Pov : Nadia
"Semuanya 96 batu hijau dan satu batu sihir warna merah." Aku berkata sambil melihat nomor jumlah batu sihir yang ada di dalam Itembox milikku.
"Apa kamu yakin sebanyak itu?" Lily bertanya ragu.
Beberapa saat yang lalu Lily mengeluarkan sihir ultimate miliknya dan—kemungkinan membabat habis semua goblin yang ada di hutan. Dengan gabungan sihir air dan cahaya miliknya dia membuat banyak sekali benda berbentuk tombak melayang. Setelah itu, karena dia diledek oleh seekot goblin shaman diapun mulai menyerang para goblin tanpa ampun.
Aku tidak tahu kenapa dia bisa sampai terprovokasi seperti itu. Mungkin dia hanya sedang melepaskan rasa frustasinya, siapa yang tahu?
Aku dengar dia tidak diperlakukan dengan baik di Ibukota, jadi dia mungkin hanya menumbalkan para goblin untuk meredakan amarah yang telah menumpuk di dadanya.
Aku turut berduka cita untukmu, goblin shaman.
"Ngomong-ngomong itembox itu hebat, ya?"
Lily tiba-tiba berkata menatap ke arahku dengan mata penuh kilauan bintang.
"A-apa maksud kamu bilang gitu?"
"Maksudku, kamu bisa langsung tahu jumlah barang tanpa harus menghitungnya."
"Oh, benar juga. Bakalan ribet kalau kita menghitung batu sihir yang berserakan ini satu-persatu."
"Ya, pasti enak ya kalau punya itembox juga."
"Ya? Maaf?" aku menatap ke arah Lily terkejut.
"Tidak apa-apa, aku hanya bicara saja." Dia menunduk malu-malu dan dari ekspresinya aku tahu dia sedang mengharapkan sesuatu.
"Hey, Lily." aku memanggilnya dengan lembut sambil tersenyum.
"Ya?" Dia mulai menghadap ke arahku masih tetap tertunduk menghadap lantai tanah.
"Apa kamu pengen punya itembox juga?"
Dengan sebuah suara "Eh?" Lily menoleh ke arahku terkejut dan kemudian lanjut berkata, "Tidak, bukan begitu! Bukannya aku mengharapkan sesuatu yang mustahil, tapi pasti akan lebih praktis kalau aku juga punya satu!".
Dia berkata sangat banyak dan cepat, namun semakin lama dia berkata suaranya malah makin mengecil dan pelan.
Apa ini? Tsundere kah?
"Apa kamu mau aku kasih sistem itembox juga?"
"Jangan bercanda denganku, Nadia! Mana mungkin kamu bisa memberikan sistem seperti itu, apa kamu pikir kamu itu dewa, apa?" Dia berkata sembari menggerutu dan merengut. Wajahnya-pun tak menatap ke arahku, hanya matanya yang melirik ke arahku penuh rasa tak percaya.
"Gimana kalau kita coba Sistem Berbagi dari sistem kontrak mahluk panggilan?"
"Maksud kamu?" Lily yang penasaran mulai menatapku penuh tanda tanya.
"Bagaiman kalau aku menggabungkan kemampuan berbagi dari sistem kontrak mahluk panggilan dan sistem party? Dengan begitu, aku kemungkinan bisa membuat sebuah sistem baru yang memungkinan kita berbagi sistem dengan teman satu party."
"Kamu yakin kamu bisa melakukan itu?"
"Kita tidak akan tahu kalau tidak mencobanya."
Bukannya aku sombong atau bagaimana, bahkan saat ini saja aku tidak percaya aku akan bisa melakukan hal aneh seperti yang ku katakan sebelumnya. Tapi kalau aku tidak mencobanya, aku akan sangat penasaran dan kalaupun aku tak bisa melakukanya, itu tak akan jadi hal yang besar. Jadi aku akan mencobanya!
Basicly, aku aka melakukan sebuah hacking pada sistem yang sudah ada. Tidak, dari pada disebut hacking mungkin lebih tepat di sebut pemrograman ulang. Aku akan merubah dan menambah sedikit tulisan di flavor text yang ada di penjelasan sistem.
Memang terlihat mustahil, tapi aku berharap Sistem Demon's Mind milikku bisa melakukan sesuatu tentang itu.
[
Aku tidak yakin kalimat [Mampu memanipulasi pemikirannya sendiri] dapat membuatku berpikir kalau aku bisa merubah flavor text, tapi aku akan tetap mencobanya!
Setelah itu aku mulai memikirkan sesuatu dan rangkaian papan notifikasi muncul di hadapanku.
[Kata kunci {Memberi sistem} dari sistem
[Proses mencari Sistem yang mendekati kata kunci.]
[Tidak di temukan!]
