Chereads / My Familiar Is The Strongest In The World (Webnovel Indonesia) / Chapter 20 - Chapter 19 : Monster Bernama Lily!

Chapter 20 - Chapter 19 : Monster Bernama Lily!

Pov : Nadia

 

"Hey, Lily sepertinya kamu sudah mengerti cara kerja fungsi ."

"Tentu saja, karena penjelasan dari Nadia sangat mudah dimengerti."

"Gi-gitu ya?" Aku menggaruk tengkuk-ku karena tidak tahu ekspresi seperti apa yang harus aku tunjukkan padanya.

"Nadia, bagaimana menurutmu dengan ikat pinggang baruku ini?" Lily menunjukan ikat pinggang kulit yang baru saja dia kenakan.

[Ancient Magical Adventurer Belt LV. 2 | Tipe : Unique | Sebuah ikat pinggang dengan mode kuno abab kegelapan. Ikat pinggang ini memiliki kemampuan untuk membuat dan menyimpan potion secara otomatis dari itembox. | Lv. 1 : 4 Slot penyimpanan | Lv. 2 : Potion Maker | Lv. 3 ... | Lv. 4 ... | Exp : 76 | Next : 74 ]

"Wah, apa-apaan ini?" aku hanya bisa berdecak kagum dengan apa yang Lily dapatkan. Sebuah ikat pinggang yang sangat OP! Walaupun tidak menambah stat apapun, tapi ikat pinggang ini punya banyak kemampuan menarik.

Menyimpan dan membuat potion secara otomatis dari Itembox, sungguh sangat praktis sekali. Apa lagi peralatan itu sudah level 2 saat di temukan membuat Lily tidak perlu repot-repot menaikan level untuk mendapatkan fungsi potion maker. Dia benar-benar sangat beruntung...

Tidak, dia punya stat luck di atas tiga ratus dan Sistem Lucky 7. Tentu saja sangat mudah baginya untuk mendapatkan barang langka seperti itu.

"Jadi bagaimana cara kerjanya?" Aku mencoba mengikuti alur yang dia arahkan.

"Ah, tunggu sebentar!" Dia terlihat membuka layar itembox miliknya. "Entah kenapa sabuk ini terhubung dengan itembox dan saat aku sadari muncul satu fungsi baru yaitu fungsi combine."

Dia menjelaskan dengan tenang dan aku pun hanya mengikutinya dari samping dan menyelaraskan kecepatan ku dengannya.

"Setelah itu aku mencoba men-combine satu green herb dan 80ml air, terus aku mendapatkan ini! [Potion Tingkat Rendah]! Menarik bukan?" dia menunjuk ke arah sabuk miliknya yang kini ada sebotol potion kecil berwarna merah di sana.

"Oh, baru pertama kali aku lihat potion secara langsung." Aku mencoba meraih sebotol potion merah yang terselip di sabuk itu, "boleh aku melihatnya?".

"Ambil saja." Jawabnya sambil sibuk dengan layar itembox miliknya.

[Potion Tingkat Rendah | Cairan pengobatan yang mampu menutup luka di bagian tubuh yang terluka dan juga merangsang percepatan regenerasi sel darah. | Hp : 250 ]

"Hebat! Ini benar-benar sangat realistis."

"Apanya?"

"Penjelasan dari potion ini."

"Aku belum pernah melihat penjelasan tentang potion sebelumnya." 

Dia langsung meninggalkan layar itembox-nya dan mulai melihat layar yang sedang aku lihat.

"Oh, jadi cada kerja potion itu seperti itu! Menutup luka dan mempercepat regenerasi sel darah. Konsepnya memang hampir sama dengan sihir Heal."

"Iya kah?"

"Ya, sama seperti yang di ajarkan instruktur pelatihan waktu itu."

"Kamu dulu pernah mengikuti pelatihan?"

"Ya, aku pernah ikut pelatihan pahlawan."

"Heh? Pelatihan pahlawan itu pelatihan macam apa?"

"Hmm, itu seperti... Bagaimana caraku menjelaskannya? Ceritanya agak panjang, tapi... Itu..."

"... Kalau begitu jangan jelasin!"

