Chereads / My Familiar Is The Strongest In The World (Webnovel Indonesia) / Chapter 8 - Chapter 8 : Masterku, Priestess Lily!

Chapter 8 - Chapter 8 : Masterku, Priestess Lily!

POV : ???

Setelah mengalahkan .

Sepanjang perjalanan kembali ke ruangan awal aku tidak menemukan satupun monster tengkorak, mungkin aku tadi terlalu berlebihan membantai mereka. Atau mungkin karena boss tengkorak berhasil aku kalahkan. Biasanya di dalam game bertema dugeon kalau kita mengalahkan boss maka otomatis monster lain di dalam dugeon juga akan menghilang dan lalu kembali bermunculan setelah Boss monster hidup kembali.

Kita simpulkan saja seperti itu untuk saat ini.

Karena tidak ada satupun musuh yang mengganggu perjalananku, aku-pun tiba lebih cepat dari yang ku perkirakan.

"Dia masih di sini!"

Mau sampai kapan dia tidur di tempat seperti ini?

Aku mendekat ke arahnya dan berjongkok di sampingnya. Perlahan aku memutar tubuhnya hingga dia kini tidur terlentang.

Kali ini aku bisa melihat wajah putihnya. Dia terlihat seperti blasteran barat dengan hidung mancung dan bibir yang tipis. Selain itu mukanya sangat kecil sehingga membuatku ingin meremas-remasnya saking gregetnya.

Tubuhnya cukup tinggi, mungkin lebih dari 160cm dengan kaki panjang yang terlihat menarik di balik rok panjangnya. Selain itu buah dada dibalik bajunya tampak menyembul. Dia memang tidak sebesar milikku, tapi ukurannya pas di genggaman tanganku.

Tunggu, apa yang sebenarnya aku bayangkan?

"Open Status – Lilyana!"

[Nama : Lilyana Nevertari | Umur : 21 | Lv : 24 | Ras : Manusia | E605lemen Dasar : Air dan Cahaya | Job 1 : Priestess | Job 2 : Summoner | Hp : 605 | Mp : 1020(+200) | Atk : 89| Def : 83(+15) | Spd 74 | Dex : 77 | MAtk : 103 | MDef : 99(+15) | Lck : 331 | Sistem : Sistem Panji Pahlawan (Tersembunyi), Sistem Lucky Seven(Tersembunyi), Sistem Sihir Mujarab (Tersembunyi), Sistem Kontrak Mahluk Panggilan, Sistem Pemanggilan Mahluk, Sistem Penguasaan Elemen Cahaya, Sistem Penguasaan Elemen Air, Sistem Penguasaan Sihir Suportif, Sistem Penguasaan Sihir Penyembuhan | Sistem Berbagi: Sistem 2x Exp, Sistem perkembangan 2x, Sistem belajar 2x, Sistem Penguasaan Elemen Api, Sistem Pertahanan Elemen Kegelapan | Exp : 949 | Next Exp : 251]

Dari statusnya aku bisa tahu kalau namanya adalah Liliyana, umur 21 tahun dan levelnya 24.

Level 24? Seingat ku levelnya sebelumnya hanya belasan. Sudahlah, mungkin aku salah lihat.

Aku mulai duduk di sampingnya.

Kalau kulihat berulang kali ternyata wajahnya tampak sangat menarik. Dia benar-benar 100% tipeku. Bagian yang paling menarik darinya adalah bibir tipisnya yang berwarna merah jambu. Karena sepertinya dia tidak mengenakan makeup apapun jadi warna bibirnya memang secantik ini sejak awal.

Kalau tidak salah, bibir itu juga sebelumnya mengecup bibirku. Aku masih merasakan sensasi kelembutan dan kehangatan bibir itu.

Aku ingin menciumnya lagi!

"...Tungu! Gue mau ngapain?! Kenapa gue mikir buat nyerang cewek yang gak berdaya!?"

Benar, menyerang seseorang yang tidak sadarkan diri adalah perbuatan yang salah. Tidak jantan sama sekali.

"Tapi, kalau sekali aja gak apa-apa kali..."

Tanpa sadar aku mulai mendekati wajahnya yang cantik. Aku sampai bisa merasakan hembusan nafasnya yang membelai wajahku dengan kehangatannya.

