"Tuan Eideth, bolehkah saya masuk" Seorang pelayan berdiri di depan pintu kamar, dengan membawa beberapa makanan.
"Masuklah" pelayan tersebut masuk dan melihat tuan nya berbaring telungkup diatas ranjang. "Bagaimana pestanya tuan" pelayan tersebut berdiri disebelah ranjang menaruh hidangan diatas lemari kecil.
"Apa itu pertanyaan sarkas" Eideth menolehkan wajahnya kepada pelayan itu. "Aku membawa makanan karena tahu tuan tidak makan apapun di pesta tadi" pelayan itu tersenyum. Eideth mencoba bangun dengan cara semalas mungkin.
"Terima kasih sudah membawakan ku makanan Gerard" Eideth mulai melahap makanan itu dengan cepat. Eideth sedikit kaget melihat minuman yang dibawa Gerard, "kali ini lemon peras???" "Saya rasa akan lebih menyegarkan setelah pesta tadi".
"Terima kasih makanannya" ujar Eideth selagi menyapu mulutnya dengan sapu tangan. "Kalau begitu saya permisi terlebih dahulu" Gerard membawa pergi peralatan makan dan keluar dari kamar Eideth.
"Anak itu..." Gerard melihat gelas perasan lemon yang telah habis. "Dia benar-benar sesuatu, apa harus kubuat lebih asam lagi, atau kubuatkan minuman lain" Gerard menunjukkan senyum seram sambil melewati lorong. Gerard menutup mulutnya dengan tangan kanan karena ia tak dapat berhenti tersenyum.
Dikamar Eideth, Eideth terduduk memikirkan rencana selanjutnya sambil melihat layar transparan didepannya. Ia berpikir keras sambil berbaring di kasur dengan layar transparan tersebut masih berada didepan wajahnya. "Bagaimana bisa jadi seperti ini" keluhnya sambil memutuskan apa yang akan dia lakukan.
"Kalau kau sudah hidup tiga kali, kau bisa mempercayai apapun." Eideth mulai mengingat kembali bagaimana Ia awalmya Ia harus menjalani kehidupan ketiga ini. Di kehidupan pertama, dia hanya seorang yang biasa-biasa saja, menjalani kehidupan pekerja kantoran hingga Ia akhirnya meninggal. Di saat-saat terakhirnya Ia berkata, "rasanya aku benar-benar akan mati, sial sekali, wanpeace blom tamat" kata-kata terakhirnya kepada orang-orang dunia itu.
Di kehidupan kedua, dia tidak benar-benar hidup. Ketika Ia tersadar, Ia dipanggil oleh dua orang. Satu seorang laki-laki remaja yang memiliki wajah sedih, dan seorang wanita aneh dengan pakaian putih seperti peri. Wanita itu dengan santainya berkata tanpa menjelaskan apa-apa, "lihat!! Dialah orang yang akan jadi pelindungmu". Dia dipaksa menandatangani kontrak untuk menjadi pelindung bocah remaja tersebut.
"Hey, kembalikan Aku. Aku harusnya di surga sekarang" Ia memberontak ingin dikembalikan namun wanita itu menjawab dengan tertawa sinis, "bukannya kamu harusnya bersyukur bisa hidup kembali". Ia ingin memberontak lebih lanjut namun bocah remaja itu memohon untuk menolongnya. "pokoknya kembalikan aku saat kontraknya selesai" teriaknya sebelum wanita itu menghilang perlahan menjadi asap.
Ia tidak hidup, Ia hanyalah sebuah jiwa gentayangan yang diminta menjaga seorang bocah remaja, hampir tidak bisa dihitung kehidupan kedua jika Ia tidak merasuki bocah itu sesekali saat dimintai tolong. Dunia kedua itupun bukan dunia biasa, dunia sihir dan pedang seperti tontonan kartun di kehidupan pertamanya.
Setelah bertahun-tahun menemani bocah itu, Ia akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya dia hari tua. Ia melihat bocah itu tumbuh menjadi pria dan berkeluarga. Karena roh bukanlah hal tidak wajar dia juga bergaul didunia itu. "Terima kasih telah bersamaku setelah sekian tahun ini" tubuh orang tua renta yang dulunya remaja berbaring ditempat tidurnya. Keluarga, kerabat dan teman berkumpul bersama di ruangan itu menemani masa-masa terakhirnya.
