Pov : Nadia
[Goblin Shaman – G'gulia La | Level 28 | Elemen Dasar : Tidak ada | Hp : 1330 | Sp : 850 | Atk : 25(+10) | Def : 50 | Spd : 70 | Dex : 68 | Matk : 133(+30) | Mdef : 92 | Lck : 60 | Equipment : Shaman Staff (Atk +10, Matk +30) | Kelemahan : Serangan tipe fisik dan serangan elemen api]
"Sekarang gimana, Lily?"
"Monster dengan Matk 133 poin! Ini benar-benar bencana. Kita seharusnya memanggil para pahlawan kemari!"
"Pahlawan?"
"Ya, mereka orang-orang terkuat di kerajaan Celestial ini."
"Eh? Apa kita tidak bisa melawannya? Lihat, stat kita tidak terlalu buruk."
"Tidak, tidak! Monster bernama biasanya memiliki intelegen lebih tinggi dari monster biasa, kita tidak bisa menduga gaya bertarungnya. Bertarung melawan monster yang dapat berpikir akan sangat sulit."
"Tapi aku kemarin mengalahkan monster bernama dengan perbedaan level hampir 20 level. Dengan kemampuan kita sekarang dan juga gap level yang lebih kecil, aku yakin kita bisa mengalahkannya."
"Walaupun begitu, kita harus melaporkan ini ke Guild petualang terlebih dahulu."
"Untuk apa?"
"Mengingatkan para petualang dan sekalian kita mencari teman untuk mengalahkan mereka. Bertarung berdua saja tampaknya bukan saran yang baik."
"Tapi aku pikir kita bisa mengalahkannya."
"Kamu! Jangan bercanda di saat seperti ini! Kalau kita kalah bagaimana?!"
Beberapa skenario mulai berputar di kepalaku dan semuanya tidak terlalu bagus. Kalau aku membayangkannya sekarang semua skenario yang ku pikirkan selalu berakhir menjadi tayangan 18 tahun ke atas.
"Tapi, apa kamu gak mau coba?!" Aku mencoba merayu Lily, "Kamu tahu 'kan dengan sistem panji pahlawanmu semuanya akan lebih mudah!"
Ya, dengan sistem panji pahlawan Lily, stat Matk 123 itu akan menjadi sekitar 50-an saja. Sedangkan Mdef-ku dan Lily semua diatas 60... Tidak, kalau dengan sistem panji pahlawan stat Mdefku akan mencapai angka 100.
"Kita pasti menang!"
Lily berpikir untuk sejenak dengan mengerutkan dahinya beberapa saat. Dia pasti sedang memikirkan saranku untuk melenyapkan mereka sekarang atau tidak selamanya.
"Aku tidak yakin kita akan menang, tapi kalaupun kita memanggil salah satu pahlawan ataupun beberapa petualang kuat dari Ibukota aku tidak yakin aku akan bisa tenang."
"Hee? Kenapa?"
"E-eh, tidak aku hanya berpikir seperti itu..." Ekspresi Lily terlihat kurang bersemangat dan dari matanya aku tahu dia sedang merasa sedih.
"Hey, Lily! Boleh aku tahu kenapa kamu seperti ini?"
"Seperti ini, apa maksudmu?"
"Muka kamu sangat muram saat ini, pasti ada sesuatu yang terjadi sebelum kamu memanggilku 'kan?"
"..." Lily merenung dan semakin menundukan wajahnya.
Dia tidak bicara dan hanya terdiam, akupun hanya terus memandangi sosoknya tanpa mengatkan apapun.
Karena keheningan yang semakin mencekam Lily akhirnya mengatakan sesuatu dengan suara parau, "Kamu tahu, aku..."
"..."
"...Benci orang-orang di ibukota!"
Akhinya dia mengatakan sesuatu dengan sangat tegas. Tanpa senyuman manis dan mata bercahayanya, dia memuntahkan seluruh perasaannya dalam satu kalimat. Airmata mulai mengalir di pipinya dan kulihat juga dia meremas tangannya sendiri.
"Aku tidak ingin mereka tahu kalau aku kabur dari musuh dan meminta bantuan mereka yang telah membuangku!"
"...Lily."
"Kalau mereka tahu kalau aku kabur dari pertarungan mereka akan semakin mengolok-olokku."
"Lily, tenganlah! Kita bicarakan ini di rumah nanti!" Aku mencoba menenangkan Lily yang sepertinya akan meledak.
