Saat suana semakin tegang, salah satu orang berzirah hitam itu menengok kearah monster dibelakangnya. Ia memunculkan sebuah tabung kaca entah darimana, dan mendekatkan tabung tersebut ke si monster.
"Pulanglah. Kau sudah membuat kerusakan terlalu banyak." Bersamaan dengan ucapannya, monster tersebut menghilang seolah tertarik kedalam tabung.
Tabung yang semula tidak berwarna apa-apa, menjadi berwarna merah terang. Ia kemudian melihat rekannya, dan berbalik badan kearah para anggota Fallen Orions yang sedang memperhatikan.
Mereka berdua mengangkat tangannya, memperlihatkan bahwa mereka tidak bersenjata. "Mohon untuk tidak menyerang. Kami datang bukan sebagai musuh."
Orang satunya lagi juga menambahkan, "Kami akan menjelaskan apa yang terjadi kepada kalian, jadi kami mohon untuk tidak mencurigai kami."
Karena mereka tidak terlihat sebagai musuh, para anggota Fallen Orions akhirnya menurunkan senjatanya, dan berjalan menghampiri mereka.
"Ah, bagaimana kalau kami menjelaskannya sambil duduk? Karena penjelasan ini akan cukup panjang." Kedua orang itu duduk di lantai, diikuti oleh seluruh anggota Fallen Orions.
Eevnyxz berbisik kepada Rikka. "Apakah mereka bisa dipercaya?"
Rikka mengangguk dan balik berbisik. "Setidaknya mereka tidak menyerang kita. Jika Divine Slash saja bisa ditepis semudah itu, maka lebih baik kita berdamai dengan mereka."
Reol mengangkat tangannya, menjadi penanya yang pertama. "Jadi, bisa ceritakan siapa kalian?"
Kedua orang itu kemudian memperkenalkan diri.
"Sebelum itu, kami berterimakasih karena sudah membantu melemahkannya sehingga ia mudah kami tangkap. Kami adalah penghuni dimensi lain. Kalian bisa memanggil kami sebagai Dimension Leaper, karena kami memiliki kemampuan untuk berpindah dimensi."
"Dimensi lain?" Rikka menjadi bingung dengan perkataan mereka.
Mereka melanjutkan penjelasannya. "Mungkin kalian tidak tahu, tapi sebenarnya ada beberapa dimensi yang diisi oleh mahluk hidup. Semua dari penghuni dimensi tersebut tidak bisa berpindah dimensi, kecuali kami yang entah mengapa terlahir dengan kemampuan untuk melakukannya."
Melihat wajah anggota Fallen Orions yang semakin bingung, salah satu dari mereka melanjutkan penjelasannya. "Maaf jika membuat kalian bingung, tapi seperti itulah kenyataannya. Bahkan, beberapa mahluk dari dimensi kami juga memiliki kemampuan untuk berpindah dimensi."
Ia meletakan tabung kaca tersebut di depan. "Seperti dia. Ia adalah salah satu mahluk yang sedang kami teliti, tapi ia berhasil pindah dimensi sebelum kami bisa menangkapnya."
Fuuko memperhatikan tabung yang ada di depan. "Jadi, ia adalah mahluk dari dimensi kalian, dan masih ada beberapa jenis yang seperti ini?"
Orang itu mengangguk. "Ya, tapi tidak semuanya agresif seperti dia. Umumnya hanyalah mahluk pemalu yang tidak akan mengintervensi kehidupan kalian."
"Bagaimana ia bisa sampai kesini?" Rikka bertanya dengan sangat serius.
"Kami juga tidak tahu, karena itulah yang sedang kami teliti."
Eevnyxz teringat sesuatu. "Apakah ia bisa membuat seseorang tidak sadarkan diri? Atau yang sejenisnya."
Orang itu mengangguk kembali. "Ya, karena ia adalah jenis mahluk parasit. Ia akan menyerap energi inangnya sebelum menjadi dewasa seperti sekarang."
Salah satu Dimension Leaper kemudian mengambil tabung yang ada di depan. "Karena ia sudah tertangkap, maka teman kalian yang diserap energinya akan kembali sadar beberapa saat lagi. Ia sekarang berada di dalamnya, dan kami akan mengembalikannya segera."
"Oh ya? Seberapa cepat?" Mendengar kabar menggembirakan itu, Rikka terlihat semangat kembali.
"Mengeluarkannya cukup mudah, tapi untuk sadar itu tergantung dengan orangnya. Bisa cepat atau lama."
"Apakah ada lagi yang kalian ingin katakan?" Orang itu mempersilahkan mereka untuk bertanya lebih jauh.
Vivien mengangkat tangannya. "Apakah akan ada kemungkinan mahluk dari dimensi kalian bisa datang lagi kesini?"
