Pohon-pohon semakin tebal, suasana semakin sunyi semakin Ia menjauhi perkotaan. Suara nyanyian burung, dan hembusan angin menghibur dalam perjalanannya. "Agh… Aku bosan" keluhnya, menurut peta Ia bahkan belum seperempat jalan ke Ibukota namun hari sudah siang, Eideth memutuskan untuk membuat kemah sementara. Ia juga tak terburu-buru untuk ke Ibukota, Ia ingin berjelajah sebanyak mungkin sebelum memulai pelajarannya di Akademi.
Eideth mulai menjelajah hutan disekitar, tak jauh dari kemah miliknya. Ia berharap hutan itu bukan hutan biasa, Ia tidak meminta sesuatu yang begitu luar biasa, apalagi Ia punya GM yang menyiapkan petualangannya, Ia sangat ingin keseruan baru untuk waktu yang lama. Ia memperhatikan sekelilingnya dengan hati-hati, bersiap untuk menghadapi apapun yang takdir berikan padanya.
[d20/9(+2)] Eideth mendengar suara angin yang aneh dan menghindar kearah sebaliknya. Eideth mendapati dirinya diserang seorang goblin, Ia membawa tongkat kayu di tangannya. Eideth juga mengeluarkan senjatanya, namun agar adil, Ia memakai tongkat pemberian Balak. Eideth berjaga-jaga karena merasa ada yang janggal, seorang goblin seharusnya tak pernah berkelana sendirian diluar kawanannya, Ia tak membiarkan dirinya lengah dan bertarung dengan hati-hati.
Goblin itu sangatlah lemah seperti yang Ia bayangkan, serangannya sangat mudah dibaca, bahkan dengan Kelas Armor miliknya, goblin itu tak bisa menyentuhnya sedikit pun. Eideth bercoba berkali kali untuk melakukan [Disarm], fitur bertarung TTRPG untuk melucuti senjata lawan, namun gulirannya sangat jelek. [d20/4/2/7] Entah kenapa Goblin ini sangat beruntung pikirnya.
Melihat Ia tak bisa menang, Goblin itu mengeluarkan teriakan aneh, Eideth mengenali strategi itu dan ternyata Ia terjebak dalam perangkap goblin itu untuk kedua kalinya. Sepasang goblin lompat keluar dari atas pohon hendak menimpanya, mereka melempar sebuah jaring yang terbuat dari rerumputan, Eideth tak sempat bereaksi dan terjebak dibawah jaring itu. Dalam TTRPG, jaring adalah sejenis senjata jarak dekat, Ia tak memiliki daya serang namun dapat memberikan efek kondisi.
Restrained (tertahan) adalah kondisi dimana pergerakan karakter tertahan oleh seseorang ataupun sesuatu. Melihat mangsa mereka terperangkap di dalam jaring, goblin-goblin itu langsung kesenangan, mereka mulai menyerang Eideth dengan pisau kecil mereka, menusuknya agar tidak merusak jaring itu. Eideth merasa kesal Ia diremehkan walau Ia tahu sifat goblin, Ia berpura-pura kesakitan dan ikut bermain dengan goblin itu yang tidak bisa menembus Kelas Armor miliknya.
Akting Eideth berhasil dan mereka benar-benar mengira mereka berhasil mengalahkannya. Tubuh Eideth berhenti bergerak namun mereka tetap waspada dan menusuknya dengan ranting kayu mengecek keadaannya. Setelah penjagaan mereka turun dan mulai mendekati Eideth, Ia mengeluarkan belati kepercayaannya dan memotong jaring itu, membebaskannya. Ia menyarungkan kembali belatinya dan menyerang goblin itu yang terkejut bukan kepalang. Ia memberinya pukulan penuh cinta dengan tongkatnya membuatnya tak sadarkan diri. Kawan-kawan goblin itu melihat kawannya sudah tidak bisa diselamatkan, tanpa pikir panjang melarikan diri memikirkan diri mereka sendiri.
"Wow teman yang baik" komentarnya. Eideth membuat sebuah tali dengan membongkar jaring tersebut dengan belatinya. Ia mengikat kaki Goblin itu dan menggantungnya terbalik diatas pohon. Tubuhnya yang kecil dan ringan membuat Eideth tak perlu terlalu membuang tenaga. Ia menghidupkan sebuah api, dan mencoba teknik intimidasi miliknya. Ia mengeluarkan semua jenis pisau yang Ia punya, memamerkannya diatas tanah dan menajamkan sebuah pisau dengan batu asah.
Goblin itu terbangun dan ketakutan bukan main saat melihat Eideth tengah mengasah pisau disebelah api unggun. Ia mencoba melepas ikatan di kakinya namun ikatan yang mengikat terlalu kuat. Ia melihat Eideth mulai menyiapkan sebuah panic dan tengah mempersiapkan sayuran kecil. Ia pura-pura tak menyadari goblin itu dan menyapanya seperti seorang mangsa. "Oh, dagingnya sudah bangun, bagaimana tidurmu" ujarnya dengan senyum mengerikan, Ia bermain-main dengan pisau itu memamerkan betapa tajam bilahnya.