Aku tidak tahu apa yang telah terjadi, tapi dari kata-katanya dia mengalami pengalaman yang buruk dengan orang-orang di Ibukota. Mendengar itu tentu saja aku merasa marah, aku ingin sekali menghancurkan ibu kota yang telah membuat Lily terlihat mengerikan seperti ini. Walaupaun tahu sebesar apa kepedihan yang di rasakan Lily, tapi aku dapat merasakan dan bersimpati dengan itu.
"Nadia..." Lily memanggilku untuk ke sekian kalinya, "Apa kamu pikir aku bisa mengalahkan gerombolan goblin itu?"
Dari matanya aku melihat sebuah pengharapan. Dia mengaharapkan aku mengatakan kata yang dia inginkan. Kata-kata yang sangat ingin dia dengar. Dan tentu saja aku tahu apa kata yang ingin dia dengar...
"Tentu saja! Lily adalah master terkuat yang pernah ada!" sebuah senyuman tipis mulai tergambar di bibirnya. Melihat itu akupun menambahkan, "Dan aku Nadia adalah Familiar terkuat yang pernah ada!"
"Hehe, benar juga! Familarku adalah yang terkuat di dunia!"
"Tentu saja! Karena masterku adalah yang terhebat!"
Kami tertawa berasama-sama.
"Terima kasih, kamu sudah menyadarkanku, Nadia."
"Aku? Tidak, ini semua berkat Lily."
"Tidak, ini semua karena Nadia!"
"Kalau begini terus, kapan kita bertarungnya?"
"Benar juga, maaf!" Lily tersenyum mengejek. Syukurlah sepertinya dia sudah tenang. "Kalau begitu, agar mereka tidak mengolokku, akan membuat mereka takjub karena aku mengalahkan monster boss bernama!"
"Itu baru semangat!" Aku berkata sambil tersenyum. "Tapi, aku penasaran sekuat apa monster itu saat bertarung."
"Dia pasti sangat kuat karena dia adalah monster rank B."
"Heh? Rank B, goblin itu?"
"Ya, dari poster yang ku lihat di Guild Petualang."
"Eh? Padahal dia sama lemahnya dengan Skeleton General."
"Ngomong-ngomong soal Skeleton General dari Reruntuhan Donpapa, Monster itu punya Rank A."
"Eh? Rank A selemah itu?"
"Aku tidak tahu kenapa kamu menyebutnya lemah, tapi seorang pahlawan pernah kalah darinya."
"Pahlawan itu pasti lemah."
"Tidak mungkin. Mungkin kamu yang terlalu kuat."
"Mungkin saja. Tapi serius kenapa rank Skeleton General lebih besar dari Goblin Shaman padahal level goblin lebih tinggi?"
"Karena tidak ada yang bisa melihat level monster seperti Nadia." Lily berkata seperti sedang menyindirku.
"O-oh, begitukah?"
"Ya, rank monster ditentukan berdasarkan performa mereka saat melawan petualang. Semakin berbahaya mereka dan semakin memakan korban, maka rank-nya akan semakin tinggi."
"Jadi rank monster tidak berdasarkan kekuatan tapi dari performanya."
"Ya, begitulah."
"Hey, bukankah guild petualang itu hanya sekumpulan orang-orang lemah dan tidak kompeten. Kalau mereka memberikan rank bedasarkan performa monster, maka mereka yang memberikan rank A pada si lemah Skeleton General adalah orang-orang yang lebih lemah dari level 25?"
"Aku mengerti arah perkataanmu tadi tapi cerita pahlawan yang kalah dari skeleton general itu beneran terjadi dan di ceritakan langsung oleh pahlawan itu."
"Dengan kata lain pahlawan itu adalah pahlawan yang lemah! Titik!"
"Ya, ya, Nadia memang yang terkuat..."
"Kalau begitu, kenapa kita tidak kalahkan goblin shaman itu dan meludahi nama guild petualang di Ibu kota?"
"Nadia, pemilihan katamu itu jelek sekali! Tapi aku tidak membecinya, ayo lakukan seperti yang kamu bilang."
"OKIDOKI!" Aku langsung menarik pedangku dari sarungnya, "Aries, ayo mengamuk!".
Aku menonaktifkan sistem perubah bentuk Aries dan menunjukan bentuk aslinya.
"Pedangmu berubah lagi?!" ucap Lily terkagum-kagum.
"Sekarang aku akan melakukan serangan pembuka, Teknik Elemen Api : Incinerate!"
"Uh, pedangmu terbakar!"
"Hehe, ini belum selesai!" Aku melompat keluar dari semak-semak ke arah kerumunan goblin. "Jurus Rahasia : Sunrise Slash!"