"Kemungkinannya kecil, karena mereka bisa saja datang ke dimensi yang lain. Tetapi, kecil bukan berarti tidak ada."
Vivien menghela nafas. "Hah ... Berarti kita mungkin akan bertemu dengan mahluk merepotkan seperti ini lagi."
"Jangan terlalu khawatir. Kami juga telah meningkatkan prosedur penelitian agar semakin memperkecil kemungkinan ada mahluk yang akan kabur."
Ashborn mengangkat tangannya. "Apakah kami bisa kembali?" Ia menanyakan pertanyaan yang paling penting untuk saat ini.
"Bisa. Jika kalian sudah selesai bertanya, maka kami akan segera memulangkan kalian."
Orang satunya lagi melihat ke seluruh anggota Fallen Orions. "Apakah ada yang ingin bertanya lagi?"
Tidak ada pertanyaan lagi yang mereka tanyakan. Terlalu banyak hal yang terjadi membuat mereka tidak bisa memikirkan pertanyaan apapun. Informasi yang masuk perlu di proses lebih jauh sebelum informasi lainnya diterima.
"Baiklah kalau begitu, saatnya kami memulangkan kalian." Orang itu menjentikkan jarinya.
Setelah jarinya dijentikkan, tiba-tiba lantai yang mereka duduki runtuh.
"Aahhh!" Mereka jatuh bebas kedalam tempat kosong yang seluruhnya berwarna hitam.
Saat membuka mata kembali, mereka sudah kembali di kediaman Ardent. Tepatnya ditempat sebelum mereka terbawa oleh sebuah barrier, yaitu di ruang tamu.
Shiro melihat keluar jendela, dan melihat langit masih sore sama seperti saat mereka menghilang. "Padahal aku merasa kita disana sudah cukup lama."
Tan ikut melihat keluar jendela. "Kupikir sekarang sudah tengah malam."
Kedua Dimension Leaper itu juga melihat keluar jendela. "Justru sebaliknya. Waktu disana berjalan lambat, sehingga kalian sebenarnya sudah menghilang hampir 24 jam."
"Apa?!" Shiro dan yang lainnya terkejut bahwa mereka sudah menghilang selama satu hari.
Reol dan Fuuko adalah orang yang paling terkejut dengan berita itu.
"Reol ... Tugas kita ..."
"Ya ... Kita hanya bisa berharap tidak ada yang terjadi satu hari ini."
Saki teringat dengan bibinya. "Kuharap bibi tidak terlalu panik dengan kejadian ini ..."
Tidak seperti yang lain, Ashborn malah bersemangat ketika mendengar berita itu. "Tidak sabar untuk melihat barang dagangan yang laku."
"Cherry ... Aku meninggalkannya seharian penuh ..." Army menutup wajahnya, meratapi nasibnya. Ia merasa telah menjadi kakak yang tidak bertanggung jawab.
Rikka melihat Army. "Harusnya bukan itu yang kau khawatirkan ..."
Disaat yang bersamaan, keempat anggota Slow Kill Party sedang berjalan bersama menuju kediaman Ardent. Saat berjalan, tiba-tiba Akane berhenti.
"Akane, ada apa?" Reina ikut menghentikan langkahnya, dan memeriksa kondisi Akane yang terdiam.
"Kembali ..."
"Kembali? Kenapa harus kembali?" Cherry heran dengan tingkah Akane yang mendadak berubah.
"Sihirnya ... Kembali!"
Akane berlari menuju kediaman Ardent yang berada cukup jauh di depan mereka. "Aku merasakan keberadaan mereka disana!"
"Tunggu Akane, hati-hatilah ketika berlari!" Kurosaki dan yang lainnya ikut berlari mengikuti Akane.
"Shiro, kuharap kau benar-benar telah kembali!"
Kedua Dimension Leaper telah selesai mengembalikan Ardent ke tempat tidurnya. Mereka kembali ke ruang tamu untuk mengabari anggota Fallen Orions yang sedang menunggu.
"Semua sudah selesai, sisanya hanya tinggal menunggu teman kalian bangun."
Rikka menghampiri mereka berdua dengan penuh semangat. "Bagaimana kondisinya?"
"Baik. Ia sepertinya bukan orang biasa, jadi aku yakin beberapa jam lagi ia akan bangun."
Mereka berdua mengangkat tangannya, bersiap untuk menjentikkan jarinya. "Baiklah, tugas kami sudah selesai, dan kami akan kembali. Sekali lagi terimakasih karena sudah membantu kami, dan maaf karena kami telah memberi kesulitan pada kalian."
Mereka berdua melambai kepada seluruh anggota Fallen Orions. Semuanya pun melambai balik kepada mereka, dan mereka berdua menjentikkan jarinya.