Aku menghentikan Lily dan membuat dia menatapku dengan matanya yang terbuka lebar di balik kaca mata miliknya. Sambil bersuara "Eh?" bibirnya yang mungil mulai terbuka dan kembali bertanya "Kenapa?" dengan nada yang imut.

"Cuman, ya... Gak tahu kenapa kamu selalu terlihat masam saat mengatakan kata 'pahlawan'. Jadi aku pikir kamu gak nyaman dengan kata itu."

Ya, dia terlihat seperti memilki suatu perasaan lebih pada kata 'pahlawan' itu. Aku tidak tahu apa yang terjadi, tapi sepertinya Lily tidak menyukai orang yang di sebut pahlawan itu.

Setelah mendengar alasanku, Lily tampak kembali kehilangan senyumannya dan hanya menunduk menatap layar itembox miliknya kembali.

Suasana menjadi canggung dan kami hanya berjalan beriringan di dalam hutan yang kini telah sepi ini.

"Nadia." Terdengar suara lirih dari Lily yang memanggil namaku tanpa sedikitpun melihat ke arahku.

"Aku akan menjelaskannya... Tidak, aku memang harus menjelaskannya padamu."

Kulihat dia mulai melirik ke arahku dan mata kami bertemu.

"Tentang party pahlawan dan juga alasanku untuk memanggilmu ke dunia ini."

Terlihat determinasi dari wajahnya, sepertinya dia ingin menjelaskan semuanya sebelum terlambat.

"Aku mengerti, tapi lebih baik kita bicarakan ditempat yang sepi, gimana?"

"Ya, aku setuju."

Lily kembali tersenyum dan kamipun mempercepat perjalanan kami menuju kembali ke Desa

~*~*~

Sesampainya di Desa, entah kenapa aku merasa Desa menjadi lebih ramai dari biasanya.

"Apa ada sesuatu yang terjadi?"

"Entahlah..." Jawab Lily yang juga terlihat kebingungan.

Saat ini, mungkin ada sekitar sepuluh orang yang berdiri di gerbang Desa. Dari perawakannya sepertinya mereka adalah petualang dan mereka semua mengenakan peralatan lengkap seakan bersiap untuk melakukan sebuah perburuan. Diantara orang-orang itu, ada seseorang yang aku kenal. Seorang perempuan tinggi dengan rambut perak dengan sebuah senjata tombak di punggungnya.

"Mbak Reinee!" Setelah kami cukup dekat, aku dengan cepat memanggil wanita cantik itu.

Dia tidak lain dan tidak bukan adalah resepsionis yang tadi pagi memberikan pekerjaan pada kami, Nona Reinee. Dia tidak seperti seorang resepsionis saat ini, lebih mirip seorang petualang dengan mengenakan baju zirah putihnya dan juga membawa tombak besar yang menantang.

"Kalau begitu, kalian bergerak dahulu! Aku akan menyusul kalian nanti."

Saat kami sampai di hadapannya, beberapa orang yang tadi bersamanya mulai menghilang masuk menuju hutan.

"Nona Reinee, ada keributan apa ini?"

"Lily, bukankah kalian sebelumnya mengambil pekerjaan di dalam Hutan?" Mbak Reinee membalas pertanyaan Lily dengan pertanyaan lain.

"Ya, kami baru saja dari sana. Memangnya kenapa?"

"Tidak, apa kalian menemukan sesuatu yang aneh di sana?"

"Contohnya?"

"Seperti monster langka atau semacamnya."

Monster langka satu-satu monster langka yang kami temukan hanyalah "Goblin Shaman?", aku mencoba untuk mengkonfirmasi.

"Oh, kalian bertemu dengannya?"

"Ya, kami tadi bertemu dengannya." Jawab Lily.

"Kalian tidak terluka syukurlah..." Dia terdengar sangat lega, "Selain itu, apa kalian bertemu dengan monster lain yang kemungkinan lebih kuat?"

"Kami hanya bertemu dengan Goblin Shaman saja." Aku.

"Ya, di hutan hanya kami hanya bertemu dengan goblin saja, jadi kami tidak tahu kalau ada monster lain di sana." Lily.

Aku dan Lily bergantian menjelaskan tetang apa yang kami temukan di dalam hutan.

"Untung saja sepertinya kalian sepertinya tidak terlibat dengan monster langka itu."

