POV : Lilyana
"Ah, kalian sudah selesai?" Nona Reinee bertanya pada kami begitu kami sampai di meja resepsionis.
"Ya, bagaimana dengan Aydee milik Nadia?"
"Oh, sudah beres. Silahkan dilihat!" Nona Raine memberikan sebuah kartu pada Nadia.
"WAH! Akhirnya aku dapat KTP!"
"Hah? Katepe itu apa?"
"Ah, maksudku ID-ku sudah selesai dibuat!"
Seperti biasa Nadia kembali mengatakan hal yang aneh lagi.
"Kalau begitu, apa kalian akan mendaftarkan party kalian?" Nona Raine kembali bertanya.
"Oh, iya tentu saja. Tapi..." Aku melirik ke arah Nadia.
"Ada apa?"
"Apa kamu ingin membuat party denganku?"
"Hah? Kenapa kamu nanya kayak gitu? Bukanya jawabannya udah jelas."
Tentu saja, Nadia tidak akan mempermasalahkan apapun. Mungkin karena perlakuan padaku di Party sebelumnya yang tidak terlalu baik membuatku tidak punya keberanian untuk membuat parti dengan orang lain lagi. Tapi kalau dengan Nadia, sepertinya akan baik-baik saja. Dia adalah familiarku, jadi dia tidak mungkin mengkhianatiku.
"Lily, aku gak tahu apa yang kamu pikirin, tapi tenang aja! Ada aku yang akan ngelindungi kamu jadi ayo buat party dan menjadi kuat bersama-sama!"
Nadia tiba-tiba menyemangatiku. Mungkin dia tahu kalau aku agak sedikit gundah, jadi dia berusaha meyakinkan diriku kalau dia akan selalu ada untukku apapun jalan yang akan aku tempuh.
Master macam apa aku ini yang tidak mempercayai familiarku sendiri. Aku harusnya berterima kasih pada Nadia karena telah mau menjawab panggilanku.
"Maaf, aku sedikit terbawa suasana. Tentu saja kita akan membuat party bersama!"
"Itu baru semangat!" Nadia tertawa dengan bangganya seperti telah memenangkan medali.
"Kalau begitu, apa kalian sudah menentukan nama untuk nama party kalian?" Nona Reinee bertanya kembali seakan tidak memperdulikan eskpresi sulitku sebelumnya.
"Benar juga, kita harus memilih nama party juga! Apa kamu punya ide, Nadia?"
"Kalau aku sih bebas. Gimana kamu aja!" Jawabnya santai.
"Kenapa aku yang harus memikirkannya?"
"Karena kamu ketua party-nya 'kan?"
"Tunggu, sejak kapan aku jadi ketua party?"
"Mulai sekarang. Lagian kamu lebih pengalaman dari aku, jadi wajar 'kan kalau kamu yang jadi ketua party-nya?"
"Benar juga..." Dia tidak salah, aku lebih berpengalaman dari pada dia dan aku juga masternya, jadi akulah yang harus mengambil alih pandu kepemimpinan.
Tapi aku tidak percaya diri...
Bagaimanapun aku hanya seorang Priestess yang tidak berguna.
"Apa kita bisa menunda membuat party untuk sekarang?" aku akhirnya mencapai sebuah keputusan.
"Eh, kenapa?" Nadia kesal.
"Aku belum bisa memutuskan namanya dan aku belum siap untuk menjadi pemimpin." Jawabku ragu.
Nadia awalnya tampak kesal, tapi kemudian dia akhirnya menyerah juga.
"Baiklah, kita akan menundanya untuk saat ini. Apa itu tidak apa-apa, Nona Reinee?"
"Ya, tentu saja. Tapi aku menyarankan untuk sesegera mungkin membuat party."
"Memangnya kenapa?" Nadia bertanya penasaran.
"Karena ada beberapa klien yang hanya ingin menyewa party. Alasannya karena klien dapat membayar lebih murah dari pada harus membayar per-satu orang petualang."
"Oh, aku mengerti."
"Untuk sekarang kita hanya akan mengambil pekerjaan ringan, jadi kita belum butuh untuk mengabil pekerjaan party." Aku menegaskan.
"Oke, baiklah. Aku ikut Lily aja!" syukurlah dia menurut.
"Jadi, nona Reinee. Apa ada pekerjaan yang cocok untuk kami berdua?"
"Ah, kebetulan sekali. Kami punya banyak pekerjaan mencari tanaman herbal dan berburu goblin liar."
"Goblin?!" Nadia terlihat berapi-api. Sepertinya dia ingin segera bertarung.
"Kalau begitu, kami ambil itu saja!"
"Baiklah, lima pekerjaan di ambil. Silahkan lihat di dalam brosur ini untuk penjelasan lebih jelasnya."
Aku mengambil lima borsur yang diberikan oleh Nona Reine. Setelah berpamitan dengan Kak Reina aku dan Nadia pergi keluar dari kantor guild petualang.
~*~*~
"Sekarang pekerjaan apa yang kita dapat?" aku belum tahu pekerjaan apa yang diberikan oleh Nona Reinee. Aku tidak keberatan dengan pekerjaan yang diberikan oleh Nona Reinee karena aku percaya dia orang yang baik jadi tidak mungkin dia menyarankan pekerjaan yang aneh padaku.
