POV : Nadia
"Jadi ini yang namanya Guild Petualang?" Aku berdecak kagum saat melihat satu-satunya bangunan tiga lantai di desa ini. Walaupun rumah ini terlihat bobrok, tapi tetap saja ini adalah bangunan terbesar di Desa.
"Nadia, ayo masuk!" Ajak Lily.
Kemarin malam Lily mengatakan padaku kalau sebaiknya aku mendaftar juga di guild petualang agar aku mendapatkan kartu identitas. Kami sependapat untuk tidak membeberkan rahasia kalau aku adalah mahluk panggilan. Seperti yang di bilang Lily, tidak pernah ada mahluk panggilan berbentuk humanoid dan kalau pun ada maka itu adalah Iblis. Jadi dari pada di sebut Iblis, lebih baik kalau aku mendapatkan kartu identitas sebagai manusia untuk menegaskan kalau aku bukanlah Iblis.
Setelah masuk ke dalam gedung itu, ternyata tempat itu tak seramai yang aku kira. Di dalam sana ada banyak sekali kursi dan meja dan hampir tidak ada seorangpun yang mendudukinya. Aku hanya melihat sekitar delapan orang saja yang ada di ujung ruangan. delapan laki-laki yang menatap ke arah kami dengan muka masam.
Kenapa mereka?
Aku kembali menatap ke arah Lily yang berjalan ke sebuah sudut yang sepertinya adalah meja resepsionis. Di balik meja itu berdiri perempuan cantik di awal tiga puluh tahunan. Wajahnya benar-benar cantik dengan rambut peraknya yang di sanggul ke aras.
"Ah, Dek Lilyana, selamat pagi."
"Selamat pagi, Nona Reinee."
"Kamu kemana saja, beberapa hari ini tidak pernah muncul. Aku kira kamu sudah kembali ke Ibukota."
Ibukota?
"Ah, tidak mungkin. Buat apa saya di sana."
"Tidak, aku kira kamu kembali ke Party-Mu yang sebelumnya."
"Itu tidak mungkin terjadi." Jawab Lily dengan wajah muram.
Sebenarnya apa yang terjadi?
Kenapa Lily terlihat sedih seperti itu?
Apa terjadi sesuatu yang buruk sebelum dia memanggilku ke dunia ini?
"Ah, maaf saya tidak melihat anda, nona!" Perempuan resepsionis bernama Reinee itu langsung mengalihkan pandangannya padaku. Sepertinya dia sadar kalau dia terlalu menekan Lily sebelumnya dan memutuskan untuk mengalihkan perhatian Lily padaku.
"Oh, iya benar juga! Ini temanku namanya Nadia."
"Salam kenal!" aku menundukkan kepalaku untuk memberikan hormat pada Reina.
"Oh, manisnya. Berapa umurmu?"
Tiba-tiba membahas umur? Kenapa dia tidak sopan sekali?!
"Du-dua lima."
"Dua lima?! Maaf, saya kira umur kamu baru 15 tahun, habisnya muka dek Nadia ini kelihatan sangat muda."
Nggak, dia pasti melihat tinggi badanku bukan wajahku!
"Jadi, ada yang bisa saya bantu?" akhirnya waktu basa-basi telah usai, sekarang saatnya berbisnis.
"Nona Reina, saya ingin mendaftarkan Nadia di Guild Petualang, apa itu mungkin?"
"Tentu saja. Hanya saja biaya pendaftarannya 500 Gulden."
500 gulden itu berapa rupiah, ya?
Aku sekarang mulai penasaran dengan nominal uang di dunia ini.
"Baiklah, akan saya bayar! Selanjutnya..."
"Tunggu, Lily! Bukannya kamu bilang kalau uangmu sudah hampir habis?" aku mencoba menghentikan Lily untuk menggunakan uangnya.
"Tidak apa-apa, anggap saja ini sebagai uang modal." Selanjutnya Lily mulai berbisik di telingaku. "Aku 'kan walimu, jadi wajar kalau aku mengurus semua keuanganmu."
Aku hanya mengangguk pasrah.
"Kalau begitu Dek Nadia bisa mengisi formulir ini!"
Dia memberikan sebuah kertas padaku. Entah kenapa aku bisa membaca isi formulir itu dan di sana hanya berisi informasi pribadiku.
Aku mengisi kolom nama, umur dan tanggal lahirku. Aku mengisi kolom kampung halamanku dengan Celestia, nama ibu kota kerajaan Celestial. Aku mengisinya atas arahan dari Lily. Dia bilang kalau kota Celestia adalah tempat panti asuhannya berasal.
Selain itu aku harus menuliskan Job milikku. Di statusku di sana hanya bertuliskan 'Mahluk panggilan', jadi tidak mungkin aku menuliskan itu. Lily memberikan saran padaku untuk menulis Swordswomen saja di sana dan aku mengiyakannya. Jadi jobku saat ini adalah Swordswoman.