Bruuush!
Sekitar delapan goblin terbelah dan tebakar begitu terkena serangan horizontal api-ku. Goblin lain yang melihatnya mulai memekik ketakutan.
"Hei para Goblin, salam kenal! Aku Goblin Slayer! Matilah kalian!"
Bruuush!
Aku menebas ke arah beberapa goblin lain yang mencoba mendekatiku.
"Teknik Elemen Air : Water Lance!"
Zleeeb!
Lily melempar sihir barunya yang dia buat beberapa menit yang lalu. Water bulletnya tidak terlalu kuat, jadi dia membuat sebuah sihir yang mampu menembus kulit goblin. Jadi akhirnya dia membuat sebuah sihir berbentuk tombak.
"Terima kasih!" aku berkata.
"Nadia, jangan buru-buru! Biarkan aku memberimu sihir penguat! Teknik Elemen Cahaya : Holy Power! Holy Defender! Holy Agile! Holy Magic Coating!"
"Tunggu, empat aktifasi sihir beruntun?!"
[Teknik Elemen Cahaya : Holy Power | Sihir penguat serangan fisik sebanyak 40% dalam jangka waktu yang lama. (1 Bulan)]
[Teknik Elemen Cahaya : Holy Defender | Sihir penguat pertahanan fisik sebanyak 40% dalam jangka waktu yang lama. (1 Bulan)]
[Teknik Elemen Cahaya : Holy Agile | Sihir percepatan kecepatan gerak sebanyak 40% dalam jangka waktu yang lama. (1 Bulan)]
[Teknik Elemen Cahaya : Holy Magic Coating | Sihir penguat serangan dan pertahan sihir sebanyak 40% dalam jangka waktu yang lama. (1 Bulan)]
"Wow, sihir yang sangat hebat! Apa-apaan durasi satu bulan ini? Kamu benar-benar cheat, Lily!"
"Ya, walaupun aku tidak mengerti, tapi aku ucapkan termakasih atas pujiannya."
"Aku tidak memujimu, tahu?"
"Haha, aku tahu, aku tahu!"
Dengan Buff yang diberikan oleh Lily aku semakin menyerang goblin-goblin kroco dengan tanpa belas kasih. Namun bukannya takut, para goblin itu malah makin menyerangku bersama-sama.
Sedangkan di sudut yang lain...
Zruss!
Sebuah panah transparan melayang ke arah Lily, namun dia berhasil menghindarinya dengan cepat.
"Hampir saja! Apa kau ingin melawanku?" Lily mengarahkan tongkat sihirnya pada Goblin Shaman yang sedang mempersiapkan sihir angin selanjutnya.
"Teknik Elemen Air : Water Lance!" Tiga buah tombak air yang melayang di sekeliling Lily.
Goblin Shaman terlihat tersenyum seakan sedang mengejek Lily. Awalnya aku bingung, tapi saat melihat lima panah angin melayang di sekitar tubuh goblin itu. Dia mengejek Lily yang hanya bisa membuat tiga tombak sihir.
"Oh, kau meledekku karena hanya bisa membuat tiga tombak?"
"Hey, Lily, mukamu tolong di kondisikan!" Aku berkata sambil menebas seekor goblin. Wajah Lily terliha sangat gelap dan menakutkan.
"Kau mengajakku untuk berkompetisi? Asal kau tahu, ya..."
Ekspresinya saat ini seperti seperti sedang mengatakan 'Asal lo tau, dek!' dan dia benar-benar sangat kesal.
"...Aku punya SP di atas 1000 poin! Teknik Elemen Air : Water Lance!" Muncul ratusan tombak lain yang terbang lebih tinggi dari pohon-pohon di hutan ini.
Goblin Shaman terlihat kesulitan berekspresi saat melihat banyaknya tombak air yang dibuat Lily. Aku juga tidak dapat berkomentar dengan apa yang dilakukan Lily. Bagaimana dia bisa mengeluarkan sihir sebanyak ini dengan SP sebanyak 1200 poin?
"Teknik Elemen Cahaya : Magic Coating!"
Sekarang apa lagi?
[
Tombak sihir yang dibuat oleh Lily terlihat mengeluarkan cahaya terang berwarna emas. Sihir elemen airnya menjadi ada tambahan kata Holy di depannya. Apa ini artinya kekuatan serangannya bertambah?
Ting!
Notifikasi baru muncul saat aku melihat Lily dengan Demon's Eyes milikku.
