Sore hari menjelang berakhirnya jam belajar mengajar, Cherry, Akane, Kurosaki, dan Reina masih berada di kantin. Mereka membaca selebaran yang berisi tentang peraturan, serta tata cara turnamen yang dibawa oleh Cherry. Mereka menelan ludahnya sendiri, seakan tidak percaya dengan apa yang mereka baca.
"I-i-ini tidak benar kan?" Reina menjadi takut saat membacanya. Ia menggenggam lengan Kurosaki dengan sangat erat.
Kurosaki berusaha menenangkan Reina. "Jangan khawatir Reina. Cherry pasti hanya bercanda."
Kurosaki melihat Cherry. "Betul kan Cherry? Kau salah mengambil selebaran?"
Cherry hanya menatap balik sambil menggelengkan kepalanya. Ia juga sama terkejutnya dengan mereka, sehingga tak bisa berkata-kata.
Akane melipat tangannya dan fokus membaca hingga selesai. "Usahamu dalam membuat lelucon boleh juga Cherry."
Cherry merebut selebaran yang ada di meja. "Ah, jika kalian tak percaya, maka cari saja selebarannya sendiri!"
"Jadi ini benar-benar peraturan serta tata caranya?" Akane masih mencurigai Cherry melakukan kebohongan.
"Tentu saja. Untuk apa aku berbohong?"
"Tapi, ini cukup tidak masuk akal untuk dijadikan sebuah turnamen."
Cherry meletakan kembali selebarannya, dan membaca ulang dari atas, memastikan bahwa ia membacanya dengan benar.
Cherry menatap semua anggota Slow Kill Party. "Ini ... Bukankah lebih mirip seperti gladiator?"
Akane, Kurosaki, dan Reina mengangguk.
Selebaran tersebut berisi tentang peraturan dan tata cara turnamen yang akan diadakan. Para peserta akan diberi waktu untuk bersiap selama 5 menit sebelum gilirannya tiba. Kedua party yang bertanding akan menghadapi satu sama lain. Bukan menghadapi monster, tapi menghadapi party lainnya, melawan sesama murid akademi. Peserta akan dilindungi oleh barrier yang dapat menahan segala serangan. Para peserta diberi sejumlah Health Points yang akan digunakan sebagai nyawa. Jika Health Points mereka menyentuh 0 setelah menerima serangan lawan, maka peserta tersebut akan dianggap gugur, dan dipindahkan ke ruang tunggu khusus peserta.
Pengurangan Health Points yang ditimbulkan dari serangan lawan akan dinilai oleh barrier berdasarkan kekuatan serangannya. Semakin kuat, maka pengurangan Health Points yang diterima akan semakin besar. Pengurangan Health Points dengan nilai tertentu juga diberlakukan, jika kau serta menggunakan beberapa skill tertentu. Barrier pelindung yang digunakan adalah barrier sempurna yang tidak akan bisa ditembus, kecuali oleh rangkaian sihir rumit yang mustahil untuk dilakukan oleh murid. Barrier tersebut juga tidak terlihat dan tidak akan menggangu pergerakan, sehingga peserta tetap bisa bergerak secara leluasa.
Jumlah Health Points dan berbagai stat lainnya akan diatur sesuai dengan peran pesertanya. Tank akan memiliki stat Health serta Defense yang jauh lebih tinggi daripada dps, dan kebal terhadap semua status buruk. Untuk dps, semua stat akan tetap sama. Status buruk yang diterima peserta dari sebuah serangan juga dapat diimitasikan oleh barrier. Status buruk seperti keracunan, terbakar, dan status buruk lain yang dapat memberikan rasa sakit, hanya akan memberikan dampak pada pergerakan atau Health Points, dan tidak akan memberi rasa sakit pada peserta.
Peserta yang bertanding diperbolehkan untuk melakukan segala yang ia bisa, selama hal tersebut legal berdasarkan hukum kerajaan, dan beberapa peraturan turnamen lainnya. Jika salah satu party hanya tersisa seorang tank, dan tidak bisa menang selama 5 menit setelah kehilangan dps terakhir, maka party tersebut dinyatakan kalah. Jika peserta merasa tidak bisa memenangkan pertandingan, maka peserta diperbolehkan untuk menyerah. Permintaan menyerah harus disetujui oleh seluruh anggota party, atau permintaan menyerah tidak akan diakui oleh wasit, dan pertandingan akan terus berjalan.
"Singkatnya, ini adalah pertandingan murid melawan murid." Cherry melihat kearah Akane, Kurosaki, dan Reina lagi.