Goblin itu mulai menangis dan memohon padanya untuk tidak memakannya, "tolong jangan bunuh Aku, tolong jangan makan Aku, daging goblin sangat tidak enak, percayalah". Eideth tahu tapi masih tidak percaya melihatnya, goblin itu berbicara bahasa yang sama dengannya. Ia tahu sejarah Artleya untuk cukup tahu setiap makhluk Artleya setidaknya bisa menggunakan bahasa umum, bahasa yang digunakan manusia. Eideth tersenyum dan membalas, "Kamu tidak tahu itu, lagipula kita tidak tahu jika tidak mencoba" Eideth mendekati goblin itu dan menaruh pisau dilehernya.
"Ada kata-kata terakhir" tanya Eideth. Ia mengira goblin itu akan memohon untuk hidupnya, membeberkan lokasi sukunya, atau apapun. Tapi Ia membuat Eideth terkejut dengan balasannya, "bunuhlah Aku, kurang satu goblin takkan merugikan suku, semakin sedikit yang harus diberi makan, goblin lain bisa menggantikanku, makanlah Aku manusia, tapi jangan cari suku ku". Goblin itu cukup berani, tapi keberaniannya hilang saat perutnya berbunyi keras.
Eideth memang melihat tampang goblin yang melawannya terlihat kurus dan kurang makan. Ia bisa membedakan tubuh kecil ramping dengan tubuh kurus karena kekurangan makan. Eideth memotong tali di kakinya dan menangkap goblin itu sebelum jatuh. Ia menaruhnya diatas tanah baik-baik dan menyuruhnya untuk menunggu disana. Goblin itu sangat ketakutan dan mendengarkan perintahnya, Ia tampaknya takkan berani melarikan diri jadi Eideth bisa dengan santai memalingkan punggungnya.
'apa yang harus kulakukan' pikir Goblin itu dalam batinnya, 'apakah Aku sebaiknya lari, atau menyerang manusia itu dari belakang'. Ia tak punya kekuatan di kakinya untuk melakukan salah satu, Ia sudah tidak makan dengan layak selama 4 hari. Ia hanya duduk disana berharap yang terbaik, 'dewa, Aku mohon selamatkan Aku, siapapun engkau' ucapnya dalam hati menghadap keatas langit.
Eideth membuatkannya sepiring kecil tumisan daging dan sayuran, Ia memberikannya pada goblin itu dan Ia terlihat gelisah mengambilnya dari tangan Eideth. "Ambil" perintahnya, sekejap Goblin itu mengambil piring dari tangannya tanpa ragu. Eideth juga memberinya sebuah sendok untuk makan, "tunggu, jangan makan lebih dulu" ujarnya selagi mengambil piring lain untuknya makan.
Eideth menancapkan belati miliknya ditengah kedua piring itu, "ambil belati ini dan tusuk Aku kalau Kamu berani, sekarang makan" ancamnya. Goblin tak berani dan mengepal sendoknya dengan erat di tangannya. Mereka mulai menyantapi hidangan itu, terkejutnya Eideth melihat reaksi goblin itu saat makan. Ia mulai menangis namun tak berhenti menyuapi mulutnya dengan potongan daging. Ia menahan isak tangisnya dengan baik dan lanjut makan dengan lahap, perutnya berbunyi beberapa kali saat makan bergembira telah diisi. Mereka selesai di waktu yang bersamaan, dan Goblin itu kembali menunduk takut. Tak setengah-setengah Ia memberi Goblin itu sebuah gelas berisi air untuknya minum sementara Ia mencuci piring dan peralatan memasaknya.
"Ingat, ambil belati itu dan tusuk Aku jika kamu berani" ingat Eideth pada goblin itu. Ia mengeluarkan tongkat sihir miliknya dan mulai merapal mantra. "[Create Water]" Eideth memunculkan sebuah bola air yang cukup besar di udara, Ia mulai mencuci piring kotor itu perlahan. Goblin itu, dengan perut dan tenaganya terisi kembali terlihat bingung harus melakukan apa. Ia melihat belati itu dan sedikit tergoda untuk mengambilnya. Namun rasa takut menahan tangannya, 'jangan bodoh, dia seorang penyihir, lihat sihirnya itu, Aku akan mati jika mengambil belati itu, jangan Gobbi jangan' kata batinnya.
Selesai merapikan semuanya, Eideth kembali berhadapan dengan goblin itu. Melihat belati miliknya tak bergerak sedikitpun, Ia mengambilnya kembali dan menyarungkannya. Ia duduk dihadapan goblin itu, "apalagi yang kamu tunggu, kamu sudah makan dan minum, pergilah, jangan menampakkan dirimu lagi di depanku" ujarnya.