Setelah menyodorkan kembali formulir tersebut ke nona Reinee, dia memintaku untuk menunggu proses pembuatan kartu petualangku.
Sembari menunggu Lily menyarankan ku untuk mengikutinya ke dalam sebuah ruangan. Ruangan sebesar 3x3 meter itu cukup luas dan tak ada benda apapun selain batu besar di salah satu dinding ruangan itu.
"Benda apa itu?!" Tanyaku kagum.
"Itu adalah batu status, tempat kita melihat status kita."
"Batu status?" aku hanya bisa menatapnya aneh.
"Dengan alat sihir ini kita bisa melihat level dan atribut poin kita." Jelasnya dengan penuh semangat.
Kalau soal itu bukannya aku bisa dengan mudah melihatnya melalui Sistem Demon Eyes milikku?
Aku tidak tahu bagaimana cara kerja atau apa yang akan di tunjukan oleh benda ini, tapi tidak ada salahnya mencoba teknologi dari dunia ini.
"Baiklah, bagaimana caraku menggunakannya?"
"Gampang, kamu tinggal meletakan telapak tanganmu pada lingkaran di sana dan alirkan sedikit soul-mu."
"Gitu doang?"
"Ya, mudah 'kan?"
Sepertinya tidak terlalu sulit, jadi mari kita coba!
Pertama-tama letakan telapak tangan di atas lingkaran hitam, lalu alirkan mana.
Aku memusatkan semua mana-ku ke telapak tanganku dan berusaha mengalirkannya ke dalam lingkaran itu perlahan-lahan.
Terdengar suara berdering dan layar besar yang kulihat sebelumnya mulai menyala. Di sana ada beberapa tulisan yang menunjukan status milikku sama seperti panel status milikku.
[Status Bar | Nama : Nadia | Lv : 20 | Hp : 910 | Mp : 650 | Atk : 96 | Def : 86 | Spd 61 | Dex : 40 | MAtk : 76 | MDef : 68 | Lck : 18]
"Wah hebat! Kamu level 20!"
"Yah, begitulah..." malu-malu.
"Aku sebagai orang yang memanggil mu ke dunia ini merasa malu karena levelku lebih rendah 6 level darimu."
"Eh?" Lebih rendah katanya?
Jelas-jelas dari statusbar miliknya sekarang levelnya lebih besar dariku 4 level.
"Hey, Lily... Kapan terakhir kali kamu melihat status milikmu?"
"Eh, kalau tidak salah seminggu yang lalu, sebelum aku pergi dari Ibukota."
"Begitu rupanya..." Kemungkinan karena Sistem party milikku dia jadi mendapat exp tambahan saat aku mengalahkan jendral tengkorak kemarin. Karena dia hanya tidur kemarin dia tidak sadar kalau dia telah level up.
"Cobalah lihat statusmu sekarang!"
"Eh, memang ada apa? Apa kamu mau mentertawakanku?"
"Tidak, lihat saja dulu!" ucapku memaksa.
Akhirnya dia memutuskan untuk mendengarkan saran ku. Dengan malas dia menekan lingkaran hitam itu dengan telapak tangannya. Bersamaan dengan suara 'ting' status milik Lily terpampang dengan jelas.
[Status Bar | Nama : Lilyana Nevertari | Lv : 24 | Hp : 605 | Mp : 985 | Atk : 89 | Def : 68 | Spd 71 | Dex : 61 | MAtk : 103 | MDef : 84 | Lck : 331 ]
"Eh?"
Tunggu sebentar...
"HEEEEH?!"
Aku dan Lily berteriak bersamaan.
"Lily, Nadia, ada apa?" Nona Reinee dengan panik membuka pintu rungan tempat kemi berada.
"Ti-tidak ada apa-apa... Kami hanya terkejut." Jawab Lily.
"Yang benar?"
"Ya, tenang saja!"
Setelah itu Nona Reinee kembali menutup pintu itu kembali.
"Kenapa aku bisa naik sepuluh level? Padahal aku tidak ingat pernah mengalahkan satu monster pun." Lily mulai panik dan terkejut dengan statusnya sendiri.
"Memang naik level harus dengan cara mengalahkan monster?"
"Ya, tentu saja."
Mendengar pernyataannya itu aku langsung membuka informasi tentang sistem party.
[Sistem Party : Sistem yang membuat pemilik dapat memasukan seorang individu atau lebih kedalam grup party miliknya. Satu grup party berisi 2-6 orang termasuk pemilik sistem. Dalam sebuah party seluruh Exp di bagi rata kepada semua anggota party dan membagikan sistem yang di miliki oleh member party lain(dapat di sesuaikan oleh Pemilik Sistem).]