[Mengkonfirmasi pencarian sistem dalam Pustaka Lama. Apa anda ingin melakukannya?(Bayaran 300 Hp akan dikurangi dari Hp saat ini) Y/N]
Pencarian dalam pustaka lama? Apa artinya itu?
Aku juga perlu membayar 300 health point?
Sepertinya tidak ada cara lain, lagipula hp-ku penuh, jadi tidak masalah kalau berkurang 300 poin.
"Yes!"
Setelah aku berkata 'yes' seketika tubuhku terasa seperti meledak dari dalam. Aku merasakan rasa sakit yang tidak bisa ku jelaskan. Pokoknya terasa sakit dan hp ku juga berkurang seketika.
"Nadia, kenapa mukamu tampak kesakitan seperti itu?"
"Ah? Gak apa-apa..." Walaupun aku berkata seperti itu, tapi ini tetap saja menyakitkan.
[Proses pencarian dalam daftar pustaka lama sedang dilakukan!]
[Sistem di temukan!]
[
[Apa anda ingin menginstal
Yes!
Tanpa memikirkan konsekuensinya akupun langsung menekan tombol yes dan...
"Urgh?!" Badanku terasa remus. Aku merasa seperti aku akan mati!
"NADIA?!" Lily berteriak histeris saat tiba-tiba aku ambruk dan memuntahkan darah dari mulutku. "Kamu kenapa? Teknik Elemen Cahaya : Holy Heal!"
Dengan panik dia mengeluarkan sihir penyembuhan dan tubuhku yang meringkuk di tanak mulai diselimuti oleh cahaya. Rasa sakit yang aku rasakan pun mulai menghilang dengan cepat.
"Terima kasih, Lily." Aku berkata.
Lily hanya bisa mengeluarkan ekspresi tak percaya dan bersiap untuk menangis.
"Sebenarnya apa kamu lakukan? Kenapa tiba-tiba muntah darah?"
Aku tidak menjawab pertanyaannya itu dan kembali fokus ke papan notifikasi yang tidak berhenti muncul.
[Anda berhasil mendapatkan
"Sekarang kita coba..."
Baru saja aku ingin mencoba untuk mentransfer Sistem milikku. Wajah Lily menembus layar notifikasi.
Wajahnya terlihat sangat merengut dan kulihat dia juga menekukan alisnya 45 derajat. Mata birunya terlihat membesar dibalik kaca mata tebal yang dia pakai, bagian kanan bibirnyapun terlihat sedikit terangkat. Dia benar-benar sedang marah.
Dengan suara parau dia komplain, "Kenapa kamu mengabaikanku?".
Aku tidak tahu harus menjawab apa jadi aku hanya dia dan tersenyum canggung.
"Sebenarnya apa yang kamu lakukan? Kenapa kamu terluka? Apa kamu sedang melakukan hal aneh lagi? Atau kamu terkena kutukan shaman itu? Cepat beritahu aku!" Lily mulai terdengar tidak sabar.
[ Yes! Baru saja aku menekan tombol 'yes' sesuatu mulai mencengkram kedua bahuku dengan keras. Kulihat telapak tangan Lily sudah tertanam di sana. "Lily?" Aku memanggilnya, tapi dia tidak bereaksi. Dia masih terus memelototi ku namun kali ini aku bisa melihat air mata mulai mengisi ruang-ruang di sekitar kelopak matanya. "Kamu tahu... Aku khawatir tahu!" Dia berkata dengan penekanan yang kuat. "Kalau kamu tidak menjawab, aku jadi semakin takut!" lanjutnya. Kalau aku jadi dia, aku juga akan panik kalau tiba-tiba saja Lily muntah darah, jadi aku mengerti rasa khawatir yang dia rasakan. "M-maaf, kalau aku bikin lamu khawatir, Lily. Aku lagi mencoba sesuatu?" "Mencoba?" Aku kira ekspresinya akan mereda, tapi entah kenapa dia lebih terlihat kesal. Kalau begini terus dia akan menjadi lebih frustasi dan kemungkinan aku akan berakhir seperti para goblin sebelumnya. "H-hey, Lily?" Aku memanggilnya dan dia hanya menjawab dengan sebuah suara "Hmm!?". "Apa kamu tidak lihat ada notifikasi baru?" "Notifikasi?" Lily menoleh ke arah kirinya tempat biasanya penanda notifikasi akan muncul. Aku sudah mengajari sedikit tentang tata letak antar muka Demon's Eyes milikku ini saat perjalan pergi tadi pagi. Aku pikir Lily sudah mengerti cara untuk mengoperasikan menu antar muka yang aku ajarkan. "Na-nadia... Jangan bilang ini?" Matanya melebar dan dia beberapa kali menatap ke arahku dan layar notifikasinya dengan ekspresi tak percaya. "Ya, aku memberikan sistem Itembox-ku!" Jawabku