Chereads / Fallen Orions Tales / Chapter 21 - Chapter 16 - Kepala Akademi Baru

Chapter 21 - Chapter 16 - Kepala Akademi Baru

"Turnamen!?" Cherry, Akane, Kurosaki, dan Reina terkejut mendengar pengumuman dari Need yang sedang berada diatas panggung.

Hari itu, acara pengangkatan Need sebagai kepala akademi baru saja dilakukan, dan ia sudah membuat sebuah kejutan. Para murid yang berada di lapangan sangat terkejut mendengar pemberitahuan tersebut.

"Saya ingin acara pelantikan ini berjalan dengan meriah. Oleh karena itu, saya mengadakan turnamen untuk kalian. Hadiahnya pun tidak main-main, bagi yang serius mengikutinya."

Respon para murid terhadap pemberitahuan itu cukup beragam. Ada yang kaget, ada yang langsung senang, dan ada yang masih bingung karena tidak mendengarkan. Meski begitu, respon mereka semua sangat positif, menunjukkan kalau mereka antusias menyambut turnamen yang akan datang.

"Turnamennya akan dimulai minggu depan. Saya meminta para guru untuk membantu kalian mengurus persiapannya. Selama satu minggu kedepan, kalian akan fokus dengan persiapan turnamen, dan tidak ada kegiatan belajar mengajar. Pendaftaran, peraturan, dan tata caranya akan diumumkan sebentar lagi."

Para murid semakin antusias setelah mengetahui bahwa mereka tidak perlu belajar selama beberapa hari kedepan. Suara sorakan terdengar dari mereka, dan mereka bertepuk tangan kepada Need, kepala akademi baru mereka. Setelah selesai bertepuk tangan, mereka segera bubar sesuai dengan perintah Need, untuk segera mempersiapkan diri.

Seluruh anggota Slow Kill Party berjalan berdampingan, sambil membahas turnamen yang akan dilaksanakan.

Cherry menyenggol bahu Akane. "Bagaimana menurutmu? Apakah kita bisa mengikutinya?"

"Tentu saja, kenapa tidak?"

"Yah, maksudku apakah kita bisa memenangkannya."

"Ah, itu maksudmu. Aku juga tidak yakin, tapi aku cukup percaya diri."

Kurosaki menyemangati mereka berdua. "Meski tidak menang, kita bisa mendapat juara 2 atau 3 lho."

"Ah ... Tapi tentu saja kita harus berusaha memenangkannya lebih dulu." Reina juga ikut menyemangati mereka.

Akane mengangguk. "Kalian benar. Kita bisa menjadi juara ... "

Akane menggelengkan kepalanya. "... Tidak, kita harus menjadi juaranya."

Cherry memangku kepalanya sambil berpikir. "Kurasa itu bukan hal yang mudah."

Kurosaki melirik Cherry. "Oh ya? Tidak biasanya kau pesimis seperti itu Cherry."

"Bukan pesimis, tapi itu loh. Mereka ... Ah aku lupa namanya."

Reina menyahut, "Para party yang memiliki anggota senior di akademi?"

"Ya! Para senior memiliki pengalaman yang lebih, jika dibandingkan dengan kita yang semuanya masih baru."

Akane tertawa dan tersenyum penuh percaya diri. "Justru itulah yang membuatnya menarik."

Cherry, Kurosaki, dan Reina menengok kearah Akane, mencari tahu apa maksud perkataannya.

"Jika kita berhadapan dengan yang lemah, maka kita akan sulit untuk berkembang kan?"

Cherry menepuk tangannya. "Benar juga!"

Kurosaki menganggukkan kepala sambil melipat tangannya. "Kurasa itu masuk akal. Mendapatkan lawan yang tangguh akan membuat kita semakin giat untuk berusaha menang."

"Eh ... Tapi kita butuh strategi." Reina mengingatkan kepada mereka tentang satu hal yanh terpenting.

Cherry menunjuk kearah kantin yang ada di depan mereka. "Kalau begitu, saatnya kita rancang strateginya!"