Sedikit lagi...

Baru saja bibirku akan menyentuh bibirnya, tiba-tiba mata gadis itu terbuka.

"Uwaaah?!" Aku yang panik langsung melompat kebelakang dan terjatuh cukup keras.

"Sudah berapa lama aku tidur?" itulah yang dia katakan pertama kali.

"A-aku kurang yakin, tapi mungkin... 3 jam?"

"3 Jam?"

Dia mengucek matanya beberapa kali sambil melihatku. Mungkin karena baru bangun, jadi matanya kurang bisa melihat dengan jelas.

"Kamu..."

"Y-ya?"

"...Familiar-ku 'kan?"

"Familiar?"

"Ya, mahluk panggilan..."

"Sepertinya begitu." Kurang yakin.

"Jadi, kamu itu mahluk apa?"

"Kalau ditanya aku apa, aku juga tidak tahu."

"Tidak tahu? Kamu tidak tahu ras apa kamu?"

"Ras? Kalau menurut informasi ras-ku itu seharusnya Majin."

"Majin? Ras apa itu?"

"Kalau kamu tanya begitu, aku juga sebenarnya tidak tahu apa itu majin."

"Begitu ya? Kalau begitu, boleh ku tahu namamu?"

"Nama?!" Dengan tubuh perempuan seperti ini mana mungkin aku bilang kalau namaku Rivan. Di dalam informasi statusku pun hanya tertulis ??, jadi aku tidak punya nama saat ini.

"...Sebenarnya aku tidak punya nama."

"Tidak punya? Terus kamu mau dipanggil apa?"

"Tunggu, bukannya kamu yang harusnya memberiku nama?"

"Benarkah? Tapi aku ingin kamu yang menamai dirimu sendiri, karena aku tidak mau kamu nanti tidak senang dengan nama yang aku berikan."

Tiba-tiba aku teringat pantulan bayanganku di kolam sebelumnya.

"Ka-kalau begitu, kamu bisa panggil aku Nadia."

"Nadia, nama yang cantik."

"Te-terima kasih..." Malu-malu.

"Kalau begitu, salam kenal namaku Liliyana Nevertari, seorang priestess sekaligus seorang Summoner!" Dia menjulurkan tangan kanannya sambil tersenyum dengan manisnya.

"A-ah, iya sama-sama."

Kami saling bersalaman dan menukar senyuman. Ini kali pertama aku menggenggam tangan seorang wanita cantik. Tangannya sangat halus dan hangat rasanya aku tidak ingin melepaskannya.

Dan begitulah perkenalan pertamaku dengan Master-ku Lilyana. Aku tidak terlalu mengerti, tapi sepertinya dialah yang memanggilku ke Dunia ini. Untuk alasan kenapa dia memanggilkupun aku masih belum tahu, mungkin aku harus menanyakan itu nanti.

"Ngomong-ngomong, kamu lihat kaca mataku?" Lilyana tiba-tiba saja bertanya seperti itu.

"Kaca mata?"

Dia terlihat seperti sedang mencari sesuatu di lantai. Dia memicingkan matanya untuk melihat lebih fokus. Sepertinya dia memang tidak bisa melihat dengan baik.

Aku putuskan untuk mencari kacamatanya.

ternyata kaca matanya tergeletak tak jauh dari tempat dia pingsan sebelumnya.

"Ini punyamu?" Aku langsung memberikan kaca mata itu padanya.

"Ah, terima kasih!"

Setelah dia mendapatkan kacamata itu, dia langsung saja memakainya tanpa membuang banyak waktu. Saat dia memakai kacamata, aku baru sadar kalau dia menjadi lebih cantik dari sebelumnya. Dia terlihat seperti seorang perempuan yang pintar.

Wajah putih seperti orang barat dengan bibir tipis, rambut berwarna biru Aqua dan kacamata yang membuatnya terlihat pintar. Dia terlihat seperti seperti perempuan yang bisa dipercaya.

"Oh, aku bisa melihat dengan jelas sekarang." Setelah berkata seperti itu, dia lalu menatap ke arahku lebih intens.

"Ada apa?"

