Chereads / My Familiar Is The Strongest In The World (Webnovel Indonesia) / Chapter 10 - Chapter 10 : Ayo Tidur Bersama!

Chapter 10 - Chapter 10 : Ayo Tidur Bersama!

POV : Nadia

Apa yang harus aku lakukan sekarang?

Aku sekarang sedang berada di dalam ruangan penginapan yang di sewa oleh Lily. Dengan kata lain aku sedang di ruangan hotel bersama seorang gadis cantik.

"Tunggu, aku juga sekarang seorang wanita jadi tidak masalah!" aku bergumam.

"Tidak! Tidak! Itu tetap saja masalah!"

Masalah terbesarnya di sini adalah, kenapa hanya ada satu tempat tidur saja di sini? Juga tempat tidur yang sedang aku duduki ini hanya muat satu orang saja.

"Ah, mungkin untukku dan Lily yang memiliki badan kecil mungkin akan masuk, meski harus saling dempet-dempetan."

Lily mengatakan sebelumnya kalau uangnya sudah terkuras banyak karena membeli perlengkapan ku dan juga peralatan miliknya, jadi dia tidak mampu untuk menyewa kamar lain. Tahu begitu aku tidak akan membiarkannya membelikan perlengkapan untukku.

Aku mencoba merebahkan badanku di atas kasur dan berpikir jernih.

...

"Nggak bisa!"

Aku bisa mencium aroma wangi perempuan dari kasur yang ada di ruangan ini. Sepertinya ini adalah aroma tubuh dan keringat Lily yang masih tertinggal.

Gawat, bagaimana aku bisa berpikir jernih kalau begini. Bagaimanapun aku sebelumnya adalah pria, mendapatkan rangsangan seperti ini membuatku tidak dapat berpikir hal lain selain hal yang berbau dewasa.

Aku mulai duduk di atas lantai dan menjauhi kasur untuk saat ini.

"Nadia, aku sudah selesai sekarang giliranmu!" Lily keluar dari dalam kamar mandi hanya mengenakan sehelai handuk.

PEMANDANGAN EROTIS MACAM APA ITU?!

Karena baju biarawati yang di kenakan sebelumnya cukup oversize aku tidak menyangka kalau dia memiliki proporsi tubuh yang bagus. Tubuhnya yang langsing dan tinggi melekuk di beberapa sisi dan tampak indah seperti patung aprhodite. Pokoknya dia sangat seksi saat ini.

Tenanglah, Nadia! Kau juga seorang wanita!

Aku mencoba meyakinkan diriku sendiri bahwa aku seorang wanita sekarang.

"Aku sudah menyiapkan handuk dan juga air panas, jadi kamu hanya tinggal membasuh badan mu." ucapnya tanpa basa-basi.

"Ba-baiklah..." Aku berjalan perlahan dan mencoba untuk tidak memandangnya secara langsung.

Setelah aku masuk ke dalam kamar mandi aku langsung mengunci pintu tersebut. Terlihat di dalam ruangan itu ada sebuah bathtub yang cukup besar yang mungkin cukup untuk dua orang.

"Sepertinya penginapan ini bukanlah penginapan yang murah." aku berkomentar.

Lily benar-benar tidak memikirkan keadaan keuangannya. Kenapa dia harus menginap di ruangan mahal seperti ini?

Aku terkesan dengan teknologi di dunia ini. Sepertinya sabun dan sampo sudah ditemukan di dunia ini dan aku sangat bersyukur dengan itu. Kalau begini aku tidak perlu khawatir tentang kebersihan.

Selain itu ada juga toilet duduk di dunia ini. Sungguh sangat praktis sekali dunia ini.

Setelah menanggalkan semua bajuku aku-pun langsung berjalan ke arah bathtub. Saat berjalan melewati sebuah cermin...

"Kyaaa!" Aku berteriak dengan suara yang sangat feminim saat melihat ada seorang wanita telanjang.

Tunggu, itu tubuhku sendiri kenapa aku harus kaget!?

"Nadia ada apa?!" Lily berteriak panik.

"Tidak ada apa-apa, aku cuman sedikit kaget!"

"Yang benar?"

"Ya, tenang saja!"

Setelah itu aku dapat mendengar suara Lily menjauh dari pintu kamar mandi.

Syukurlah...

Tapi kalau ku lihat lagi, tubuh Nadia tidak kalah dengan Lily, malah aku merasa Nadia lebih seksi. Tubuh ini lebih kecil dari tubuhku sebelumnya, tidak ada otot yang terlalu menonjol hanya dua buah bukit yang besar dan lekukan pinggul yang proposional.

Gawat!

Bagaimana bisa aku terangsang dengan tubuhku sendiri!?

Sepertinya aku memang harus segera menyelesaikan urusanku sebelum semuanya tambah rumit!

Tanpa sengaja mataku memperhatikan selangkanganku yang terpantul di cermin.

"Apa aku boleh menyentuhnya?"

