Chereads / Let me be carefree, please / Chapter 22 - Abrupt Sixen

Chapter 22 - Abrupt Sixen

Eideth berlari lebih dulu ke desa goblin diikuti Gobbi dan teman-temannya dibelakang. Ia menuruni bukit itu secepat yang Ia bisa dan lari melewati hutan. Jika yang Ia takuti benar, Desa Goblin dalam bahaya. Eideth menggunakan pergerakan kaki yang sudah latihnya selama bertahun-tahun untuk lantai hutan yang dipenuhi akar pohon licin dengan mudah. "Linzel apa sudah siap" tanya Eideth.

[Linzel berkata Ia butuh sedikit waktu] tulisnya. Sebelum menuruni bukit, Eideth mengeluarkan ponselnya dan segera memfoto panorama itu dan mengunggahnya ke sosial media, Ia menelpon Linzel memberinya perintah darurat. "Tolong segera mengerjakannya sekarang, kumohon, nyawa bisa terancam" pintanya memohon, sedikit melukai harga dirinya saat melakukan itu. "Tapi nyawa lebih penting" ujarnya pada diri sendiri memberi alasan. Sekarang yang bisa Ia lakukan adalah memanfaatkan waktu sebaik mungkin. 

Eideth sampai di Desa Goblin, untungnya belum terjadi apa-apa, namun semuanya panik ketakutan karena ledakan tadi. Eideth memakai cantrip miliknya [Minor Illusion] untuk membuat teriakan keras yang terdengar oleh semua orang. "Goblin semuanya, cepat evakuasi diri kedalam tambang, sekarang" teriakan dengan suara Eideth terdengar keras, Eideth juga mengulangi kalimat tersebut dengan suara Gobbi. 

Ia menghitung semua goblin agar tidak kehilangan satupun dan seperti dugaannya, ada satu yang kurang. Eideth segera mencari disetiap sudut hingga menemukannya, seorang goblin terlihat tengah mengumpulkan sebanyak makanan yang Ia bisa. Eideth mengenali goblin itu, si goblin yang bertugas sebagai koki untuk satu desa. "Apa yang kamu lakukan disitu, cepat pergi ke tambang" teriaknya. "Tapi semua makanan ini" jawabnya bimbang, Eideth bisa melihat goblin itu akan berpikir panjang jadi Ia memberinya bantuan. Eideth membawa semua makanan yang mampu Ia bawa dan menaruh goblin itu dipundaknya.

"Andai saja Aku punya tas dimensi" gerutu Eideth selagi keluar dengan tas penuh makanan. Ia keluar dari dengan goblin di pundaknya dan berlari kembali ke tambang. Ia menyuruh goblin itu untuk berpegangan yang kuat karena Eideth akan berlari sekuat tenaga. "Matikan Talent" sesuai perintahnya, Talent Eideth dinonaktifkan dan Ia kembali ke kondisi tubuhnya yang dulu tak terhalang oleh aturan TTRPG. Ia berlari dengan kencang seperti angin melewati pohon-pohon dan menuju bukit. 

Sesampai di bukit, Gobbi telah mengamankan semua goblin ke dalam tambang, Ia juga sudah menyiapkan batu besar untuk menutup mulut gua sesuai perintah Eideth. Tubuh Eideth hampir pada batasnya, kakinya terasa ingin meledak karena terlalu banyak memakai teknik [Explode] yang diajari Vinesa. "Sial, Aku kurang latihan" gerutunya. 

"Eideth semua goblin sudah didalam, ayo cepat masuk, agar kita menutup pintu guanya" ajak Gobbi. Eideth menggelengkan kepalanya sambil terengah-engah. "Kalian masuk saja, Aku masih perlu pergi keluar" jawabnya. "Apa, Eideth jangan bercanda" ujar Gobbi, "Aku serius, Aku harus membantu yang lain, kalian sembunyi disini saja dan jangan kemana-mana, jika makhluk yang Aku jelaskan datang, tutup guanya" kata Eideth sebelum Ia berlari kembali ke dalam hutan. "Eideth…" teriak Gobbi putus asa tak bisa menhentikan penyelamatnya. Goblin lain mengingatkan dirinya untuk tetap didalam gua, seperti perintah Eideth, tak ada yang bisa mereka lakukan selain berharap padanya.