Mereka berempat pergi ke kantin, dan duduk di sebuah meja. Mereka juga membeli beberapa makanan ringan dan minuman untuk menemani diskusinya.

Cherry mengunyah kentang goreng yang ia beli. "Jadi, kira-kira siapa lawan yang tangguh?"

Akane berpikir sebentar. "Hmm, kurasa tim Wei akan cukup mendominasi di turnamen nanti."

"Wei? Wei William dari kelasku?"

Akane mengangguk. "Ya, yang pernah se tim denganmu saat ujian praktek duo kemarin."

Kurosaki mencicipi minumannya. "Yang perisainya berupa gelang besi itu ya?"

"Ya, yang itu. Setahuku, ia memiliki party bernama The Martial Arts."

Mendengar percakapan mereka, Reina mengetahui party yang dimaksud oleh Akane. "Ah ... Party yang berisi Knuck, Katana, dan Bow ya?"

Cherry berpikir sebentar. "Ya. Wei bisa dibilang hampir menyamai Kurosaki dalam hal kecepatan geraknya. Jujur saja, saat ujian praktek bersamanya, aku merasa seperti sedang satu tim dengan Kurosaki. Melawan mereka akan cukup merepotkan."

Reina mengangguk, setuju dengan ucapan Cherry. "Mitsuji si pengguna Bow, dan Yuika si pengguna Knuck juga bisa melakukan Armor Break dengan mudah, sehingga mereka bisa melawan berbagai jenis monster."

Cherry menghela nafasnya. "Hah ... Aku yakin Alice si Katana akan leluasa menggunakan Divine Slashnya."

Akane tertawa. "Ayolah, jangan terlalu berkecil hati. Hanya keahlian dan equipment lah yang menentukan hasil akhirnya."

"Kau benar Akane. Lagipula, kau dan Reina juga bisa melakukan Armor Break, jika kita melawan monster dengan defense yamg besar. Dan aku, yah aku tidak butuh itu." Cherry menjadi bersemangat kembali setelah mendengar Akane.

"Jangan lupakan juga tentang Midnight Parade"

Semuanya menatap Kurosaki, ingin mendengar apa yang akan ia sampaikan.

"Mereka adalah party yang berisi bowgun, ohs, dan katana."

"Ah, aku pernah mendengarnya." Cherry melanjutkan kata-katanya. "Party itu dipimpin oleh senior Murasaki kan?"

Kurosaki mengangguk. "Ya, si pengguna bowgun itu. Kudengar mereka adalah party yang sangat hebat."

Akane memangku kepalanya. "Jika membahas soal senior Murasaki, aku tidak heran kalau partynya merupakan lawan yang tangguh. Belum lagi jika membahas soal Kuroki, tank senior yang sanggup menahan serangan apapun."

Kurosaki menghela nafas. "Benar kan? Dengan adanya Murasaki, Neo si katana dan Azalea si ohs juga tidak perlu khawatir dengan prorate. Mereka semua pun merupakan murid top rank akademi."

"Ada satu lagi yang perlu kita perhatikan ..."

Semuanya gantian menatap Reina yang hendak berbicara.

"... The Archangel juga akan mendominasi di turnamen ini. Mereka diisi oleh para gadis suci yang tak kalah mengagumkan. Sama seperti Midnight Parade, anggotanya juga bagian dari top rank akademi."

Akane mengunyah keripiknya dengan santai. "Oh, maksudmu tim si eksorsis suci itu?"

Reina mengangguk. "Ya. Kau mengenalnya?"

"Ya, karena Evie sekelas denganku."

"Ah iya, kau dari kelas 1-A."

Kurosaki kemudian bertanya. "Apakah kau mengenal anggota lainnya juga? Seperti Carol si tombak, atau Nora si tank?"

Akane menggelengkan kepalanya. "Aku tidak tahu soal mereka, tapi aku tahu soal Erizza si penyihir. Dibandingkan denganku, aku yakin kalau aku lebih baik darinya, tapi ini bukanlah soal satu lawan satu, melainkan antar party."