Reina kembali menggenggam lengan Kurosaki dengan erat. "Menyeramkan ..."
Kurosaki berpikir. "Apakah barrier itu benar-benar aman?"
Akane melihat tulisan lain di dalam selebaran. "Papa Need langsung yang membuat barriernya, jadi kita tidak perlu takut."
Cherry fokus memperhatikan selebaran di meja. "Apakah kau bisa menjamin itu?"
Mereka tidak bisa menjawab pertanyaan Cherry, karena mereka sendiri tidak mengetahuinya.
Akane menghela nafasnya. "Daripada memikirkan itu, sebaiknya kita memikirkan apa yang harus kita lakukan untuk menang."
Akane menunjuk salah satu baris tulisan pada selebaran. "Katanya, semua murid wajib ikut, jadi kita pasti akan mengikutinya."
Cherry mengangguk. "Kau benar, tapi tetap saja rasanya akan agak aneh."
Merasakan genggaman Reina semakin erat, Kurosaki menengok dan menenangkan Reina. "Jangan khawatir Reina, kita bisa mempercayai papa Need. Ia tidak mungkin membahayakan kita."
"A-apa kau yakin?"
"Tentu saja. Ia kan orang yang dipercaya oleh papa Ardent, jadi pasti ia juga memiliki kekuatan yang hebat."
Akane juga ikut meyakinkan Reina bahwa turnamen ini tidak akan seberbahaya itu. "Meski kelihatannya sangat mengerikan, tapi kurasa ini akan mengasyikan."
"K-kenapa begitu Akane?"
"Tidakkah kau merasa bosan dengan monster? Maksudku, melawan orang lain secara langsung pasti akan memberikan kepuasan yang jauh lebih besar."
Akane menjelaskan isi pikirannya kepada Reina dengan sangat meyakinkan. "Reina, bayangkan jika kita bisa mengalahkan para murid top rank secara langsung. Mereka yang dipercaya bisa mengalahkan monster kuat, ternyata bisa kita kalahkan."
Reina menjadi tertarik dengan penjelasan Akane. Ia pun melanjutkan penjelasannya. "Percayalah Reina, ini akan seru!"
"Y-yah, jika kau berkata begitu ... Aku akan berusaha ..." Reina melepaskan genggamannya dari lengan Kurosaki secara perlahan.
"Itu dia Reina kita!"
Berkat dorongan Akane, Reina menjadi siap untuk mengikuti turnamen yang terkesan mengerikan ini. Jika orang yang tidak tahu menontonnya, maka ia pasti akan kaget melihat para murid saling serang. Selain itu, ini adalah pertama kalinya dilakukan pertadingan antar party, jadi wajar saja jika ada yang khawatir dengan keamanannya. Meski begitu, ada banyak murid yang menyambut turnamen itu dengan tanggapan positif.
Waktu semakin berlalu, hingga jam belajar mengajar sudah selesai. Anggota Slow Kill Party berpisah di gerbang akademi.
"Sampai jumpa semuanya!" Cherry melambai kepada mereka bertiga. Mereka pun melambai balik, dan pulang ke rumahnya masing-masing.
Di jalan pulang, Akane memikirkan sesuatu. Ia terpikir sesuatu yang bisa ia lakukan untuk mempersiapkan turnamen.
"Sepertinya aku akan tidur lebih sedikit malam ini." Ia berjalan pulang dengan lebih cepat, ingin menyelesaikan sesuatu sesegera mungkin.
Di sisi lain, Need sedang berada di kantor kepala akademi. Ia memeriksa satu persatu data diri para murid yang terdaftar disana, untuk mengenal mereka lebih jauh.
Terdengar suara ketukan pintu, dan disusul dengan suara Rikka yang memanggil. "Need, kau di dalam?"
"Ya, masuk saja."
Rikka masuk ke dalam, dan menghampiri Need di mejanya. "Ada orang yang ingin bergabung. ini data dirinya."
Rikka memberikan beberapa lembar kertas yang berisi data diri seseorang.
Need mengambilnya, dan membaca satu-persatu lembarannya. "Kirito? Diakah yang ingin bergabung."
Rikka mengangguk. "Ya, Kirito si pengguna dual swords."
Need lanjut membaca dokumen Kirito hingga selesai.
"Sepertinya cukup bagus."
Ia mengambil stempel, dan memberikan stempel pada kertas permohonan bergabung, serta menandatanganinya.
"Ia diterima. Mohon bimbingannya senior Rikka." Need mengembalikan lembaran kertas tersebut kepada Rikka.