Eideth mengaktifkan kembali Talent miliknya, karena Ia memerlukannya untuk rencananya selanjutnya. [Talent diaktifkan] tulis layar status. Eideth tak henti-henti berlari walau kehabisan nafas karena Ia harus melakukan sesuatu terhadap ini. Ia mengikuti tanda yang Ia buat dan menuju sarang manusia serigala.

Sesampai disana, sarang mereka sudah hancur, Eideth melihat tumpahan darah ditanah tanda pertarungan terjadi. Eideth mengikuti jejak yang mereka tinggalkan dan mendapati kawanan serigala terkepung oleh para aether. Eideth menghunuskan kedua senjatanya dan melompat masuk ke dalam pertarungan. 

Kawanan manusia serigala itu terkejut namun menerima bantuan Eideth dengan senang hati. Mereka sedikit lemah karena tidak bisa berubah ke wujud serigala mereka di siang hari, kekuatan mereka seperti manusia biasa pada umumnya. Eideth dengan cepat mengaktifkan [Rage] miliknya dan menghadapi para aether tanpa memakai baju. Eideth bertarung sebaik yang Ia bisa sambil menaikkan pertahanannya, walau [Rage] memberinya daya tahan menghadapi serangan fisik, Ia tak ingin terluka sedikitpun kalau bisa.

Kawanan serigala juga membantunya membuat perlawanan balik mereka berhasil mengalahkan Aether itu tanpa mengalami luka berat. Pertarungan selesai dengan cepat berkat kerja sama mereka, ketua kawanan menghampiri Eideth dan berterima kasih. "Terima kasih manusia, kami tidak bisa melakukannya tanpamu, kamu pasti sudah tahu kalau para betina sedang mengandung jadi mereka lebih lemah, kami akan kewalahan tanpamu" ujarnya. "Tak perlu berterima kasih karena ini belum selesai" kata-kata Eideth berhenti begitu mendengar suara langkah kaki mendekati mereka.

Eideth menunjuk ke sebuah tempat dan menyuruh kawanan itu untuk pergi ke sana, Ia berniat memancing para aether ke tempat lain. "Manusia, tunggu, Aku tahu ini genting tapi bisakah kamu membantu para peri juga" pinta pemimpin kawanan. Telinga Eideth gatal mendengarnya dan meminta mereka untuk mengatakannya kembali. "Aku bilang, bisakah Kamu membantu para peri juga" mintanya tanpa malu. Eideth sedikit kesal namun mengingat ini darurat, apalagi Ia sudah berniat menyelamatkan orang sebanyak mungkin, membuatnya sulit menolak. Eideth meminta arahan dimana Ia bisa menemukan para peri itu dan segera pergi, Ia menambah pesan miliknya agar memperhatikan tanda besar dilangit untuk manusia serigala ikuti.

Mau tak mau mereka pun pergi, kawanan serigala itu mengikuti arahan Eideth dan melihat tanda yang Ia tinggalkan. Kawanan itupun menemukan tambang gua yang Eideth maksud, disana pintu gua hampir tertutup dan terlihat beberapa kepala goblin mengintip keluar. Kawanan manusia serigala itu sedikit malu-malu untuk meminta izin, "bisakah kami masuk" tanya mereka. 

Para goblin ketakutan menyadari mereka adalah kawanan manusia serigala yang dibicarakan namun Gobbi menenangkan yang lain. "Semuanya jangan takut, mereka ini teman Eideth, mereka adalah teman kita juga, kita juga harus membantu mereka" ujarnya menenangkan para goblin. Para goblin membuka celah masuk itu lebih lebar agar kawanan manusia serigala itu bisa masuk. Pemimpin kawanan itu menundukkan kepalanya berterima kasih atas keramahan para goblin yang menampung mereka. "Tidak perlu berterima kasih, kami senang membantu teman" jawab Gobbi.

Disisi lain hutan, Eideth berlarian seperti orang gila kesana kemari, menerima permintaan tolong dari orang-orang. Setibanya Ia di tempat persembunyian para peri, pertarungan pecah dan Ia harus ikut campur sekali lagi. Para peri waspada dengan kedatangannya namun Ia berkata Ia dimintai tolong oleh kawanan manusia serigala, barulah mereka menerima bantuannya.

Eideth bersandar kelelahan di batang pohon mengumpulkan nafasnya, Ia melihat wajah gelisah para peri kecil itu dan berkata dirinya tidak apa-apa dengan luka di sekujur tubuhnya. Para peri segera menggunakan sihir mereka untuk menyembuhkan luka Eideth secepat yang mereka bisa, "Terima kasih manusia, kami sangat berterima kasih atas bantuannya" ujar mereka.