Goblin itu tetap diam disana ragu-ragu untuk membuka mulutnya. "Tolong bantu suku kami" pintanya, "Aku menolak" tolak Eideth tanpa ragu. Goblin itu terkejut dan melihat wajah Eideth, "Apa, walaupun Aku memberimu makan, bukan berarti Aku akan menolong kalian, Aku ini seorang petualang (belum resmi), Aku juga akan pergi dari hutan ini setelahnya" jelas Eideth padanya. Eideth bukanlah pahlawan atau penyelamat, Ia tak memiliki kewajiban ataupun keharusan untuk menolong siapa saja yang Ia temui.
Goblin itu tampak sedih dengan balasan Eideth, Ia jadi tak tega membantu setengah-setengah, "setidaknya coba tawarkanlah padaku hadiah" ujarnya. "Suku kami tak punya apa-apa, kami sudah mencoba sebaik mungkin untuk mendapatkan makanan, tapi makhluk buas lain menjaga wilayah mereka dan membunuh goblin yang menerobos, kami juga mencoba berhubungan dengan pedagang manusia yang lewat, tapi mereka menghiraukan kami" jelasnya.
Eideth jadi kesal, permintaannya yang mudah malah berubah menjadi cerita panjang yang seharusnya Ia tak ketahui. Notifikasi muncul di depan wajahnya menegurnya, [Zatharna berkata untuk membantu suku goblin itu] tulisnya. "Aku menolak, tak ada hadiah apapun untuk pekerjaan ini, mereka seperti inipun karena Dewi Takdir tak mengerjakan pekerjaannya dengan benar dan bermain-main, mengapa Aku harus melakukannya" balas Eideth. Goblin itu melihat Eideth tiba-tiba berbicara sendiri menjadi kebingungan.
[Zatharna mengatakan ini adalah perintah GM untuk melakukan petualangan] tulisnya, "tidak, tidak, GM bertugas menyediakan petualangan, pemain lah yang memainkan petualangan tersebut jika Ia mau, kamu tak bisa memaksaku melakukan kerja amal, Aku ingin hadiah titik" balasnya.
[Zatharan menawarkan anda sebuah kenaikan level], itu adalah penawaran bagus tapi Eideth mencoba sedikit matre. "Cuma naik satu level, Aku bisa melakukan petualangan lain untuk naik level, petualangan yang lebih menyenangkan daripada membantu kawanan goblin" cibiran Eideth itu membuat Goblin itu muram. Melihat ekspresi goblin itu yang mulai menangis, Eideth merasa dirinya sudah sedikit keterlaluan. [Zatharna berkata kamu sangat kejam] tulisnya, "baiklah, baiklah, jangan berisik, Aku akan melakukannya, tapi Aku masih akan minta imbalan" jawabnya.
Goblin itu seketika senang namun kebingungan bagaimana Ia akan membayar Eideth atas bantuannya. "Tak perlu pikir panjang, Aku akan meminta bayaran dengan harga diri kalian" ujarnya, Goblin itu tidak paham maksud perkataan Eideth dan Ia tidak ingin menjelaskannya panjang lebar. "Yang perlu kamu lakukan adalah mengikuti perintahku, sekarang berikan Aku tanganmu… siapa tadi namamu, kayaknya Aku belum tahu namamu siapa" ujar Eideth, "namaku Gobbi" jawabnya selagi memberikan tangannya untuk Eideth ikat.
Gobbi pun membawa Eideth ke desa kecil miliknya, suku goblin miliknya sudah tinggal disana cukup lama namun mereka mengalami penurunan karena makhluk hutan lain semakin kuat. Eideth melihat kondisi desa itu menjadi iba, gubuk dari ranting yang mereka gunakan sudah usang dan hampir roboh, tubuh para Goblin kurus kering tanpa tenaga. Seorang goblin melihat kedatangan mereka dan memberitahu goblin-goblin lain.
Mereka semua tampak waspada namun goblin kecil lain ketakutan, Eideth memanfaatkan ketegangannya dengan baik dan membuat sedikit kericuhan. "Hey Goblin keluarlah, Aku menangkap temanmu disini, kalau kalian tidak mendengarkanku Aku akan membunuh goblin ini didepan desa kalian" teriaknya. Semua goblin seketika berkumpul keluar dari gubuk mereka, kepala desa mereka keluar paling terakhir, goblin lain menyuruhnya untuk tetap didalam tapi Ia meyakinkan yang lain Ia harus ikut.
"Manusia apa yang kamu inginkan untuk menggantikan goblin itu" tanya si Kepala Desa. "Jadi kamu pemimpinnya, ergh… Aku takkan minta banyak, bawakan saja Aku makanan yang kalian punya, kalau tidak Aku akan membunuh goblin kecil ini" Eideth mengeluarkan belati miliknya dan mulai mengintimidasi yang lain. "Kita saja sudah tidak punya makanan lain, ayo kita serang saja manusia itu" Seorang goblin yang tidak terima menyarankan untuk menyerang manusia itu dan mulai mendapat dukungan yang lain. "Bodoh, manusia itu seorang petualang, Ia bisa membunuh kita dalam sekejap kalau Ia mau, jangan berpikiran macam-macam" teriak Kepala Desa.