"Baiklah, sampai jumpa Need. Atau lebih tepatnya, kepala a-ka-de-mi."
Need tertawa menanggapi Rikka. "Kurasa aku perlu sedikit penyesuaian diri dengan panggilan itu."
Rikka pergi keluar untuk melanjutkan beberapa pekerjaannya, dan Need lanjut membaca data diri para murid. Ia sangat tertarik dengan kemampuan para muridnya.
"Hmm, aku jadi penasaran siapa yang akan menang nantinya."
Keesokan paginya, Cherry, Kurosaki, dan Reina dikumpulkan oleh Akane di kantin. Terlihat sebuah tas kecil yang dibawa oleh Akane berada diatas meja.
"Ehhh ... Ini apa, Akane?" Cherry penasaran dengan isi tas tersebut.
"Ini adalah ..." Akane membuka tas tersebut, dan mengeluarkan lembaran kertas yang ada di dalamnya.
Kertas-kertas tersebut bersisi data diri dari beberapa orang yang dicatat menggunakan tangan. Dari tulisannya, dapat dipastikan bahwa Akane lah yang menulisnya.
Kurosaki mengambil beberapa lembar dan membacanya. "Neo Hanzomon ... Mitsuji Yamato ... Evangeline Driz ... Apa ini Akane?"
Cherry juga ikut mengambil dan membacanya sekilas. "Senjatanya ... Kemampuannya ... Elemen yang dikuasai ..."
"Apakah ini adalah informasi tentang mereka?" Reina mengingat pembicaraan mereka kemarin, tentang party yang perlu diwaspadai.
Akane mengangguk. "Ya, itu adalah informasi tentang mereka yang dapat kukumpulkan."
Akane mengambil kembali kertas yang dipegang oleh Cherry dan Kurosaki. Ia menumpuknya menjadi satu secara berurutan, dan mulai menjelaskan satu-persatu.
"Qinglong - Wei William. Ia adalah tank sekaligus pemimpin party The Martial Arts. Singkatnya, ia mirip seperti Kurosaki, jadi tak perlu kujelaskan lebih jauh."
Cherry, Kurosaki, dan Reina paham dengan apa yang dilakukan oleh Akane. Ia merangkum segala informasi tentang lawan yang berhasil ia temukan, dan akan menjelaskannya kepada mereka, supaya party mereka siap menghadapinya.
Akane mengganti lembaran kertasnya. "Selajutnya dps pertama dari The Martial Arts, Baihu - Alice, pengguna katana. Seperti pengguna katana lainnya, serangannya berfokus pada Divine Slash yang sangat berbahaya. Ia memiliki katana dengan elemen api, dan sangat mahir dalam memberi Counter Attack. Kita harus berhati-hati ketika menyerangnya."
Cherry merasa sedikit tenang saat mendengar biodata Alice. "Fiuhhh, beruntung kita tidak bergantung dengan elemen bumi."
Akane lanjut mengganti lembaran. "Dps kedua, Zhuque - Mitsuji Yamato, pengguna bow. Hal yang merepotkan darinya adalah kita tidak tahu apakah dia akan memakai bow, atau bowgun. Saat melawan Mitsuji, kita harus memakai strategi yang tidak terlalu berfokus pada senjatanya."
"Ah... Pengguna Hybrid ya. Memang akan merepotkan saat membuat strategi nantinya." Kurosaki memangku wajahnya di meja.
Akane mengganti lembarannya lagi. "Dps terakhir, Xuanwu - Yuika Hakari, pengguna knuck. Dia adalah yang paling merepotkan. Sejujurnya, seluruh pengguna knuck akan sangat merepotkan karena Ashura Aura, Energy Control, dan God Handnya. Mereka bisa kebal, atau mereduksi luka yang diterima dengan sangat mudah. Mungkin, cara melawannya adalah melakukan serangan beruntun sampai ia kehabisan mana, dan tidak bisa memakai skill lagi."
Cherry, Kurosaki, dan Reina sudah terbayang akan betapa sulitnya melawan pengguna knuck. Mereka berharap akan menemui sedikit pengguna knuck selama turnamen berlangsung.
Akane membuka lembaran selanjutnya yang berisi party kedua. "Selanjutnya, Midnight Parade. Pemimpin partynya, yaitu Murasaki the Purple Terror. Sepertinya, aku tidak usah memberitahu lagi bagaimana kemampuannya. Kita sudah sering mendengar dan beberapa kali melihat aksinya."