"Aku akan lebih senang jika kalian mengevakuasi diri kalian ke gua goblin di bukit sebelah sana" tunjuknya. Eideth bersikeras meminta mereka untuk mengevakuasi meninggalkan persembunyian mereka. Karena Eideth tahu lebih baik dari yang lain, apa yang sebenarnya terjadi.

Ketika Ia keluar dari gua, Ia melihat pemandangan menakutkan yang tak pernah Ia kira akan lihat langsung. Sebuah bangunan yang menusuk keatas langit begitu cepat setelah Ia muncul entah dari mana, pancaran energi asing yang mengakibatkan gempa dan suara ledakan, itulah deskripsi singkat dari buku sejarah yang Ia baca. Kemunculan Menara Sixen. Menara yang dibuat oleh kekuatan dunia lain yang muncul tiba-tiba dengan sebab yang tidak diketahui. Monster dunia lain yang keluar dari kaki Menara menghancurkan apa saja disekitar mereka membuat lahan tandus.

Sampai saat ini belum ada catatan pasti mengenai Menara Sixen yang terus muncul, tanda dewa dunia lain menjajah Artleya dengan tujuan yang tidak diketahui. Eideth paham betul dengan situasi ini karena tinggal di Raziel seumur hidupnya, garis depan menghadang kekuatan dunia lain mencemari tanah Artleya lebih jauh. Selama beberapa decade, Raziel berhasil menahan pergerakannya, dan tahun ini mereka berhasil menghancurkannya. 

Eideth mulai pesimis, pertarungan terakhirnya membuatnya terluka cukup berat. Ia tak tahu berapa lama tubuh karakter level 2 nya dapat bertahan. Ia mendapat sedikit pertolongan pertama dari para peri, menaikkan HP miliknya menjadi 9/17. Eideth melihat para peri dan melihat layar Milestone miliknya.

[3rd level Milestones:

Persyaratan masih belum terpenuhi.]

Ia menghela nafasnya dan berat hati bertanya, "apa masih ada penghuni hutan lain di hutan ini… yang memerlukan bantuan". Ia menanyakannya karena terpaksa, karena Ia butuh lebih banyak sihir. Komposisi level miliknya saat ini sedikit kacau, sihir yang bisa Ia pakai pun sangatlah terbatas. 

"Masih ada para gnomes, lebih jauh lagi di dalam hutan" Eideth sedikit senang mendengarnya. Itu adalah kabar bagus untuknya. Gnomes, ras kecil seperti kurcaci, yang sangat handal dengan bijih mineral. Jika Ia beruntung, mereka bisa jadi Land Gnomes, sebuah ras varian khusus. 

Eideth berdiri dibantu oleh para peri, "terima kasih, tolong pergilah ke tambang goblin disebelah sana, kalian akan aman disana" pinta Eideth. Mereka sedikit ragu untuk pergi namun suara ledakan disekitar tak memberi mereka begitu banyak waktu untuk berpikir. "Eh, tunggu, sebelum itu, Aku ada permintaan" ujarnya pada mereka, selesai membujuk mereka, Ia melanjutkan perjalanannya.

"Hoah… haah… Aku sudah tidak kuat lagi" Eideth sangat kelelahan saat ini, Ia tak punya tenaga untuk berlari secepat yang Ia bisa seperti sebelumnya. Walau Eideth mematikan Talent miliknya agar bisa mendapatkan kemampuannya sebelum memiliki Talent, Talentnya terkadang mengaktifkan dirinya sendiri secara otomatis, tanpa memberitahu Eideth lewat pemberitahuan apapun. Begitu Ia tersadar, Eideth hanya membiarkannya dan tidak repot-repot merubahnya kembali.

Ia bersandar disebuah pohon untuk mengambil nafas, Ia sangat tahu waktu yang Ia sia-sia kan dapat membuat para gnomes dalam bahaya, tapi Ia hampir merasa tak punya harapan lagi. Ia benar-benar kehabisan slot sihir, Ia masih bisa memakai [Rage] namun tak bisa memakai cantripnya karenanya. Eideth tak bisa dengan yakin bertarung dengan menonaktifkan Talent miliknya, tau mereka bisa aktif kembali dan mengganggu pertarungannya.