"Nadia kenapa dari tadi kamu melamun?"
"E-enh? Maaf, tunggu sebentar!"
Aku kembali membuka menu setting dan aku dapat melihat ada sebuah pengaturan HUD*(Head-up Display, antarmuka game yang banyak digunakan dalam game-game RPG.) di dalam menu setting ini. Kalau tidak salah dalam Game, setelan ini dapat membuat kita menyembunyikan atau menunjukan material informasi di layar. Aku membuat Lily dapat membuka dan melihat layar status miliknya sendiri.
"Nadia, kamu yakin gak apa-apa? Jangan bikin aku kha... Kyaah?!
Dia berteriak terkejut.
"Kenapa ada gambar wajahku di pojok kanan?" Lily kemungkinan sedang berusaha untuk mengenyahkan gambar wajahnya sendiri yang berada di samping lifebar miliknya.
"Eh?! Kotak apa ini?" Kembali dia terkejut.
"Itu status box milikmu."
"Status box?"
"Ya, di sana bertuliskan semua informasi tentangmu. Coba lihatlah!"
[Nama : Lilyana Nevertari | Umur : 21 | Lv : 24 | Ras : Manusia | Elemen Dasar : Air dan Cahaya | Job 1 : Priestess | Job 2 : Summoner | Hp : 605 | Mp : 985 | Atk : 89 | Def : 68 | Spd 71 | Dex : 61 | MAtk : 103 | MDef : 84 | Lck : 331 | Sistem : Sistem Panji Pahlawan (Tersembunyi), Sistem Lucky Seven(Tersembunyi), Sistem Sihir Mujarab (Tersembunyi), Sistem Kontrak Mahluk Panggilan, Sistem Pemanggilan Mahluk, Sistem Penguasaan Elemen Cahaya, Sistem Penguasaan Elemen Air, Sistem Penguasaan Sihir Suportif, Sistem Penguasaan Sihir Penyembuhan | Sistem Berbagi: Sistem 2x Exp, Sistem perkembangan 2x, Sistem belajar 2x, Sistem Penguasaan Elemen Api, Sistem Pertahanan Elemen Kegelapan | Exp : 949 | Next Exp : 251]
"Tunggu, sampai ke informasi tentang sistem kita juga?"
"Oh, iya aku juga penasaran tentang itu. Kenapa alat milik guild tidak bisa melihat sistem yang di miliki seseorang?"
"Sebenarnya untuk tahu sistem seseorang, kita perlu bertanya pada para Penilai Agung atau Oracle. Mereka di katakan dapat mendengar suara Dewa dan Dewa yang mereka panggil akan membocorkan sistem apa saja yang dimiliki oleh seseorang."
"Benar kah?"
"Ya, kita harus membayar 5.000.000 Gulden untuk sekali konsultasi."
"Apa lima juta gulden itu uang yang sangat banyak?"
"Banyak lah! Sekarang kita analogikan, makanan termurah di penginapan adalah sate ati ampela. Satu tusuk sate harganya 30 Gulden, coba bayangkan berapa banyak sate ati ampela yang bisa kita beli dengan uang lima juta gulden?"
"Eh, aku tidak yakin, tapi itu sangat banyak..."
"Itu sekitar lebih dari enam puluh ribu tusuk!"
"Eh? Kenapa kamu harus mengitungnya?"
Tak lama Lily kembali sudah tenang dan bicara lebih lembut dari sebelumnya.
"Sekarang, kenapa aku bisa melihat statusbox dan informasi sistem milikmu sendiri?"
"Oh, untuk alasan itu..."
Aku membuka statusbox milikku dan menunjukannya pada Lily.
[Nama : Nadia| Lv : 20 | Ras : Majin | Elemen Dasar : Api dan Kegelapan | Job 1 : Mahluk Panggilan | Job 2 : Belum diputuskan | Hp : 910 | Mp : 650 | Atk : 108(+10) | Def : 99(+13) | Spd 68(+7) | Dex : 48(+8) | MAtk : 76 | MDef : 68 | Lck : 18 | Sistem : Sistem Demon Eyes, Sistem Demon Mind, Sistem 2x Exp, Sistem perkembangan 2x, Sistem belajar 2x, Sistem Kontrak Mahluk Panggilan, Sistem Party, Sistem Itembox, Sistem Penguasaan Elemen Api, Sistem Penguasaan Elemen Kegelapan, Sistem Pendekar Pedang(Baru) | Sistem Berbagi: Sistem Pertahanan Elemen Air, Sistem Pertahanan Elemen Cahaya | Exp : 2134 | Next Exp : 266]
"Tunggu dulu Nadia... Apa-apaan sistem yang mengerikan ini?" Lily berkata sambil bergidik ketakutan saat melihat layar status milikku.
Kenapa dia seterkejut itu?