Goblin-goblin lain mulai melihat perlengkapan dan senjata milik Eideth, mereka menjadi gelisah. Kepala Desa kembali menghadap Eideth dan mulai memelas, "tolong bebaskan goblin itu manusia, kami mengharapkan belas kasihmu". "Belas kasih, kalian duluanlah yang coba menyerang dan merampokku, memangnya minta maaf saja cukup" jawab Eideth tak peduli.
Melihat tak ada lagi yang bisa Ia lakukan, Kepala Desa bersujud dihadapannya memohon ampun, "tolong ampuni goblin itu Manusia, kamu bisa membunuhku tapi tolong tinggalkan Ia dan desa ini sendirian, Aku meminta maaf kami menyerangmu". Goblin lain tidak terima kepala desa mereka menundukkan kepalanya "Kepala Desa, apa yang kamu lakukan", "diamlah semuanya, Aku sudah hidup cukup lama, tidak apa Aku mati asalkan desa tetap hidup, kalianlah yang akan meneruskan desa, bukan Aku" jawabnya tanpa mengangkat kepalanya dari tanah.
"Apa kamu tak punya harga diri pak Kepala" tanya Eideth. "Harga diri tak bisa memberi makan desa, tapi kalau bisa membuat desa goblin hidup satu hari lagi, akan kuserahkan semuanya, bahkan nyawaku" jawabnya tanpa ragu. Melihat pendirian kepala desa itu, Eideth memutuskan untuk mengakhiri tes ini, "selamat kalian lulus" ujarnya sambil memotong tali yang mengikat tangan Gobbi. Pak Kepala dan yang lainnya kebingungan, Gobbi meyakinkan mereka semuanya baik-baik saja.
"Hey Gobbi bantu Aku" panggil Eideth, Gobbi kemudian mengejar Eideth dibelakangnya. Tak berapal lama, Eideth membawa sebuah rusa dan Gobbi membawa beberapa kelinci di punggung mereka. Sebelum ke desa, Eideth berburu beberapa hewan untuk para goblin makan, perbekalan pribadinya tidak akan cukup untuk memberi makan satu desa penuh goblin, dan Ia juga tidak berniat memberi bekalnya cuma-cuma. Para goblin berteriak gembira melihat makanan-makanan tersebut, Gobbi meminta mereka untuk membawakan beberapa kayu untuk api untuk memasak daging-daging tersebut.
Para goblin bekerja sebaik mungkin mencoba membantu sebisa mereka, tak butuh waktu lama untuk kayu bakar pun terkumpul cukup banyak. Eideth menyalakan api dan mulai memasak, Ia menggunakan peralatan memasak yang Ia punya untuk menyiadakan hidangan istimewa, memakai bumbu-bumbu yang Ia simpan untuknya sendiri ke dalam masakan tersebut. Aroma daging yang sudah lama tidak tercium oleh hidung goblin membuat perut mereka berteriak.
Eideth tetap tenang memasak walau dikelilingi para goblin, "tunggulah disana dengan baik, Aku janji makanannya akan enak" ujarnya mengusir goblin yang mengganggu. Tak perlu waktu lama, Eideth menghidangkan berbagai hidangan daging kepada desa goblin itu. Walau beralaskan daun lebar yang ia temukan, para goblin menyantap makanan mereka dengan gembira. Gobbi yang sudah makan tidak ingin mengganggu dan membantu memberi makan yang lain. "Ini untukmu kepala desa Gobbi" ujarnya memberikan Kepala Desa beberapa potong daging. "Terima kasih Gobbi kecil" jawabnya menerima daging itu.
Kepala desa yang sudah bertahun-tahun tidak merasakan daging menangis gembira melahap makanannya. Gobbi kecil melihat teman-temannya makan dengan gembira membuat hatinya dipenuhi harapan, mereka pasti bisa hidup lebih baik pikirnya. Ia tak peduli bagaimana caranya, Ia ingin desa goblin kecilnya ini terus hidup dengan baik dan layak.
Ingatannya terbawa kembali ke pembicaraannya pada Eideth sebelumnya. Setelah setuju untuk menolong desa goblin, Eideth membuatkannya beberapa persyaratan. "Pertama bantuanku tidaklah gratis, Aku tidak akan meminta apa-apa saat ini tapi Kamu harus mematuhi semua persyaratanku" ujarnya. Eideth mengeluarkan sebuah kertas dan menuliskan sesuatu, kemudian Ia menyuruh Gobbi untuk menandatangani perjanjian tersebut. Gobbi yang tidak tahu apa itu tanda tangan, membuat sebuah cap jari menggunakan setetes darahnya lewat saran Eideth.
Eideth kemudian membacakan perjanjian itu kembali padanya, "Ehem… Disini Gobbi berjanji untuk membalas Eideth yang menyelamatkan nyawanya, Gobbi berjanji untuk membalas kebaikan Eideth, Gobbi harus menjadi kepala desa sukunya sebagai persyaratan tambahan. Setelah Gobbi menjadi kepala desa, Eideth akan membantu Gobbi membangun desanya menjadi lebih baik lagi, sampai desanya bisa mengandalkan diri mereka sendiri, barulah Eideth bisa menagih imbalannya. Imbalan tersebut akan ditentukan oleh Eideth saat Ia merasa desa goblin sudah mapan, tertanda Gobbi dengan cap jari miliknya".