"Memang ada monster langka lain selain goblin shaman?" Aku bertanya dengan polosnya.

"Kami belum bisa memastikan, tapi tadi ada sebuah benturan mana elemen air dan elemen cahaya dalam skala yang besar. Ada kemungkinan dua monster kuat dengan afinitas air dan cahaya sedang bertarung di dalam hutan." Mbak Reinee memberikan penjelasan.

"Yang benar?!" Lily terlihat panik. "Untung kami tidak bertemu dengan kedua monster itu. Benar 'kan, Nadia?".

Lily bertanya padaku yang saat ini sedang berpikir keras.

"Tunggu dulu, sihir elemen air dan elemen cahaya... Rasanya tidak asing bagiku." Aku mulai memandangi wajah Lily yang terlihat polos tak sadar akan apapun.

"Nadia, apa kamu tahu sesuatu?" Mbak Reinee mulai bertanya padaku.

"Hmm, aku tidak yakin, tapi apa Mbak Reinee melihat sesuatu seperti cahaya yang terang dari dalam hutan?"

"Ya, kalian melihatnya juga?"

"Tentu saja, kami melihatnya dengan kedua mata kepala kami sendiri." 

"Kalian melihatnya langsung? Monster-monster seperti apa yang melakukan itu?" Mbak Reinee mulai bertanya tergesah-gesah.

"Sebenarnya hanya ada satu monster yang mengeluarkan sihir itu." Aku mejawab sambil melirikan wajahku pada Lily yang kali ini mulai menyadari sesuatu.

"Hanya satu monster? Monster macam apa yang bisa mengeluarkan serangan sihir sedahsyat itu?"

"Sebenarnya ukuran monster itu tidak terlalu besar, mungkin seukuran dengan kita, manusia." Saat aku berkata Lily terlihat mengalihkan pandangannya dan berusaha menghindari tatapanku.

"Apa monster itu berbentuk humanoid?"

"Ya, dia terlihat seperti manusia biasa."

"Apa dia monster dengan nama?"

"Ya, tentu saja dia punya nama."

"Kalau begitu, siapa namanya? Dengan tahu siapa namanya, kemungkinan kita bisa menemukan cara untuk menanggulangi monster tersebut."

"Ah, namanya..." Lily terlihat makin berkeringat dingin dan melirik beberapa kali padaku dengan panik. Jujur dia sangat imut saat ini, tapi aku harus tetap memberikan laporan Pada Mbak Reinee...

"Siapa namanya?"

"Namanya adalah Lilyana Nevertari."

"..."

"..."

"Eh? Kenapa gak ada reaksi?"

Suasa mendadak menjadi hening, Mbak Reinee hanya terlihat mematung dan mulai memproses apa yang telah aku katakan. Sedangkan Lily mulai menutupi mukanya karena malu. Aku tidak tahu kenapa dia mesti malu, tapi sepertinya dia memiliki pemikirannya sendiri.

"...Tunggu dulu, Nadia! Lily, bisa kamu jelaskan apa yang dimaksud oleh Nadia ?"

Lily masih menutup wajahnya dan dengan sisa keberaniannya dia samar-samar berkata "Maaf, aku terlalu berlebihan.". 

"Apa yang sebenarnya terjadi?"

"Saat kami bertemu dengan Goblin Shaman, goblin itu mengejek Lily dan kemudian Lily membalasnya dengan mengeluarkan sihir gabungan elemen cahaya dan elemen air yang besar ke arah para goblin. Sebagai konsekuensi karena membuat Lily marah goblin shaman dan goblin yang lainnya akhirnya dimusnahkan oleh Lily."

"A-apa kamu bisa tidak memakai kata memusnahkan di sana?!" Teriak Lily panik.

"Tapi emang bener 'kan kamu nyerang semua goblin yang ada di hutan!"

"Walaupun begitu, aku..."

"Tunggu sebentar!" Mbak Reinee, menyela perdepatanku dan Lily. "Lily, kamu bisa menggunakan sihir tipe serangan?"

"Ya, begitulah..." 

Jawaban Lily membuat Mbak Reinee hanya bisa menghela nafas pasrah dan kemudian berkata, "Bisakah kalian ikut aku sebentar?"