Ia mencoba memikirkan strategi terlebih dahulu, tapi segera sadar, Ia tak punya info apapun untuk membantunya. Ia benar-benar terjun buta ke wilayah baru, masuk lebih dalam ke wilayah Sixen dimana aether semakin kuat dan ganas, tanpa mantra dan kelelahan. Situasinya benar-benar menyedihkan. "Haah… yang benar saja, apa sebaiknya Aku menyerah" tanya Eideth pada dirinya.

Ia tiba di desa kecil para gnome sedikit terlambat, rumah-rumah mereka sudah terbakar, Eideth hanya melihat beberapa gnome yang tinggal melawan penyerang mereka. Eideth menggunakan [Rage] miliknya dan melemparkan batu-batu memberi para gnome bantuan, "hey, kemarilah" teriaknya mencoba menarik perhatian mereka.

Pemimpin Aether, Strider melihat Eideth dan menembakkan anak panah padanya, sepertinya Ia tidak termakan provokasi itu. Tak punya pilihan Ia membantu gnome dari jarak dekat, menerima beberapa serangan ke tubuhnya, namun berkat itu Ia berhasil berkumpul dengan para gnome. "Seorang manusia" ujar mereka terkejut, "butuh bantuan" balas Eideth.

Serangan Aether semakin mengganas, Eideth pun tumbang hanya dalam beberapa serangan tapi Ia masih tersadar. "Sial, satu HP lagi, tubuh ini terlalu lemah" Eideth menggertakkan giginya. "Hei nak muda, saatnya pergi" salah seorang gnome menarik tubuhnya ke dalam tanah. Eideth mengetahui ini dari TTRPG tapi merasakannya langsung, salah satu fitur curang yang bisa dilakukan oleh beberapa ras. [Burrowing] atau menggali, adalah fitur gerak yang memperbolehkan makhluk untuk bergerak, menggali didalam tanah, pasir, lumpur, bahkan es. Selagi menggali, makhluk itu tidak terlihat dan terlindungi oleh tanah, artinya tidak bisa diserang oleh makhluk diatas tanah dengan mudah. Gnome biasa tidak punya kemampuan ini, tapi mereka bukan gnome biasa.

"Hei, ayo bergerak, kamu itu sangat berat manusia, cepat, kita tidak punya waktu" kata gnome itu lewat mulutnya yang tertutup janggut. Eideth mengikuti mereka sebaik yang Ia bisa, "untung saja Aku tidak Claustrophobia atau Nyctophobia, kalau tidak, ugh…" Eideth mengungkapkan rasa syukurnya. Yang mereka lakukan sangatlah diluar pemikiran logis, gnome didepannya menggali celah kecil dengan tangannya, dan tanah itu berpindah ke belakang Eideth. Ia tidak banyak berkomentar atau mencoba bertanya bagaimana semua itu terjadi dan menjawab semua keingintahuannya dengan sebuah mantra ajaib, "yah… sihir" jawabnya. Walau pun Eideth merasa ada hal lain lagi yang tidak masuk diakal, tapi mana Ia peduli.

"Pak, kita akan pergi kemana ini" tanya Eideth, "Apa maksudmu, bukannya kalian semua berkumpul di dalam tambang goblin, semua hutan sudah tahu" jawabnya santai. Eideth tidak memperkirakan rencananya mulai bekerja satu per satu. Setelah menyelamatkan para peri, Eideth meminta tolong pada mereka untuk menyebarkan kabar ke satu hutan untuk berkumpul di tambang. Beberapa peri yang Ia selamatkan adalah ras Dryad, mereka bisa berbicara dengan tumbuhan membuat evakuasi satu hutan menjadi sangat cepat.

Mereka keluar dari dalam tanah dan masuk ke dalam sistem gua. Ia mendapat udara segar, sekiranya. "Eideth, kamu kembali, seperti perintahmu kami sudah menutup pintunya, apa yang harus kita lakukan sekarang" Gobbi tidak memberinya waktu untuk bernafas sedikitpun. Begitu nafasnya kembali teratur, semua orang memperhatikan dirinya.

"Apa yang kalian semua lakukan lihat ke arahku, kalian lihat makhluk diluar sana bukan, itu adalah pasukan dewa dunia lain, aku hanya manusia lemah biasa" jelasnya. Semuanya kebingungan dengan perubahan sikap Eideth seketika meminta penjelasan, "jadi untuk apa kamu membawa kami semua kemari" keluh mereka. Semua teriakan makian diarahkan pada Eideth, untungnya mereka tidak memakai kekerasan untuk mengungkapkan kekesalan mereka.