~*~*~

A-aku melakukannya...

Aku keluar dari kamar mandi dengan penuh penyesalan.

"Apa kamu sudah selesai?" Lily bertanya padaku setelah aku keluar dari kamar mandi hanya dengan sehelai handuk sepertinya.

"Ya."

"Kamu lama sekali, apa kamu ketiduran?"

"Se-sepertinya begitu..."

"Awas kamu nanti masuk angin loh!"

"I-iya aku mengerti..."

Aku tidak bisa mengatakan apa yang tadi aku lakukan di kamar mandi barusan.

"Kalo gitu, aku udah siapin piyama di meja." Dia menunjuk ke arah meja tak jauh dari tempat tidur.

Aku mendekati piyama yang terlipat di atas meja itu. Piyama itu berwarna kuning dengan motif nanas di seluruh bahan pakaian tersebut. Serius, apa di sini ada nanas? Aku ingin mencobanya!

Sebelum aku memakainya, aku sempat melihat ke arah Lily yang sedang duduk dengan santai menyamping dariku. Dia memakai satu set piyama berwarna ungu dengan motif seperti anggur atau semacam buah berry aku tidak mengerti, tapi itu terlihat sangat imut.

'Sepertinya Lily suka buah-buahan.' Pikirku.

Kulihat juga dia meng-gelung rambutnya ke atas dan menunjukan tengkuknya yang putih dan sedikit rambut-rambut tipis. Selain itu karena tubuhnya sedikit membungkuk, aku dapat hampir dapat melihat apa yang ada di balik kemeja piyama yang di kenakan olehnya.

Dia gak pakai apa-apa di balik piyamanya...

Gawat, aku tidak boleh melihat itu!

Aku memalingkan wajahku.

"Nadia, ada apa? Apa kamu tidak suka dengan piyama itu?"

"A-ah, enggak juga... Aku cuman..."

"Itu baju piyama yang aku beli beberapa bulan yang lalu dan sudah terlalu kekecilan untukku. Aku pikir itu masih pas untukmu karena badanmu agak sedikit kecil."

"Agak sedikit?" Aku memicingkan mataku sebagai ekspresi kesalku padanya.

"Ma-maksudku, aku pikir itu terlalu kekanakan untuk Nadia yang sudah agak dewasa."

"Huh, 'agak dewasa'?" entah kenapa dia semakin terasa mengesalkan.

"Ti-tidak bukan itu, maksudku... MAAF!" Dia meminta maaf dengan menempelkan kedua telapak tanganya di depan wajahnya.

"Haah, sudahlah. Aku tidak terlalu memikirkannya. Lagipula, sepertinya kamu suka dengan motif buah-buahan ya?" Aku mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Ah, itu... Maaf kalau seleraku agak sedikit kekanak-kanakan."

"Aku nggak berpikir kalau ini terlalu kekanakan. Aku malah mikir kalau kamu itu imut."

Aku mencoba tersenyum kearahnya seraya memujinya dengan sebuah pujian tulus. Bukan hanya seleranya yang imut, aku pikir Lily sendiri adalah pribadi yang imut jadi aku tidak masalah dengan baju yang akan aku pakai sekarang.

"I-imut?!" Dia tersentak seperti terkena sengatan listrik.

"Kalo gitu, aku permisi buat pergi ganti baju di kamar mandi."

"Ke kamar mandi? Kenapa? Bukannya pakai di sini lebih cepat?"

"Di sini?!"

"Ya, kenapa kamu panik?"

"Ng-nggak, aku cuman gak biasa telanjang sambil dilihatin orang."

"Kalau begitu aku akan menghadap ke belakang."

"O-oh, okey..."

Aku mulai mengambil piyama yang dia sediakan. Seperti yang ku duga, hanya ada celana dalam dan dia tidak memberikanku bra sama sekali. Sepertinya para perempuan memang tidak pernah memakai bra waktu tidur.

Benar juga, saat tidak tidur saja rasanya sangat sesak, apa lagi waktu tidur. Pasti sangat tidak nyaman memakainya semalaman.

"JANGAN NGINTIP!" Aku melihat Lily melirik ke arahku yang sedang memakai celana dalam.

"Ma-maaf! Karena Nadia bilang telanjang, aku jadi ingin melihat tubuh Nadia sekali saja."

"Hah? Kamu bilang apa? Emang kamu semesum itu, huh?"

"Me-mesum? Aku gak mesum! Lagipula kita sama-sama perempuan jadi tidak masalah 'kan?"

"Itu masalah buat aku!"

"Emang apa masalahnya?"

"Ya, ada, lah..."

"Lihat 'kan? Kamu gak bisa jawab, jadi gak ada masalah 'kan?"

Sialan gadis ini...

"Aku gak bisa pake baju di depan kamu, karena gak tahu kenapa aku mikir kalau aku lagi di lihatin sama om-om mesum."

"Om-om mesum? Apa itu?"