Cherry mengangguk. "Ya. Serangan beruntun dari Vanquisher, Satellite, dan Cross Firenya akan sulit dihindari."
"Kecuali bagi pengguna knuck," sahut Kurosaki.
Reina juga ikut menyahut, "Ya, kecuali bagi pengguna knuck."
Akane membuka lembar selanjutnya. "Kuroki the Field Ruler. Tank yang dikenal bisa menahan segala macam serangan. Dia sangat ahli dalam memblokir berbagai macam serangan, dan menguasai pertempuran dengan interupsinya. Kurasa, menyerang Kuroki secara langsung adalah sebuah kesalahan. Lebih baik jika kita menyerang dpsnya saja."
Akane membuka lagi lembar selanjutnya. "Dps kedua dari Midnight Parade, Neo Hanzomon the Invisible Blade, pengguna katana. Sekilas, ia terlihat seperti pengguna katana pada umumnya, tapi ada sesuatu yang unik darinya."
Kurosaki menjadi penasaran. "Oh ya? Apa itu?"
"Ia tidak terlalu fokus dengan Divine Slash. Jika ia mau, maka ia bisa menyerang beruntun menggunakan Tenryu Ransei. Hal itu akan sangat merepotkan, karena Tenryu sangatlah cepat, dan tidak mengkonsumsi banyak mp. Berbeda dengan Alice, Neo Hanzomon adalah pengguna katana yang sangat agresif."
Akane membuka lembar terakhir anggota Midnight Parade. "Dps terakhir Midnight Parade, Azalea Darlianne the Corrupted Sword, pengguna ohs. Jobnya cukup unik karena menggunakan dagger atau ninjutsu scroll, tapi justru itulah yang membuatnya menarik. Meski menggunakan ohs, ia sangat jarang menyerang menggunakan skill sword. Ia hampir selalu menyerang menggunakan Soul Hunter. Perbandingannya mungkin 9 untuk Soul Hunter, dan 1 untuk Lunar Slash. Ia adalah pengguna kekuatan kegelapan yang cukup mahir, jika dinilai sebagai murid akademi."
Akane melirik Cherry. "Kurasa ini saatnya kau menunjukkan hasil latihan bersama kakakmu."
"Tentu saja! Aku akan menunjukkan hasil latihanku dengan sangat baik!"
Akane membuka lembaran selanjutnya. Tidak seperti sebelumnya, ia menjejerkan keempat lembar kertas tersebut.
"Yang terakhir adalah The Archangel. Nora the Angel's Guidance si tank, Evangeline Driz the Holy Exorcist si bowgun, Carol the Divine Lance si halberd, dan Erizza the Water Priest si mage."
Cherry, Kurosaki, dan Reina bingung dengan penjelasan Akane mengenai The Archangel yang sangat singkat.
"Tunggu dulu, kenapa kau tidak menjelaskannya secara rinci?" Cherry mengambil salah satu lembaran untuk membacanya sendiri.
"Memangnya kenapa?"
Kurosaki ikut mengambil dan membacanya. "Wah, Erizza adalah pengguna sihir air ya."
Reina ikut mengintip lembaran biodata Erizza yang ada di tangan Kurosaki. "Bukankah itu sudah jelas dari julukan Water Priestnya?"
Cherry juga ikut mengintip. "Eh? Bukankah itu berbahaya untuk Akane?"
Cherry menatap Akane. "Apakah kau mempercepatnya karena tidak tahu cara melawannya?"
Akane melipat tangannya. "Justru sebaliknya. Aku sudah tau bagaimana cara mengalahkan mereka."
"Oh ya?" Cherry penasaran bagaimana cara mereka mengalahkan The Archangel.
Kurosaki meletakkan kembali lembaran di tangannya. "Bukankah akan sulit melawan sihir airnya? Kau butuh sihir api tingkat tinggi untuk sekedar melawan sihir air tingkat menengah. Itu akan sangat tidak efisien, bisa-bisa kau pingsan ditengah pertandingan."
"Apakah kau yakin dengan itu Akane?" Reina mengkhawatirkan Akane, karena elemen dasar Akane yang akan kesulitan melawan elemen air.
Akane tertawa kecil, dan tersenyum lebar. Ekspresinya menunjukkan seolah seluruh rencananya akan berhasil, dan kemenangan mutlak adalah miliknya seorang.
"1 menit ... Tidak, 30 detik."
Ia menatap yang lainnya. Tatapan Akane menggambarkan bahwa The Archangel sudah berada dalam genggamannya.
"Mereka tidak akan bertahan lebih lama dari itu, jika berhadapan denganku."