"Sampai jumpa."
Mereka berdua menghilang, kembali ke dimensi asalnya.
Rikka duduk di sofa, meregangkan tubuhnya setelah lelah bertarung. "Hah ... Berakhir sudah ..."
Shacchi ikut duduk disampingnya. "Aku akan menuntut hari libur. Aku perlu membaca banyak buku untuk mengembalikan energi yang hilang."
Rikka tersenyum bangga. "Tenang saja, biarkan aku yang mengurus itu!"
"Heh, seperti biasa." Tan sudah terbiasa dan memaklumi sifat Rikka yang seperti itu.
Tiba-tiba, Vivien mendengar sesuatu. "Semuanya, kalian mendengar suara dari luar yang mendekat?"
Shiro yang berada paling dekat pintu menjawab, "Hah? Aku tidak ..."
Pintu dibelakangnya terbuka secara mendadak. Kedua pintunya dibuka sekaligus oleh Akane. Terlihat juga Cherry, Kurosaki, dan Reina yang mengintip dibelakangnya.
"A-Akane?! Kenapa kau bisa masuk? Bukankah pintunya terkunci?"
Shiro sangat terkejut dengan kedatangan seluruh anggota Slow Kill Party. Ia tidak mengetahui bahwa kediaman Ardent tidak terkunci sejak awal, dan sihir Ardent yang melindungi kediamannya juga sedang tidak aktif.
Dengan cepat, Akane berlari menghampiri Shiro. "Shiro!" Ia memeluk Shiro dengan erat.
"Shiro ..." Akane memanggil nama Shiro beberapa kali. Suaranya terdengar seperti orang yang sedang menangis. Ia memeluk Shiro sambil membenamkan wajahnya ke tubuh Shiro, sehingga tidak ada yang melihat wajahnya.
"Ah ... Eh..." Shiro melihat sekeliling, tapi semua orang menatap dengan tatapan yang seakan mengejeknya karena telah membuat seorang gadis menangis.
Ia menarik tangan Akane, dan berlari membawanya keluar. "Semuanya! Aku duluan ya, sampai jumpa!"
Mereka semua tertawa kecil, memaklumi tindakan Shiro yang malu memperlihatkan hal seperti itu. Sifatnya Shiro memang tidak cocok jika ia melakukan hal seperti itu di depan yang lainnya.
Kurosaki segera menghampiri Saki. "Shirooo! Kau tidak apa-apa kan!?"
Ia menarik kedua pipi Saki. "Kau tidak terluka?"
Ia memeriksa kedua tangan Saki. "Apakah ada yang sakit?"
Ia memeriksa pedang dan pakaian Saki, berusaha mencari kerusakan yang ada. "Apakah ada yang rusak?"
"Semua baik-baik saja kak!"
Setelah melihat Kurosaki dan Saki beberapa saat, Cherry melihat Army yang berjalan menghampirinya.
"Selamat datang kembali, kak." Dengan senyumnya, ia juga berjalan menghampiri Army.
"Aku pulang, Cherry."
Reol kemudian berdiri. "Baiklah, kurasa kita harus rayakan sebentar tentang apa yang terjadi hari ini!"
Tan berpose dengan keren sambil mengeluarkan dompetnya. "All on the house today baby."
Mereka semua bersorak dengan traktiran dari Tan.
Melihat Reina yang masih berdiri diam di depan pintu, Rikka menyapanya. "Hai nona manis yang disana. Kenapa kau tidak bergabung juga dengan kami?"
Rikka menggeser duduknya, memberikan tempat bagi Reina untuk duduk di sofa.
"Ah, baiklah. Terimakasih." Reina pun ikut merayakan pesta bersama yang lainnya di kediaman Ardent.
Sementara yang lainnya akan memulai pesta, Shiro dan Akane sedang berjalan berdua. Mereka berjalan pulang dibawah langit senja yang berwarna oranye. Saat berjalan diatas jembatan, Shiro menghentikan langkahnya. Melihat Shiro berhenti berjalan, Akane pun ikut menghentikan langkahnya.
Shiro menatap sungai yang ada di sampingnya. "Maaf telah membuatmu khawatir Akane."
Akane menjawab sambil mengusap sisa air mata dengan tangannya. "Tidak apa-apa."
Shiro tersenyum dan menatap Akane. "Apakah aku sudah pergi cukup lama?"
"Cukup lama untuk membuatku berpikir bahwa aku akan kehilanganmu."
"Mungkin sedikit terlambat, tapi ..."
Shiro membuka tangannya dengan lebar. "... Aku pulang, Akane."
Akane tak bisa lagi menahan air matanya. Ia menangis dengan bahagia, dan kembali memeluk Shiro dengan erat dibawah langit senja.
"Selamat datang kembali, Shiro!"