Gobbi belum terlalu mengerti maksud semua persyaratan itu tapi Ia cukup senang mendengar Eideth membantu desanya disana. Eideth mulai merapal mantra pada kertas itu untuk mengesahkan perjanjian itu. "Mari kita sahkan perjanjian ini dengan jabat tangan" Eideth mengulurkan tangannya, wajah Eideth sedikit seram membuat Gobbi ragu, namun Eideth menangkap paksa tangannya. "Apa Aku harus memanggilmu Tuan" tanya Gobbi, Eideth menggelengkan kepalanya, "panggil saja Aku Eideth" ujarnya.
Selesai memberi makan semua orang, Eideth kemudian menarik semua perhatian para goblin padanya. "Dengar Goblin semuanya, semua makanan ini adalah jerih payah dari Gobbi, bagaimana jika menjadikan Gobbi kepala desa baru kalian" ajaknya. Gobbi jadi sedikit panik diberikan tanggung jawab yang besar itu namun Ia malah mendapat dukungan dari Kepala desanya "Kepala desa baru Gobbi" teriaknya penuh semangat diikuti goblin lain. Gobbi bahkan tak bisa mengeluarkan pendapatnya karena perubahan tiba-tiba itu. "Selamat Gobbi atas pengangkatannya, selamat bekerja keras" ujar Eideth memberi selamat.
Eideth memutuskan untuk berjaga saat malam memperhatikan kondisi hutan diluar desa goblin, goblin lain memaksanya untuk tidur bersama tapi Ia menolak mereka. Eideth bukannya tidak lelah tapi Ia harus waspada, setelah pesta daging sebelumnya, pasti akan ada pengganggu yang mencoba mencari sisa-sisa daging. Eideth menghidupkan sebuah obor dan melihat-lihat sekitar.
Ia pergi ke suatu tempat dan melihat umpan bekerja, Ia segera mematikan obornya dan bersembunyi dibalik semak-semak. Sisa daging rusa dan kelinci itu memancing kawanan serigala, serigala itu tampak lebih besar dari biasanya, firasat Eideth jadi tidak enak setelah melihat dua bulan Artleya yang keduanya purnama. "Sial, jangan bilang" entah karena dipanggil olehnya, yang tidak Ia inginkan menjadi kenyataan.
Kawanan serigala itu mulai berubah menjadi sesuatu yang lebih besar, cakar mereka mulai membentuk telapak tangan humanoid, bentuk tubuh mereka menjadi kekar dan mulai berdiri tegak dengan kedua kaki belakang mereka. 5 diantara 14 serigala itu kini berubah menjadi manusia serigala. Eideth membuka ponselnya mengecek tingkat tantangan dari manusia serigala dan info kemampuan mereka.
[Werewolf (jahat, kacau) CR:3
HP: 58 (9d8+18), AC: 12 (bentuk manusia serigala)
Kemampuan: Kebal serangan fisik, perubah bentuk, pencium dan pendengar handal.]
[Kebal serangan fisik: Werewolf kebal terhadap serangan dari senjata yang tidak mengandung perak.]
Eideth sangatlah dirugikan, Ia hanya setengah penyihir, mantra serangan yang Ia gunakan hanyalah cantrip lemah, sedangkan ada 5 Werewolf dengan Hit Point yang tinggi. Belum lagi jika serigala lain tidak menyerangnya. Untuk sekarang Ia hanya mengawasi dan mencoba tidak ketahuan dan tidak bersuara.
Setelah memakan makanan mereka, para werewolf itu segera pergi. Eideth sisa-sisa tulang itu dan mencoba mempelajarinya sebaik mungkin. Dari yang petunjuk yang Ia dapat, "Ehem jika boleh Zatharna" pinta Eideth. [d20/3] Ia tak mendapat apa-apa. "Ayolah Zatharna sekali lagi", [d20/5, karakter tidak menemukan petunjuk khusus] monolognya. "Ayolah Zatharna, jangan kecewakan Aku, petunjuknya ada disini, tolong lakukan pekerjaanmu sebagai GM dengan baik, ayo kali ketiga yang beruntung" bujuknya, [d20/7].
[>﹏<] tulis Zatharna. Eideth mencoba untuk tidak frustrasi hingga Ia mendapat guliran yang cukup bagus, ini adalah kali ketujuh Ia mencoba meneliti sisa makanan tersebut. "Ayo kita coba lagi, guliran ketujuh paling beruntung, tidak ada tekanan, ayo buat guliran ganda yang diuntungkan, kita pasti bisa melakukannya" ujarnya. [d20/1/ 14, Kamu mendapatkan petunjuk], "oh syukurlah, tadi itu hampir saja, walau butuh 10 menit untuk mengecek guliran kemampuan ini, tapi akhirnya ada kemajuan, ayo seperti yang sudah kita latih".