[
Eh? Sihir Ultimate? Serangan finishing milik Lily?
"Sekarang, saatnya kau merasakan amarah para dewa!" Mendengar Lily berkata seperti itu Goblin Shaman sempat berniat untuk melarikan diri, namun sebelum dia sempat dia meninggalkan medan pertempuran, "Teknik Rahasia : Megiddo!".
[Teknik Rahasia : Megiddo | Megiddo dalam bahasa Ibrani berarti kiamat/Judment day. Sihir ini berupa ratusan tombak air dengan tambahan elemen cahaya di dalamnya. Serangan ini bisa memillki jumlah tombak yang tak terhingga. Serangan ini juga bisa mengikuti target yang di arahkan oleh pengguna teknik ini.]
Zruung!
Zleb! Zleb! Zleb!"
Tombak-tombak cahaya yang dibuat oleh Lily meluncur turun dan bergerak kesana-kemari dengan kecepatan yang tak bisa di tangkap oleh mata. Tubuh para gobiln mulai tertembus oleh serangan milik Lily. Shaman Goblin yang telah berlari cukup jauhpun tidak dapat berkutik saat punggunya tertembus oleh serangan ultimate milik Lily.
Sungguh, serangan yang sangat menyeramkan. Serangan milik Lily ini seakan memiliki kemampuan auto aim yang mengarah kepada semua goblin yang aku lihat. Tombak cahaya itu juga tidak langsung menghilang saat mengenai tubuh goblin, malah tombak itu tetap bergerak untuk menyerang musuh selanjutnya.
Aku tidak tahu sebanyak apa goblin yang berhasil dikalahkan dengan teknik sihir ini, tapi aku bisa melihat lautan mayat goblin yang mulai berubah menjadi batu sihir.
"Sungguh, sihir yang menyeramkan..."
Setelah aku berkata seperti itu, kulihat Lily mulai kehilangan keseimbangannya. Melihat itu aku langsung melompat ke arah Lily dan sebelum tubuhnya jatuh ke tanah aku berhasil menangkapnya.
Aku memeluk tubuh Lily yang sepertinya kelelahan setelah mengeluarkan sihir sedasyat seperti tadi. Nafasnya yang berat dapat kurasakan dan keringat milik Lily juga dapat kucium. Anehnya keringatnya tidak bau, bahkan mungkin karena berbaur dengan bau sabun yang dia pakai wangi badannya tercium sangat harum.
"Aku berhasil..." Itulah kata Lily setelah berhasil mengatur nafasnya.
"Ah, serangan yang hebat."
"Ya, rasanya juga sangat menyenangkan saat meluapkan semua rasa frustasi ini."
"Aku tahu itu, tapi jangan sering-sering melakukan hal seperti ini!"
"Ya, aku mengerti."
Kami berdua tertawa bersama dan aku dapat merasakan kehangatan Lily yang sedang berbaring menjadikan dadaku sebagai bantalnya.
"Dengan ini aku tidak perlu takut dengan orang-orang di Ibukota lagi."
"Jangankan orang-orang ibu kota, mungkin semua orang di dunia ini tidak ingin melihat sihir ini mengenai mereka."
"Hahaha, apa aku harus menggunakan sihir ini kepada orang-orang di Ibu kota?"
"Janganlah, bodoh! Apa kamu pingin bikin genosida masal?"
"Hahaha, kamu benar. Akan sangat bermasalah kalau aku melakukan itu."
Apa Lily tahu apa arti kata genosida? Sudah, biarkanlah...
"Sekarang apa yang harus kita lakukan, Lily?"
"Aku tidak tahu, tubuhku sangat lemas."
"Kalau begitu, mau tidur dulu sebelum kembali?"
"Sepertinya itu saran yang bagus."
"Hehe, aku juga ngantuk, jadi kita istirahat sebentar dulu saja."
"Hey, Nadia, kira-kira berapa banyak yang kita kalahkan?"
"Aku tidak yakin, tapi sepertinya kita sudah memusnahkan semua goblin di hutan ini."
"Hah? Kamu bercanda? Mana mungkin bisa?"
"Siapa yang tahu. Hahaha!" Kami tertawa bersama dan bersantai sampai sore hari sebelum kami pulang kembali ke Desa Donpapa.
[Memburu monster : Goblin liar 5 ekor. 2500 gulden | F | 108/5 ]
[Memburu monster : Goblin liar 15 ekor. 7500 gulden | E | 108/15 ]
[Memburu Monster : Goblin Shaman – G'gulia La. 85.000 Gulden | B | 1/1 ]