"Pokoknya aku gak suka di lihatin kayak gitu. Sekarang balik badan!"

"Ya, ya... Aku balik badan." Dengan kesal Lily yang sedang duduk di atas kasur berbalik menghadap tembok.

"Si Lily ini, dasar..."

Akhirnya lima menit kemudian aku berhasil memakai piyama itu.

"Aku sudah selesai."

Lily mulai membalikan badannya dan terlihat wajahnya tampak kesal untuk beberapa saat sampai...

"IMUUTNYA!!" Dia berteriak kegirangan sambil setengah melompat saat melihatku. Dari wajahnya aku tahu kalau dia saat ini sedang sangat senang sampai mencapai langit ke tujuh.

"A-apa aku seimut itu?"

"TENTU SAJA! Nadia adalah mahluk paling imut sedunia!"

"NGGAK PERLU SAMPE SEDUNIA JUGA 'KAN?!"

"Pokoknya Nadia itu imut!"

"Ya, ya, aku tahu. Jadi berhenti memandangiku."

"Eh, kenapa? Apa kamu sebegitunya tidak ingin dilihat olehku?"

"Nggak. Aku cuman sedikit malu doang. Aku gak keberatan dilihatin sama kamu, tapi kalo terlalu lama aku malu juga."

"Oke, maaf, maaf. Kalo gitu duduk di sini! Ada yang ingin aku katakan." Dia menepuk-nepuk kasur tepat di sebelanya. Tanpa kuduga aku menurut padanya dan duduk di sampingnya.

"Jadi ada apa?" Aku mencoba membuka pembicaraan.

"Ini tentangmu."

"Tentangku?"

"Ya, seperti yang kubilang sebelumnya. Aku tidak bisa bilang kalau kamu adalah Familiarku di depan umum."

"Oh-ya, emang kenapa?"

"Soalnya setahuku tidak ada familiar yang memiliki bentuk humanoid."

"Hah? Maksudmu?"

"Seharusnya yang bisa di panggil oleh summoner hanyalah monster, jadi tidak mungkin sosok humanoid sepertimu akan muncul. Satu-satunya monster yang memiliki ciri humanoid adalah... Ras Iblis."

Iblis katanya? Bukannya itu adalah monster jahat? Kenapa dia berpikir seperti itu? Apa itu artinya sosok keberadaanku hampir setara dengan iblis di dunia ini? Jadi dimata orang awam aku kemungkinan bisa di anggap sebagai iblis.

"Apa itu sebabnya kamu bertanya apa ras-ku sebelumnya?"

"Ya, untuk memastikan."

"Tapi aku bilang kalau aku ini Majin 'kan?"

"Ya, tapi aku tidak pernah menemukan informasi tentang ras majin sebelumnya, jadi aku agak sedikit..."

Aku mengerti yang dia rasakan, dia pasti sedang bimbang saat ini. Dia pasti merasa bersalah karena memanggilku mahluk panggilan yang tidak bisa diidentifikasi dan tidak diketahui apa maksud keberadaannya. Bagaimanapun karena keberadaanku yang bisa di setarakan dengan Iblis, aku mungkin bisa menjadi ancaman untuk umat manusia.

Untuk itu, aku harus menegaskan posisiku.

"...Tenang saja, aku berjanji pada Lily kalau aku tidak akan melakukan hal buruk. Aku juga akan mendengarkan dan melindungi Lily sampai aku mati!"

Aku menyodorkan jari kelingkingku pada Lily.

Dia tersenyum untuk beberapa saat dengan airmata di ujung matanya tanda sepertinya sudah merasa lega dengan jawabnku. Lily mengaitkan kelingkingnya pada kelingkingku.

"Ya, mohon jaga aku! Oh, tapi jangan sampai mati!"

"Oke, baiklah..."

Kami tersenyum bersama-sama dan berjanji untuk saling menjaga satu sama lain.

"Ngomong-ngomong aku memanggilmu dengan ritual yang sama seperti ritual pemanggilan pahlawan dari dunia lain. Jadi tidak mungkin kalau kamu adalah Iblis."

"Benarkah?"

"Ya, karena Pahlawan dan Iblis adalah dua poros yang saling bertentangan, jadi kamu tidak mungkin Iblis."

"Ya, sepertinya begitu." Aku tidak tahu harus menjawab apa, jadi aku hanya mengiyakan pernyataannya tadi.

"Kalau begitu, ayo kita tidur! Besok kita harus mencari uang untuk biaya kita hidup."

"Oh, benar juga! Kita harus kerja!"

Walaupun aku berkata penuh semangat sebelumnya, beberapa menit kemudian aku menyesalinya. Aku tidak menyangka kalau aku akan tidur bersama dengannya di atas kasur yang sama dan di dalam selimut yang sama pula. Dia terus memelukku sepanjang malam dan membuatku tidak bisa tertidur.

Sungguh, aku sekarang berharap kalau aku laki-laki agar dia semenempel ini denganku...