Gobbi yang tak tahan melihat semua itu mengangkat suaranya, Eideth yang dari tadi memperhatikannya menunggu momen ini dengan baik, Ia menggunakan sihirnya untuk mengeraskan suara Gobbi. "SEMUANYA DIAM…" perhatian langsung tertuju pada Gobbi kecil. Sadar emosinya sedikit keluar, Gobbi mengembalikan ketenangannya dan melanjutkan, "meributkannya disini tidak akan merubah apa-apa, dewasa lah kalian, kami mengumpulkan semua orang dihutan kemari agar kita bisa mengamankan anak-anak dan orang tua, Kita tidak bisa berharap pada Eideth untuk menyelamatkan kita semua" teriaknya.

Seluruh penghuni hutan didalam gua sempit itu menundukkan kepala mereka, mereka sadar mereka semua panik dan ketakutan, tapi membuang semua itu dan berharap dengan buta meminta pertolongan, tanpa sadari mereka lakukan. "karena itu kita harus bertarung untuk melindungi keluarga kita" tambah Gobbi, Ia berhasil menyalakan kembali semangat mereka, mengingatkan mereka siapa diri mereka, yaitu penghuni asli dan penjaga hutan tersebut. "Siapa yang ikut denganku" ajak Gobbi, mereka semua langsung menjawab ya dengan semangat. 

Selesai memberi pidatonya, Gobbi berbalik kepada Eideth terlihat lega, Eideth memberinya senyuman meyakinkannya Ia melakukannya dengan baik. Persiapan Eideth untuk langkah terakhirnya sudah matang, Ia tidak habis pikir bahwa Ia cukup gila memanipulasi semua ini agar berjalan sesuai rencananya begitu melihat Menara Sixen muncul. 

Eideth bukanlah seorang pahlawan, sekarang maupun nanti, itu bukanlah tugasnya, Ia hanyalah pembantu mereka. Ia bisa saja kabur sedari awal mengetahui betapa bahayanya Menara Sixen dan pasukan Aether, tapi Ia malah menggunakan kesempatan ini untuk membantu goblin membuat aliansi dengan ras lain di hutan itu. Goblin adalah ras yang biasa-biasa saja, kadang lebih lemah dibanding ras lain. Untuk menunjukkan kehebatan mereka, Ia harus menunjukkan semua kualitas terbaik yang mereka punya. Pandangan terhadap ras lain jadi tidak relevan dengan semua aksi nyata tersebut. 

Sebuah guncangan menghantam gua itu membuat debu dari langit-langit terjatuh, Aether sudah menemukan mereka dan mencoba menerobos masuk. "Semuanya, ini saatnya, kalian semua tahu apa yang harus dilakukan, lindungi gua nya dan serang" teriak Gobbi, "Zatharna, ini waktu mu" bisik Eideth.

[Ehem… Mendengar pidato dari pemimpin desa goblin, Gobbi, para penghuni hutan mendapatkan kembali semangat juangnya, mereka membuka mulut gua yang tertutup, mendorongnya sangat kuat hingga batu itu bergelinding menuruni bukit menghantam makhluk yang ada didepannya. Makhluk-makhluk dari berbagai ras keluar dari gua itu dan menyerang balik penyerang mereka. Menggunakan senjata seadanya dan mengimprovisasi benda-benda disekitar mereka. Tak ada yang tidak bertarung, para peri bahkan menggunakan sihir mereka dari garis belakang] tulisnya.

Selagi semuanya bertarung, Eideth malah menyibukkan dirinya dengan ponselnya. Ia sudah menunggu dengan sabar, mengupload berbagai foto selagi Ia bisa ditengah semua kekacauan ini untuk meningkatkan like yang Ia butuhkan. "Ayolah, beberapa like lagi, Aku kanyauhkannya sekarang" ujarnya.

[Like yang dibutuhkan untuk monetisasi sudah cukup. Apakah Anda ingin menarik uang ini? Anda hanya dapat melakukannya sekali.

Ya/tidak]

"Ya, sekarang" jawab Eideth. Ia segera membeli buku panduan pemain yang Ia perlukan dan meminta Linzel mengambilnya segera. Tak butuh waktu lama, buku itu dikirim ke layar otoritasnya.

[TTRPG Player Handbook], "Zatharna terimalah" ujar Eideth mengirimkan buku tersebut padanya, memasukkannya paksa pada layar monolog yang digunakan Zatharna untuk GM-ing. "Ini bukan saatnya untuk masuk akal, kita harus membuat penalaran spesial sendiri" komentarnya. 