[Kamu menemukan bahwa sisa tulang belulang itu lebih bersih dari biasanya, kamu akhirnya menyimpulkan kemunculan kawanan manusia serigala itu, ditambah kondisi bulan purnama ganda, adalah tanda musim kawin bagi manusia serigala] monolog Zatharna. Eideth memberi Zatharna tepuk tangan menyorakinya, Eideth sebenarnya sudah tahu itu sejak awal dengan sendirinya, namun Ia sudah berjanji untuk mengajari Zatharna cara menjadi GM yang baik.
Eideth mulai merencanakan langkahnya yang selanjutnya, "saat bayi manusia serigala lahir, induknya akan sangat lemah dan pejantan lah yang merawat keduanya, memberi makan sang induk, dan menjaga sarang mereka, Aku tahu" celetuknya. Eideth mulai membuka ponselnya menuliskan rencananya pada aplikasi catatan. [Zatharna penasaran dengan rencana Anda] tulisnya, "tenang saja, ini rencana yang saling menguntungkan" Eideth meyakinkan Zatharna untuk percaya kepadanya.
"Kalau tidak bisa melawan mereka dengan sihir serangan, yang perlu kita lakukan adalah memakai sihir sosial yang sangat bekerja untuk bersosialisasi" paparnya secara ringkas. Eideth menyalakan kembali obor miliknya dan kembali ke desa goblin.
Keesokan harinya, Eideth memberitahu para goblin tentang kawanan manusia serigala, dan seperti dugaannya. Kepanikan pecah di desa goblin, mereka mulai pesimis dan ketakutan, histeria massa terjadi tepat didepan matanya. "Wow, ini pemandangan baru" komentarnya dengan santai, Eideth segera melihat Gobbi yang juga ketakutan. Memegang kedua lengannya dan menyuruhnya untuk melakukan pekerjaannya, "Gobbi, kamu itu kepala desa bukan, tenangkan teman-temanmu, kamu harus menunjukkan kepada mereka kalau kamu itu pemimpin".
Ketenangan Gobbi kembali dan Ia bertekad untuk menyelesaikan ini, Ia mencoba menarik perhatian goblin lain tapi suaranya tak terdengar. "Eideth… bagaimana…" tanya Gobbi yang mulai menangis. "Astaga naga, ya, akan kubantu" Eideth menepuk dahinya tak percaya.
Ia berdiri ditengah desa dan mencoba menggunakan mantranya, "Aku kurang dibayar untuk mengerjakan ini, [Thunderclap]" Eideth menepuk tangannya, dan saat berbenturan suara ledakan bagai petir keluar dari tangannya, suara itu cukup keras untuk mendiamkan seluruh desa. Seharusnya setiap goblin terkena kerusakan dari sihir [Thunderclap] tersebut, namun Eideth membentuk tangannya sedemikian rupa agar mengarahkan fokus ledakannya ke atas langit, agar tidak melukai siapapun. Dengan kata lain, tepuk tangan yang keras dengan sihir.
Eideth sengaja memakai sihir [Thunderclap] untuk menarik perhatian walaupun Ia memiliki mantra [Minor Illusion]. [Minor Illusion] adalah mantra ilusi yang bisa membuat gambar maupun suara selama satu menit. Jika ilusinya berupa gambar, besar ilusi itu tidak bisa lebih besar dari kubus 5 kubik langkah kaki. Jika ilusinya berupa suara, volumnya bisa sekeras bisikan maupun teriakan, bisa menggunakan suara apapun termasuk hewan dan instrumen, suaranya bisa diatur sedemikian rupa selama satu menit.
Alasan Eideth tidak menggunakan mantra yang lebih efisien karena Ia ingin bereksperimen dengan mantra yang Ia punya, mengembangkan wawasannya terhadap mantra sihir yang Ia simpan. Setelah keributan itu berhenti, Eideth mengangkat Gobbi ke udara agar semuanya bisa fokus padanya. Ia juga memberinya sihir [Guidance] buat jaga-jaga. "Semuanya tenang, tidak ada yang salah dengan kawanan serigala dihutan, mereka belum pernah menyerang kita sebelumnya, kita hanya perlu menjadi lebih waspada benar kan Eideth"
Eideth hanya diam dibawahnya tak merespon, Ia ingin melihat seberapa mandiri Gobbi menjadi seorang pemimpin, Gobbi mulai mengacak rambutnya, "Kan Eideth Kan" teriaknya hampir menangis. 'Aku berharap terlalu banyak' desah Eideth dalam hati. "Ya, Aku punya ide agar kita tidak diserang manusia serigala" jawabnya, mereka semua menunggu Eideth melanjutkan, tak mereka benar-benar senyap. 'Apa kalian benar-benar berharap sebesar itu padaku' pikirnya.