"Istirahatlah kawan, kita sudah bertualang cukup lama didunia ini" "Ya, kau benar". Ia berusaha tersenyum disaat terakhirnya meninggalkan dunia. Semua orang di ruangan itu mencoba menahan kesedihan mereka. Karena kontraknya sudah selesai, tubuh rohnya perlahan berubah menjadi cahaya, Ia tersenyum dan mengucapkan selamat tinggal pada orang-orang disana.
Ia berpikir, "akhirnya Aku akan beristirahat" pikirnya selagi melambai pergi. Ia pikir rasanya ringan...
"Hey! Bangun...! Cepat buat keputusanmu. Aku tidak ingin berlama-lama disini, pekerjaanku masih banyak" Seorang gadis kecil berteriak. Memang seorang gadis kecil, besar tubuhnya hanya seukuran telapak tangan, Dia mirip seorang peri jikalau memiliki sayap.
"Kalau saja sikapmu lebih baik dari awal, tidak akan terjadi seperti ini" jawab Eideth selagi mengangkat tubuhnya. "Kamu mengganggu saja, padahal aku sedang mengingat sesuatu", "palingan itu sesuatu yang tidak berguna" ujarnya.
"Kamu harus lebih sopan kepada contractor mu ingat??? Aku ini boss mu sekarang" Eideth tertawa. "Cepatlah pilih, Aku ingin cepat-cepat pulang" Eideth yang melihat wajahnya mulai menangis berhenti mengganggunya lebih jauh.
"Berapa pity ku saat ini" tanya Eideth. "Apa kamu menjadi lebih bodoh atau semacamnya? Kamu sudah melakukan ini berkali-kali", "jawab saja, ini termasuk pekerjaanmu, Aku ini sedang melatih profesionalitas mu" ujar Eideth dengan kesal.
"Haah...." Ia melepas nafas panjang sebelum melanjutkan perkataannya, "Pity anda hingga saat ini adalah 17, progres sejauh ini, anda telah mendapat 15 produk dan 2 kali gagal mendapat otoritas penuh. History progres bisa anda lihat di layar" Ia menjelaskannya secara detail, aura profesionalitas dirinya bisa terlihat keluar.
[Authority accession
Saat ini kamu memiliki sebagian akses dari Authority yang kamu punya.
Authority yang kamu punya hanya cukup mengambil salah satu dari pilihan dibawah
Ambil sebuah produk dari dunia asalmu / Ambil otoritas penuh.
Pity saat ini 17/20]
Eideth memikirkan dengan serius pilihan yang akan dia buat. Ia sudah dua kali gagal mendapat akses penuh. Pilihan ini hanya terjadi setahun sekali, pada saat ulang tahunnya. Eideth berpikir Ia bisa menunggu dua tahun lagi agar digaransi mendapat otoritas dan dua buah barang dari dunia lamanya.
"Dua tahun terlalu lama, ayo lakukan" Eideth menekan ambil otoritas penuh tanpa ragu. Pikirnya Ia sudah mendapatkan lima belas barang dari dunia lamanya, namun Ia sedikit gelisah ketika melihat roda hadiah tersebut.
"Ayolah..." roda itu berputar sangat cepat, terdapat beberapa zona hijau dan zona merah yang mendominasi. Mendengar rodanya berputar semakin pelan, Eideth menutup matanya. "Apakah sudah selesai" ujar Eideth dengan mata masih tertutup. "Kamu bisa membuka matamu sekarang" ujar wanita kecil itu.
Betapa kaget dan gembiranya Eideth ketika melihat Ia berhasil memenangkan otoritas penuh. Ia dan wanita kecil itu bergembira bersama, Eideth bahkan melempar-lempar wanita itu ke udara.
"Jadi... Kapan Aku mendapat otoritas penuhnya" setelah melempar wanita itu beberapa kali, Ia menaruh wanita itu dipundaknya sambil melihat apakah ada notifikasi lanjutan pada layar itu. "Aku tidak yakin, coba ditunggu sampai besok. Untuk sekarang Aku akan melaporkan ini ke pusat. Akhirnya Aku bisa bebas, Wuuhuu..." karena wanita itu menjadi gembira Eideth pun melemparnya lagi.