Penghuni hutan mendapati diri mereka semakin dipukul mundur oleh serangan Aether yang tak henti-henti. Mereka mulai terjatuh satu per satu, kelelahan dan terluka. Namun koordinasi mereka tak sedikitpun kendor. Mereka menarik kembali yang terluka untuk istirahat dan diberi pertolongan pertama di dalam gua. Semakin lama, garis depan semakin kecil, para manusia serigala, yang secara teknis kebal dengan serangan fisik yang tidak mengandung sihir, semakin kewalahan. 

Eideth ikut membantu di garis depan sedikit lambat, "kamu terlihat lelah" sapa Eideth pada manusia serigala yang bertarung disebelahnya, yang ternyata si pemimpin kawanan. "Kami masih kuat, kami juga akan bertambah kuat saat malam turun" jawabnya. Hari mulai gelap dan serangan masih tidak berhenti, mereka tak mengenal norma perang yang membuat melawan Aether sangatlah sulit. Selagi mereka punya unit untuk dikerahkan untuk menyerang, berhenti hanyalah saran belaka.

"Semuanya bertahanlah, tinggal sedikit lagi" teriak Eideth kepada yang lain untuk tidak patah semangat. Eideth tidak bertarung seperti yang Ia lakukan di tembok perbatasan Raziel. Tubuhnya saat itu tidak terpengaruh oleh Talent miliknya. Namun karena Ia memakai Talent miliknya, Ia harus mengikuti peraturan yang dibawanya. Eideth hanya memberi assist agar yang lain dapat mengambil tebasan terakhir, Ia tidak mau terkena lebih banyak serangan dari seharusnya. 

Setelah aether terakhir tumbang, akhirnya pasukan mereka ditarik mundur oleh sebab yang tidak diketahui, mereka meneriakkan kemenangan mereka. Malam turun begitu lambat, namun hal itu disambut baik oleh kawanan manusia serigala selagi mereka berubah menjadi wujud campuran mereka dan melolong raungan kemenangan.

Penghuni hutan juga mundur, masuk kembali ke dalam gua, mencoba mengobati luka mereka semampunya. Obat-obatan sudah mulai menipis, mereka mulai mengalami kelelahan sihir mencoba memakai mantra penyembuhan untuk kesekian kalinya. Setelah pertarungan yang panjang mereka jadi lapar, ditambah kelelahan, dan stress, keributan tak lama pecah setelah menyadari makanan di dalam gua itu telah habis, bahkan sebelum memberi makan seperempat dari mereka semua. Kali ini Gobbi tidak bisa menenangkan semuanya, dan paham akan kekesalan mereka. 

Eideth maju menggantikan Gobbi untuk menerima semua komentar itu, "Semuanya tenanglah, makanan akan segera datang, beri Aku waktu, dan berdoalah pada dewi kalian" Eideth tak tahu pasti apakah mereka punya kepercayaan terhadap dewa tapi bukan itu yang penting, Gobbi semakin panik mendengar perkataan Eideth. Itu seperti berjanji Ia akan memberi makan kepada semua penghuni hutan yang berada disitu, situasi mereka sedang genting dan mereka tidak bisa mengumpulkan makanan di kekacauan ini.

[Zatharna berkata semuanya sudah siap] tulisnya. Melihat notifikasi pesan itu, Eideth tersenyum ditengah keributan yang dihadapannya. Eideth tak terlihat mengumpulkan makanan dan malah menjanjikan untuk memberi makan orang terluka, situasi yang cukup buruk karena memberi makan diri sendiri saja sudah sulit saat ini. Karena keributan tak kunjung berhenti, Eideth mendiamkan semua orang dengan cara yang paling efisien, menyumbat mulut mereka.

"Tolong semuanya tenang, seperti yang kalian tahu, Aku hanyalah seorang manusia, bukan penghuni asli hutan ini, Aku juga takkan memberi makanan gratis jika Aku mau karena ini bukanlah urusanku, tapi kalau kalian ingin makanan, dengarkanlah permintaanku ini baik-baik, kumohon pada kalian untuk mengikutinya" ungkapnya pada semua orang. Eideth terus tersenyum seperti memberitahu semua orang bahwa semua akan baik-baik saja tanpa menjelaskan rencananya secara detil, tapi Ia tetap jujur dengan dirinya sendiri karena Ia juga tahu kemampuannya. "Karena semua sudah diam, inilah permintaanku…" ujarnya selagi semua memperhatikan dirinya dengan seksama.