dengan bangga. "Heh? Bagaimana bisa? Apa kamu benar-benar Dewa?" "Bukan, aku Majin." Setelah puas menatap layar itembox miliknya dia terlihat mulai mengembangkan senyumannya. "Nadia! Bagaimana caraku memasukan benda ke dalam Itembox ini?" Tanya Lily. tak sabar. "Kamu tinggal sentuh barang yang ingin kamu ingin masukan ke dalam itembox, lalu setelah itu ucapkanlah 'masuk' sambil pikirkan benda itu masuk ke dalam tubuhmu." "Bayangkan masuk ke dalam tubuh. Oke, aku coba!" Setelah mendeklarasikan itu, Lily kemudian mulai menyentuh tongkat milik Goblin Shaman yang menjadi droping monster itu. "Masuk!" Tongkat yang pegang kemudian berubah menjadi cahaya dan kemudian mulai menghilang entah ke mana. "Aku bisa melakukannya!" Ucap Lily riang, "Terima kasih, Nadia!" Dia lanjut Lily dengan senyumannya yang paling lebar. Senyuman yang hanya di arahkan padaku. Senyuman manis milik Lily yang sangat berharga. Aku berjanji akan mematri senyuman itu di dalam ingatanku. "Ah, aku sampai lupa!" Tiba-tiba saja dia teringat sesuatu, "Aku lupa memberikan hukuman pada Nadia karena membuatku khawatir!" "Maaf, gimana?" "Nadia, tutup matamu!" Dia tiba-tiba saja ingin memberikan hukuman padaku. Kenapa pemikiran seperti itu bisa terlintas di kepalanya? "Lily, maksud kamu apa?" "Kamu pasti tahu apa maksudku." "Aku tidak tahu! Juga, kenapa aku harus di hukum?" "Diem! Kamu gak punya pilihan lain selain menerima hukuman!" "Hah? Kenapa?" "Pokoknya, tutup mata kamu!" "Oke, oke..." Pada akhirnya aku menyerah dan menutup mataku sembari berdiri menghadap ke arah Lily berdiri. Sebenarnya hukuman apa yang akan diberikan oleh Lily? Apa dia akan memukulku dengan keras? Kalau cuman dipukul mungkin aku akan bisa menahannya. Masalahnya adalah, bagaimana kalau dia tiba-tiba saja menggunakan sihir yang menyebalkan seperti membuatku menjadi patung? Aku semakin gundah dan penasaran apa yang akan dia lakukan. Bukannya aku senang untuk di beri hukuman, tapi aku penasaran apa yang akan dia lakukan padaku. Saat aku sedang dalam keadaan seperti itu, aku merasa Lily memegangi kedua pundakku agar aku tidak melarikan diri. Buat apa dia melakukan itu? Toh aku tidak bisa melarikan diri saat ini. Perlahan aku dapat merasakan kehangatan yang memancar dari tubuh Lily, walaupun tubuh kami tidak bersentuhan secara langsung. Tak lama setelah itu aku dia buat terkejut saat aku merasakan sesuatu yang lembut dan hangat mulai menyentuh keningku. Aku tidak tahu apa itu, tapi saat sesuatu itu mulai berpisah dengan kulitku, aku dapat mendengar suara decakan 'chup' dengan nyaring. Apa itu? Aku sepertinya tahu, tapi tak tahu kenapa aku tidak mau tahu tentang itu. Saat mataku terbuka karena panik, aku melihat wajah Lily sangat dekat denganku. Dengan senyumannya yang lebar dia akhirnya melepaskan pundak ku dan berlari menjauh. "Lily, tadi kamu ngapain?" Dia berhenti setelah melangkah tiga meter menjauh dariku. Punggungnya yang ramping itu seakan menantang ku untuk mengejarnya, tapi aku tetap terdiam menunggu jawaban pertanyaan ku sebelumnya. Beberapa detik dia terdiam sampai kemudian dia menyilangkan tangan di punggungnya dan dengan setengah berbalik dia berkata... "Rahasia~!" Dia meletakan jari telunjuk kanannya dia atas mulutnya saat dia mengatakan kata itu. Hal itu tentu saja membuat pemikiran ku semakin liar. "Ayo kita pulang! Aku sangat ingin makan yang hangat saat ini." Itulah ucapnya sebelum mulai meninggalkanku dengan langkah lebarnya yang menunjukkan suasana hatinya yang gembira. Seperti yang ku prediksi sebelumnya. Lily memberikan aku sihir yang menyebalkan. Bisa-bisanya dia membuat tubuhku mematung seperti ini? Dasar gadis licik... Walaupun aku berkata seperti itu, tapi aku tidak membencinya sama sekali.