"yah sudah, Aku pergi dulu, selamat tinggal semoga kita tidak akan pernah bertemu kembali" wanita itu terbang melalui portal kecil dan menghilang, meninggalkan Eideth sendirian di kamar. Ruangan tersebut menjadi sepi kembali.
Eideth berbaring di kasurnya menatap langit-langit mengharap besok datang lebih cepat dan tak sabar menunggu otoritas yang dijanjikan kepadanya itu.
Keesokan harinya. Gerard datang mengetuk pintu kamar Eideth namun Eideth membukanya lebih dulu, ekspresi kaget Gerard tak tertahankan namun wajahnya masih dingin seperti biasa. "Waktunya sarapan tuan muda" ujar Gerard setelah mengembalikan ketenangan diwajahnya.
Mereka berdua tiba di ruang makan lebih cepat dari biasanya membuat yang lain sedikit kebingungan, suasana hati Eideth yang tampak gembira membuatnya tak memperdulikan suasana ruangan. Ia duduk ditempat duduknya bersebelahan dengan adiknya.
"Kak, kamu terlihat berbeda hari ini" Zain berbisik ke telinga Eideth. Eideth hanya membalas bisikan Zain dengan tersenyum, membuat Zain semakin kebingungan. Eideth melihat makanan mewah di depannya, dan melahapnya dengan semangat. Setelah makan Ia langsung mengutarakan niat baiknya. "Ayah, Ibu, Aku sudah memutuskan untuk belajar ke Akademi" ucap Eideth dengan antusias.
...
Sejam sebelumnya, Eideth bangun lebih awal dari biasanya, entah karena anthusiasme atau Ia tidak bisa tidur menunggu. Portal kecil seketika terbuka dan mengeluarkan seseorang dari mulutnya. Wanita tadi malam muncul kembali ke hadapan Eideth, membawa sebuah gulungan. Ia menundukkan wajahnya untuk beberapa waktu yang membuat Eideth bingung, "hey, apakah ada yang terjadi" ujar Eideth selagi mendekati wanita itu.
Wanita itu mengangkat wajahnya yang penuh senyuman, "Selamat Kamu berhasil mendapat otoritas penuh" teriaknya dengan gembira selagi konfeti meledak disampingnya. Eideth melepas nafas lega mengira terjadi masalah dengan pusat.
Wanita itu menyerahkan gulungan ditangan kepada Eideth dan seketika gulungan itu membesar ketika menyentuh tangannya. Eideth membacakan dengan jelas. "Selamat atas keberhasilannya, otoritas yang anda minta sesuai kontrak telah diterima. Karena kedua syarat kontrak telah terpenuhi, kita akan lanjut ke tahap kedua kontrak. Kami telah menugaskan Linzel menjadi bawahan anda dengan pangkat yang tertera. Anda juga akan mendapat pangkat dalam agensi Interdemensional Contractor sebagai yang tertera. Selamat bekerja. Salam, kepala Interdimensional Contractor" setelah Eideth membaca keseluruhan surat, gulungan itu menghilang.
Wajah Linzel yang tadinya gembira perlahan semakin muram. Eideth merasa sedih kasihan bertanya kepadanya, "ada apa denganmu" tanya Eideth. "Ini tidak adil. Kenapa harus Aku? Padahal, Aku hanya ingin hidup santai saja, kenapa kerjaanku jadi tambah banyak" Sedikit aneh melihat wajah seorang wanita dewasa menangis karena malas bekerja.
"Apa kamu dibully disana?" "Untuk apa kamu tahu, kukira semua akan berakhir semalam, nyatanya tidak. Apa Aku tidak boleh hidup malas-malasan sambil bersantai" ujar Linzel dengan bergelinang air mata.
Eideth kebingungan antara merasa kasihan dan ingin tertawa, memang sudah jadi kewajiban Linzel untuk melakukan pekerjaannya. "Sudah, berhenti mengeluh dan lakukan saja pekerjaanmu" mendengar perkataan Eideth, Linzel merasa kesal dan pergi melalui portalnya
Ruangan itu kembali hening dan Eideth mulai tak sabar melihat otoritas yang Ia dapat kan. Ia memanggil layar transparan tersebut. Layar itu perlahan muncul dan tulisannya mulai terlihat. "APA!!!! APA-APAAN INI!!!" teriak Eideth.