"Ti-tidak, aku hanya terkejut kamu ternyata cantik."

"Ca-cantik?! Tidak-tidak, aku tidak cantik sama sekali!"

"Tidak tidak, wajahmu itu kecil sekali dan sangat imut. Kulit kecoklatan mu itu terlihat sangat eksotis dan rambut pendek mu itu membuatmu lebuh imut. Jadi intinya kamu imut!"

"I-imut?!" Tidak hanya di bilang cantik tapi aku juga imut. Karena wajah ini, aku yang harusnya seorang laki-laki entah kenapa merasa sangat senang dan malu di saat yang sama. "Tidak tidak! Lily lebih imut dan juga lebih cantik dariku, jangan terlalu melebih-lebihkan!"

"Aku tidak melebih-lebihkan, kamu memang cantik! Dibanding aku yang aneh ini..." jawabnya tampak tak semangat.

"Aneh? Aneh apanya? Tidak ada yang aneh dengan penampilan Lily!"

"Tidak, Nadia! seseorang yang mengenakan kacamata sepertiku itu tidak menarik sama sekali."

"Eh kenapa? Kamu tampak seksi dengan kaca mata itu!"

"Seksi?!"

"Ah?!" Gawat, aku salah bicara!

"A-aku gak seksi sama sekali. Lagi pula di sini seseorang yang memakai kacamata itu dianggap tidak menarik."

"Kenapa begitu?"

"Karena aku tidak bisa melihat lebih baik dari yang lain. Di kerajaan ini, seseorang yang tidak bisa melihat dengan baik dianggap sebagai kecacatan." jawabnya dengan muka masam.

"Mereka yang bilang Lily cacat? Bukannya rabun itu bawaan lahir?"

"Semua orang di dunia ini diberkahi dengan penglihatan yang baik. Itu adalah berkah yang diberikan oleh sang Dewi, tapi karena sebuah insiden kecelakaan sihir sewaktu aku masih kecil, mataku menjadi tidak bisa melihat dengan baik."

"Kecelakaan?"

"Ya, karena kecelakaan itulah soul yang menuju ke area mataku menjadi terganggu dan penglihatan-ku tidak bisa untuk di sembuhkan bahkan oleh sihir kuat sekalipun."

"Itu sangat menyedihkan..."

"Tidak apa-apa, lagi pula aku tidak terlalu memperdulikannya. Yang lebih aku pedulikan adalah, karena kacamata ini aku jadi tidak bisa mendapatkan pacar ataupun suami padahal umurku sudah sangat tua."

Kenapa dia jadi komplain tentang hubungan percintaannya?

"Tua? Memang berapa umurmu saat ini? Kamu masih terlihat muda untukku."

"Tidak, umurku sudah 21 tahun. Umurku sudah terlalu tua untuk pernikahan."

Aku sebenarnya sudah tahu, tapi... It's real, bro? Dia bilang umur 21 itu terlalu tua untuk menikah?

"21?! Umurku saja udah 25, kenapa kamu merasa kalau kamu sudah tua!?"

"Eh? Nadia sudah berumur 25? Aku kira kamu baru 15 tahunan!"

"15? Kamu pasti mengejek tinggi ku 'kan?"

"Tidak, tidak! Maksudku, Nadia terlihat sangat muda dan imut!"

"Lily yang lebih muda dan lebih imut dariku tidak seharusnya bicara seperti itu!"

"Tidak, kamu lebih lebih cantik, Nadia! Setidaknya tubuhmu itu mampu untuk menarik perhatian para pria."

"U-uwaaah?!" Aku langsung mencoba menutupi sebagian badanku dengan kedua lenganku. "A-apa yang kamu bilang tadi? Itu serem banget!"

Begitu aku bicara seperti itu, wajahnya langsung berubah menjadi pucat.

"...Karena kamu bilang seperti itu, aku juga jadi merasa ngeri."

"Hmm! Hmm!" Mengangguk tak terkontrol.

Gruu!

"Eh?!"

Tiba-tiba saja perutku keroncongan dan menimbulkan bunyi yang sangat nyaring. Tak tahu kenapa aku menjadi merasa malu karena perutku bunyi, padahal dulu aku tidak pernah merasa seperti ini.