"Hah?" Reol terkejut, dan menggunakan God Hand untuk mengurangi luka serangan yang datang.

"Apa itu!?" Shiro berhasil menghindarinya dengan Dive Impact.

Tan mendarat setelah menggunakan Meteor Breaker tanpa memberikan kerusakan apapun. "Ada yang memberi Flinch, dan ia menjadi seperti itu."

Fuuko melihat Reol. "Reol, sepertinya kita tidak bisa memberinya Flinch, atau ia akan mengamuk seperti tadi lagi."

Mereka yang berada dekat dengan monster itu masih bisa selamat berkat penggunaan skill yang bisa memblokir serangan yang datang. Monster itu kemudian menyerang Reol, tapi Rikka langsung mengalihkan perhatiannya, dan membuat monster itu hanya menyerang dirinya.

Eevnyxz memanggil Rikka dari belakang. "Rikka! Berapa lama lagi sampai kau bisa Tumble lagi?"

"Masih agak lama!"

"Baiklah, beritahu kalau sudah siap!" Eevnyxz terus melakukan serangan normal dari jauh sambil mengisi kekuatan Magic Cannonnya.

Karena hanya bisa memberikan kerusakan saat di Tumble, mereka semua menunggu sambil menggunakan serangan normal dan mengaktifkan kembali buff yang sudah mulai habis. Situasi mulai terkendali karena Rikka sudah menahan Aggro dengan sangat baik. Ia hanya perlu waspada dengan semburan monster itu yang bisa memberi Guard Break.

Army, Shiro, Saki, Tan, dan Locked menggunakan jeda waktunya untuk mengisi stack Soul Hunter mereka. Reol kembali mengisi charge Goliath Punch dan God Handnya. Vivien berulang kali menggunakan Shadowless Slashnya untuk mengisi syarat Garyou Tensei. Ashborn dan Shacchi terus menembak dari jauh, menunggu pelurunya Twin Stormnya habis untuk menggunakan Vanquisher, sambil mengisi Cross Firenya mencapai titik maksimum.

Setelah bisa memberi Tumble lagi, Rikka berteriak, "Bersiap!"

"Baiklah!" Shiro membakar dirinya sendiri. Ia menggunakan Chronos Drive dan dilanjutkan dengan Infinite Dimension. Hal itu memberikan Dazzle dan menurunkan Dodge Rate secara drastis, sehingga serangan yang masuk tidak akan Graze.

Melihat Shiro memberi Dazzle, Reol juga membantu mendebuff monster itu menggunakan Shell Break. "Sekarang harusnya bisa tembus!"

Bersama dengan Reol, Tan juga ikut membantu dengan menggunakan Meteor Breaker. "Untuk berjaga-jaga!"

Meteor Breaker memberikan efek Dizzy kepada monster itu, menurunkan Guard dan Evasion Ratenya.

Rikka kemudian menggunakan Shield Uppercut, dan memberi Tumble kembali. "Ayo!"

Para pengguna kekuatan kegelapan langsung melepaskan Soul Hunter yang sudah terisi penuh. Sabit yang berputar setelah kekuatannya terisi penuh memberikan kerusakan yang masif, terlebih jika digunakan secara bersamaan.

Prorasi tetap aman untuk mereka, karena Soul Hunter memberikan prorasi Magic, sehingga prorasi serangan Physical yang lain tidak saling bertumpuk.

Reol langsung menggunakan Goliath Punchnya. "Ini baru tinjuku!" Ia meninju lantai dibawahnya, memberi kerusakan yang sangat besar terhadap lantai dan monster tersebut.

Ashborn membakar dirinya sendiri untuk menggunakan Kariki Rashin. "Kumohon, jangan meleset!"

Bersamaan dengan jatuhnya panah Satelite Arrow, Ashborn melepaskan Vanquiser dan Cross Firenya, memberikan banyak prorasi Physical sekaligus.

Sama seperti Ashborn, Shacchi juga menggunakan Kariki Rashin sebelum menembakan Vanquisher dan Cross Firenya.

"Eev, giliranmu!" Shacchi mengaktifkan kembali Twin Stormnya.

Eevnyxz merapalkan mantra dan menciptakan lingkaran sihir di depannya. "Meledaklah!" Magic Cannon 200% dilepaskan, memberikan serangan Critical karena digunakan setelah Qadal.

Setelah prorasi dibalikkan kembali oleh Magic Cannon Eevnyxz, Vivien menutup rentetan serangan mereka dengan Shadowless Slash yang dikombinasikan dengan Garyou Tensei.

"Berakhir sudah ..." Ia melompat, dan menarik pedangnya dari sarung. "Divine Slash!"

Karena digunakan bersama dengan Shadowless Slash, Garyou Tenseinya berubah menjadi Divine Slash. Tebasannya sangatlah kuat, hingga hempasan Divine Slashnya terasa oleh yang lain.

Monster itu terlihat sangat kesakitan setelah menerima serangan bertubi-tubi dari mereka.

"Berhasil?" Rikka sedikit menurunkan perisainya, menganggap kalau pertarungan telah selesai.

Tiba-tiba, monster itu mengaum. Aumannya sangat memekakkan telinga, membuat mereka kehilangan fokus selama 5 detik. Dengan cepat, monster tersebut menjauh dari mereka, dan diam ditempat.

"Rikka!" Eevnyxz menyadari bahwa monster itu sedang mengumpulkan bola energi di mulutnya.

Berbeda dengan bola sebelumnya yang memberikan Guard Break pada Rikka, ukurannya sekarang lebih besar dan di charge dengan lebih lama.

"Sial!" Reol segera mendekati monster itu dengan Shukuci. Ia tidak memiliki pilihan selain menggunakan Flinch untuk menggagalkan serangan yang akan datang.

"Semuanya, maaf!" Reol menggunakan Smash dan memberi Flinch.

Ia menunggu monster itu untuk menyabet seperti sebelumnya, tapi tidak ada serangan apapun yang dilakukan sebagai respon dari Flinch.

Reol menjadi bingung. "Tidak ada?" Ia yang telah siap menggunakan God Hand akhirnya mundur kembali ke belakang Rikka.

Rikka menyadari sesuatu setelah melihat bahwa monster itu tidak merespon setelah diberi Flinch. "Begitu ya ... "

Ia tersenyum, dan mengaktifkan Twin Strom lagi untuk kesekian kalinya. "Semuanya, sepertinya kita harus mengulangi yang tadi lagi."

Beberapa saat setelah bangkit dari Flinch, monster itu menerjang Rikka. Ia membuat sebuah pola serangan yang baru yang belum pernah dilakukan sebelumnya.

Rikka langsung menggunakan Shield Cannon dan memberhentikan monster itu. "Maaf kawan, tapi aku sudah memahami pergerakanmu."

Ekspresi pada wajah Rikka berubah menjadi sangat tenang. Ia merasa bahwa hasil akhir dari pertarungan ini telah ditentukan, dan ialah pemenangnya.