"Ehem… Bagaimana kalau kita mengundang manusia serigala untuk tinggal di dalam desa" jawaban dari Eideth butuh beberapa waktu untuk dicerna oleh para goblin. "Manusia serigala" ujar seorang goblin melihat temannya, "tinggal di dalam desa" jawab goblin lain. Menyadari saran itu, mereka semua malah balik berteriak hanya saja mereka meneriaki Eideth. "Mengundang mereka masuk, kamu ingin mereka memakan kami", "Kamu jahat, kami kira kamu baik", "teganya kamu mengorbankan kami" adalah salah satu teriakan yang bisa Ia dengar ditengah keributan itu.
Harapan Eideth turun semakin rendah, namun anehnya, Ia merasakan sesuatu yang aneh. Semua goblin itu terlihat seperti anak-anak pikirnya, Ia merasa pergi mengantar adik kecilnya sekolah dari cara Ia mengangkat Gobbi di bahunya. 'Aku tidak boleh menyerah, lihat betapa imutnya mereka, Aku adalah orang dewasa yang penyabar, Aku bisa lakukan ini' ucapnya dalam hati.
"Ehem… dengarkan Aku dulu, Kita tidak boleh menuduh bahwa manusia serigala itu jahat, sama sepertiku yang berkenalan dulu dengan kalian para goblin, kita harus berteman dengan siapapun tanpa memandang ras mereka, mengerti…" Eideth hampir saja menambahkan anak-anak diujung kalimatnya.
Mereka kemudian menunduk dan merasa bersalah karena pemikiran mereka, karena mereka sudah tenang, Eideth mulai menjelaskan rencananya. "Pertama kita harus memperbaiki kondisi tempat tinggal para goblin, setelah goblin cukup mandiri, kita bisa mengundang ras lain untuk tinggal bersama, itulah yang dimaksud dengan sebuah kota, kalian bisa punya banyak teman nantinya" jelasnya. Para goblin sedikit bersemangat mendengar mendengar mereka bisa berteman dengan ras lain tak bisa menyembunyikan kegembiraan mereka.
Eideth jadi menyadari bahwa setiap ras di Artleya sama seperti manusia didunia lamanya, semuanya adalah makhluk sosial yang ingin berhubungan satu sama lain. Walau Ia tahu rasisme terhadap ras lain bukanlah hal yang tidak biasa, ingin percaya para goblin bisa membuktikan itu pikirnya, "yah, mereka juga mirip Halfling" gumannya.
Eideth mulai mengajari Gobbi bagaimana membangun desanya, Eideth memastikan Ia tidak terlalu membebani Gobbi terlalu cepat dengan hal yang kompleks dan membuatnya menatapi jalan yang panjang itu langkah demi langkah. Desa goblin itu semakin cepat berkembang dibawah pengawasan Eideth, mereka sudah membangun bangunan yang cukup layak dan mulai membuat fasilitas untuk meningkatkan kenyamanan masyarakatnya.
Eideth juga mengajari beberapa goblin pengetahuan khusus dan pekerjaan apa yang harus mereka lakukan, seperti beternak, bertani, dan pekerjaan lainnya, untuk membuat desa itu mandiri.
Eideth berbaring diatas ladang rumput disisi bukit menikmati waktu santainya, rencananya berjalan sangat mulus tanpa hambatan, Ia selalu mengunggah foto baru untuk sosial media miliknya, Ia juga mencoba belajar mantra-mantra TTRPG lainnya, Ia hanya menunggu Zatharna memberinya kenaikan level.
[3rd Level Milestones:
Help Goblin,
Help Werewolf,
…
Requirements are still not met.]
Tak terasa olehnya, sudah dua minggu berlalu semenjak bertemu dengan para goblin, dan misi Milestone miliknya masih belum selesai. "Kenapa harus seperti ini sih" keluhnya, Eideth mengingat permainan TTRPG yang Ia mainkan tak memerlukan begitu banyak sesi untuknya sampai di level 10, tapi dua minggu masih level tiga itu keterlaluan pikirnya. Eideth semakin kesal dengan kondisinya mengetahui perkembangan dunia lamanya.
"Korea dan Cina membuat komik? Apa-apaan ini, cepat sekali peningkatan mereka, masa episode 20 sudah sekuat ini, apa ini cukup wajar sekarang, Wanpeace dan yang lain tidak secepat ini seingatku, apalagi tanda tambahan ini, Overpowered" itu adalah keluhan singkat darinya. Eideth sama sekali tidak membenci hal seperti itu, Ia juga berpikir itu bagus untuk meningkatkan pembaca, tapi penulisan seperti itu sulit diseimbangkan dikemudian hari komentarnya.
Setelah puas bersantai-santai hingga, Eideth merasa tidak enak semua orang bekerja selain dirinya, Ia pun melanjutkan pekerjaannya memantau para manusia serigala. Ia menelusuri hutan dan mengikuti tanda-tanda yang sudah Ia tinggalkan sebelumnya, tak butuh waktu lama hingga Ia menemukan kawanan mereka.