[Mencari tanaman herbal : Green Herb 10 tangkai. 1500 gulden. F ]
[Mencari tanaman herbal : Yellow Herb 15 tangkai. 1500 gulden. F]
[Mencari tanaman herbal : Red Herbal 5 tangkai. 2000 gulden. F]
[Memburu monster : Goblin liar 5 ekor. 2500 gulden. F]
[Memburu monster : Goblin liar 15 ekor. 7500 gulden. E]
Pekerejaan yang tidak terlalu sulit untuk rank E sepertiku dan juga Rank F seperti Nadia. Bahkan mungkin bagi Nadia pekerjaan ini akan terlalu mudah untuk Nadia. Levelnya sudah mencapai level 20 sedangkan para goblin yang akan kita buru kemungkinan berlevel antar levl 2-6. Semua terlihat terlalu mudah bagi Nadia.
Sekarang kami berdua sudah berada di area masuk hutan Donpapa yang posisinya di sebelah barat desa. Ini adalah hutan yang sama yang kemarin kita lewati setelah keluar dari Reruntuhan kastil kemarin. Kali ini aku tidak menggunakan sihir penyamaranku lagi karena memang tujuan kita datang ke sini adalah untuk memburu monster.
Beberapa meter tak jauh dariku Nadia terlihat sedang sibuk dengan itembox miliknya.
"Nadia kamu sedang apa?"
"Oh, aku berusaha untuk meng-equip perlengkapanku."
"Eku-ip?" Lagi-lagi kata yang tidak ku mengerti.
"Akhirnya!" Setelah berkata seperti itu tubuh Nadia mulai bercahaya dan beberapa armor mulai muncul tiba-tiba di tubuhnya.
Set armor yang dia kenakan adalah sebuah shoulder pad di bahu kanan-nya, sebuah breast pad di dadanya, sebuah armor belt di pinggangnya. Semuanya bercorak merah dan emas, sungguh set armor yang menarik dan terlihat gagah.
Nadia juga saat ini juga sedang menggendong sebilah pedang besar di punggungnya. Pedangnya berbeda dengan sebelumnya, bentuknya sama seperti pedang heavy sword pada umumnya, hanya saja terlihat lebih tipis sedikit.
"Hey Nadia, set armor apa itu?" Aku mencoba bertanya.
"Ah, ini drop item dari boss reruntuhan kemarin?"
"Drop boss? Yang benar?!"
"Ya. Pedang ini juga drop dari monster boss yang sama."
"Kamu dapat drop dua perlengkapan sekaligus?"
"Ya, begitulah." Jawabnya dengan senyuman lebar dibibirnya.
"Pedang itu berbeda dengan yang sebelumnya."
"Ah. Itu karena..."
[
"Hah, sistem kamuflase? Jadi pedang ini dapat berubah wujud sesuka hati?"
"Ya, dan coba lihat! Pedang ini juga punya attack yang tinggi dan dapat di naikan levelnya!"
Aku bukan ahli pedang, tapi atk +30 adalah jumblah yang sangat tinggi untuk petualang level menengah seperti Nadia. Pedang Ramos saja yang termasuk pedang legenda atk maksimalnya hanya +80. Ditambah dengan fakta pedang legendaris Ramos tidak bisa level up seperti pedang ini. Kalau pedang ini level up kemungkinan pedang ini dapat melampaui kekuatan pedang legendaris milik Ramos.
Yang paling membuatku tak habis pikir adalah 'sistem weapon breaker' pedang ini.
[Sistem Weapon Breaker adalah ability yang mampu menghancurkan senjata lawan secara instan apabila Atk pengguna lebih besar 50 poin dari Atk target. Bila berhasil menghancurkan senjata target, maka senjata akan mendapatkan bonus Exp. Pengguna juga dapat memilih senjata yang ingin dia hancurkan dengan bebas.]
"Nadia, menghancurkan senjata orang lain itu adalah penghinaan bagi pemilik senjata. Jadi jangan pernah menggunakan efek ini apapun yang terjadi!"
"Heh, Kenapa? Bukannya kita bakalan cepet menang kalau musuh udah gak punya senjata?"
"Bukan itu masalahnya, pokoknya kita harus bertarung secara hormat jangan jadi orang yang kurang ajar!"
"Oke, ngerti..." Nadia terlihat tidak senang, tapi dia tidak terlihat membenci saranku. "Ngomong-ngomong soal senjata Lily."
Nadia menunjuk senjataku yang terlihat sangat menggelikan. Ya, aku hanya membawa senjata staff biasa dengan tambahan stat +3 ATK dan +5 Matk. Dibanding senjata sebelumnya yaitu Great Sage Staff, benda ini hanya seperti sebuah tongkat kayu biasa.
"Apa karena kemarin kamu beliin aku pakaian, jadi kamu pake senjata ini?"
"Bukan lah! Senjataku... Aku kehilangannya."
"Hilang? Aneh sekali, seseorang yang memiliki luck di atas 300 bisa kehilangan senjatanya sendiri. Benar-bener gak beruntung kamu."
Aku berbohong, tapi diluar dugaan Nadia menerimanya.
"Kalo gitu, ayo kita mulai misinya!"
"Aku setuju!" aku mulai melihat brosur misi yang diberikan oleh Nona Reinee. "Untuk pekerjaan pertama, ayo kita kumpulkan tumbuhan herbal sebagai makanan pembuka!"
"Ay-ay, Captain!"
Nadia mengangkat kepalan tangan kanannya tinggi-tinggi seraya berteriak. Dengan ini pekerjaan pertama kami berdua akhirnya dimulai.