Cherry menghitung dengan jarinya. "Kalau begitu, ada 3 party yang harus kita waspadai sebagai lawan yang tangguh."

Ia melipat jarinya satu persatu sambil menyebut nama party yang mereka bicarakan. "The Martial Arts, The Archangel, dan Midnight Parade."

Ia menggenggam tangannya. "Yosh, kita pasti bisa!"

Akane melihat Cherry. Ia tertarik dengan kepercayaan diri Cherry yang sangat besar, meski mereka baru saja menceritakan keunggulan dari lawannya. "Heh, rasa percaya dirimu boleh juga."

Cherry menggelengkan kepalanya. "Tidak tidak. Ini adalah prediksi berdasarkan perhitungan, bukan sekedar percaya diri."

Kurosaki memangku wajahnya, dan menatap Cherry. "Oh ya? Bagaimana cara kita mengalahkan mereka?"

"Mudah saja. Pertama, tanya kakak. Kedua, ikuti saran kakak. Terakhir, menyelesaikan saran kakak."

Mereka semua tertawa dengan jawaban Cherry yang terkesan aneh.

"Hahaha, tapi ucapan Cherry ada benarnya. Aku juga akan meminta saran para Shiro nanti." Akane berusaha menahan tawanya.

Kurosaki juga menjawab, "Kau benar. Kita bisa meminta saran dari mereka yang memiliki pengalaman lebih banyak. Aku juga akan menemui adikku untuk meminta saran darinya."

Reina berpikir tentang apa yang bisa ia lakukan. "K-kalau begitu, aku akan meminta saran pada orang tua ku. Aku yakin mereka memiliki kenalan yang bisa membantu."

Kurosaki melihat Reina, dan tersenyum. "Itu juga bagus Reina!"

Akane juga setuju dengan ucapan Kurosaki. "Ya, segala hal yang bisa membantu adalah hal baik."

Dengan semangat, Cherry berdiri dan mengangkat satu tangannya. "Kalau begitu, kita harus bisa memenangkannya!"

Akane mengangguk. "Ya, kita tidak boleh kalah."

Kurosaki tertawa kecil. "Aku suka semangatmu itu."

Reina juga menjawab, "Aku akan berusaha!"

"Kalau begitu, aku pergi dulu untuk mendaftarkan tim kita!" Cherry segera berlari meninggalkan yang lainnya.

"Kalian tunggu sini saja ya! Aku akan mencari informasinya!"

Ia sangat bersemangat untuk mengikuti turnamen yang akan diadakan di akademinya.

Disisi lain, di gerbang utama kota. Sementara Cherry dan yang lainnya sibuk mempersiapkan turnamen mereka, ada seseorang yang datang ke kota dengan tujuan tertentunya sendiri.

"Tuan Kirito?" Penjaga gerbang menanyakan identitas orang tersebut, untuk memastikan apakah ia diizinkan masuk atau tidak.

"Ya, itu aku." Orang itu membuka tudungnya, dan memperlihatkan seluruh wajahnya kepada penjaga gerbang.

"Tunggu sebentar ya." Si penjaga gerbang menggunakan sihir, untuk memastikan bahwa wajahnya tidak dirubah menggunakan sihir.

"Baiklah, semuanya aman. Selamat datang di kota kami tuan Kirito!"

"Terimakasih telah mengizinkanku."

Si penjaga gerbang menunjuk ke sebuah pos di depannya. "Silahkan mengambil barang-barangmu disana."

Orang itu berjalan menuju pos yang ditunjuk, dan mengambil barang-barang yang telah diperiksa. Ia memakai kembali ikat pinggangnya, memeriksa isi tasnya yang sudah di geledah, dan menaruh kedua pedangnya di punggung.

Ia masuk melalui gerbang, dan menatap langit serta bangunan yang ada di sekitarnya. "Ini dia!"

Ia terlihat sangat bersemangat saat berjalan dan melihat pemandangan sekitar. "Akhirnya aku bisa bertemu denganmu, Ardent!"