2
Eideth melihat kawanan itu sedang dalam wujud manusia mereka pada siang hari, mereka terlihat seperti manusia biasa, berkumpul disekitar kumpulan tenda layaknya orang biasa, tak mengira perawakan mereka itu berubah menjadi tubuh hybrid manusia serigala di malam hari. Eideth melanjutkan rencananya membangun hubungan dengan manusia serigala itu, Ia berburu sebuah rusa untuk mereka makan dan meletakkan hasil buruannya itu didekat sarang mereka. Selesai dengan pekerjaannya, Ia lanjut berburu untuk makan malam desa goblin.
Tak butuh waktu lama hingga salah satu anggota dari kawanan menemukan rusa yang ditinggalkan Eideth, dan menyadari itu adalah pemberian darinya. Rusa itu dibawa ke pemimpin kawanan, si Alpha. "Bau ini, ini dari manusia itu lagi" keluhnya tak senang, "ketua bukannya ini bagus, kita jadi terbantu untuk memberi makan yang lain" ujar temannya. "Ini bukan soal dia membantu kita, manusia itu berbahaya, kita harus berhati-hati dengannya" jelasnya pada bawahannya. Mereka tidak begitu mengerti dengan pemikiran ketua mereka namun mereka tampak sangat percaya dengannya.
Begitu Eideth kembali dengan makanan, para goblin menyambutnya seperti biasa. Eideth bisa melihat perkembangan drastis setelah dua minggu, Para goblin sudah membangun rumah yang cukup layak, Eideth jadi semakin bimbang memikirkan waktu yang tepat untuknya pergi. Ia memberikan buruannya untuk dimasak oleh para goblin, "apa kamu melihat Gobbi" tanya Eideth pada seorang goblin. Setelah mendapat petunjuk arah, Eideth segera pergi.
Eideth ingin memberi tahu Gobbi, Ia akan pergi setelah menyelesaikan masalah para manusia serigala. Ia ingin tinggal lebih lama tapi Ibukota Lucardo masih begitu jauh. Ia tidak bisa tinggal di satu tempat begitu lama. Walau Eideth punya 500 koin emas dikantungnya, Ia sama sekali tidak ingin menggunakan uang simpanannya untuk membayar perjalanan teleportasi dan ingin berpetualang sebanyak yang Ia bisa sebelum mendaftar ke akademi.
Eideth mendaki sebuah bukit kecil dan menemukan Gobbi bersama lusinan goblin sedang mengerjakan sebuah tambang, beberapa hari sebelumnya, para goblin menemukan sistem gua yang cukup besar, dengan simpanan bijih yang berlimpah. Eideth segera membantu para goblin mendapatkan peralatan tambang dengan menjual hasil hutan yang dikumpulkan goblin ke kota lain. Walau berbekal 10 kapak beliung dan peralatan seadanya, mereka bekerja dengan efisien mengandalkan kerja sama mereka.
Gobbi membantu para goblin membuat tiang pengokoh untuk mengamankan stabilitas gua. "Ayo sedikit lagi, satu, dua…" dengan dorongan dari kaki dan tangan kecil mereka, tiang-tiang itu mulai tegak satu per satu, membuat interior gua jadi lebih luas dan aman. Selesai bekerja, Gobbi menghampiri Eideth.
Eideth menyapa, "bagaimana guanya kepala desa". "Semuanya cukup baik, berkat saran dari Anda" jawab Gobbi. Eideth bisa mendengar dari balasan Gobbi, sikap penakut dan kekanak-kanakannya sudah berubah menjadi pribadi yang dewasa dibalik tubuh kecilnya. Ia tahu goblin tumbuh berbeda dengan manusia namun perkembangan drastis itu tak pernah Ia duga. Gobbi belajar banyak dari Eideth selama dua minggu, membaca, menulis, berhitung, bahkan tata krama. Goblin adalah pelajar cepat, Eideth sangat kaget melihat para goblin sudah memahami pelajaran yang Ia ajari di hari sebelumnya. Eideth sekarang paham kenapa goblin di anime yang Ia tonton terlihat sangat mengerikan dan berbahaya.
"Ada yang ingin kamu bicarakan Eideth" tanya Gobbi. Eideth merasa dirinya lah yang menjadi kekanak-kanakan disini, Ia ragu-ragu untuk menyampaikan maksudnya takut mereka akan kecewa. Begitu Eideth membuka mulutnya, perkataannya terhenti oleh guncangan hebat dan suara ledakan dari luar gua. Langit-langit gua berguncang hebat namun berkat penopang yang mereka pasang, gua itu tidak runtuh. Mereka segera keluar untuk melihat apa yang terjadi.
Eideth tak percaya yang dilihat matanya, Ia begitu ketakutan keringat dingin membasahi dahinya. Di ujung hutan, terjadi ledakan besar dari tanah tertiup ke atas langit, sekilas Eideth mengira itu adalah eksperimen ledakan, tapi yang keluar dari balik asap itu adalah sesuatu yang tak pernah Ia kira. "Gobbi, cepat kembali ke desa, sekarang" teriak Eideth dengan wajah begitu gelisah.