Semua pasukan telah tiba. Suara langkah kaki yang menggelegar dan putaran mesin mobil tempur terdengar bersamaan.
"Semua pasukan, berpencar!. Tutup rapat setiap sisi hutan!"
"Pasukan ZEO5 peleton 1 sampai 10 pergi ke sebelah kanan!. Pasukan ONE7 peleton 11 sampai 20 pergi ke sebelah kiri!" Jawab Kazim dengan tegas kepada semua pasukan yang telah tiba lewat earpiece.
"6 Juggernaunt Alvitary. Sudah sampai. Terima ...." 6 mobil truk titan yang membawa perlengkapan misil jarak jauh telah tiba di dalam hutan.
"Laporan diterima. Berpencar!"
"Okay!" Jawab semua pilot 3 pria, serta 3 perempuan dengan khidmat dan langsung berpencar untuk menelusuri setiap sudut hutan yang kosong.
"Tank FIGHTER SS9. Telah sampai. Terima ...." 6 Tank tempur yang di lengkapi 2 senjata penghancur telah tiba di dalam hutan.
"Diterima. Masing-masing dari kalian ikuti Alvitary untuk menjaganya."
"Okay!" Jawab semua pilot 4 pria dan 2 perempuan seraya mengikuti jalan truk Juggernaunt Alvitary yang saling berpencar.
"Yosh. Sepertinya sudah—"
"Hoi. Kazim."
Tiba-tiba seseorang berbicara dengan suara yang menggema kepada Kazim.
Spontan Kazim terkejut saat mendengarnya. "Apa?. Apakah ini Komandan Saijen Brista?"
"Hahha ... Sesombong itukah komandan kalian sampai melupakan ku, hah?"
"Tidak. Ini tidak seperti yang anda bayangkan."
"Ada apa, Saijen?." Bristina langsung menjawabnya secara langsung dari pusat yang saling terhubung satu sama lain.
"Kau terlalu egois sebagai seorang komandan Bristina. Mau sampai kapan kau akan tetap seperti itu?"
"Jika kau ingin bergabung. Atur sendiri bagaimana kau mau melakukannya. Aku tidak pernah melupakanmu. Terserah kau saja." Jawabnya dengan nada tidak peduli.
"Huh ... Menarik. Bagaimana menurutmu, Zavin?"
"Komandan Zavin juga?" Tercengang sejenak. "Ada apa ini?"
"Ya. Kami sudah menghubungkannya dengan semua pusat komando. Maka semua pasukan, termasuk dirimu bisa mendengarkan semua perintah yang akan kami sampaikan untuk ke depannya."
"Jadi begitu. Baiklah, Aku mengerti."
Komandan Zavin Kronius hanya terdiam dan tidak menjawabnya sama sekali. Membuatnya merasa jengkel terhadap sifat yang dimilikinya.
"Sigh ... Dasar manusia egois. Baiklah ... Aku tidak peduli jika mereka seperti itu kepadaku. Jangan khawatir."
"Ya"
"Bagus. Aku sudah menyiapkan 4 kapal HAKA17 penghancur dari arah laut untuk mengawasinya sambil mengelilingi tempat itu. Jika ada apa-apa, jangan salahkan aku kalau tempat itu tiba-tiba hancur dari serangan solar penghancur milik kami."
"Dimengerti."
"Ahahhha ... Sisanya aku serahkan kepadamu."
Komunikasi terputus.
"Aku tidak menyangka ini semua akan terjadi. Seorang Dewa?. Apa yang sebenarnya terjadi?. Kehadirannya sampai membuat semua komandan turun tangan hanya untuk menangani dia yang seorang diri. Apakah ini berhubungan dengan mereka yang berasal dari dunia lain itu?" Jawab batinnya gelisah.
Semua pasukan sudah berada di posisinya masing-masing. 3 pusat komando sudah mengintai mereka dari arah monitor hologram dengan raut wajah yang tidak begitu tenang dengan ketegangan yang akan terjadi.
Mirellia sudah sampai, turun dari mobil dan langsung berlari memasuki hutan tanpa basa basi.
Lucia yang penasaran melihat mereka ber4 dari atas udara, langsung memberanikan diri untuk menghampirinya seraya di ikuti oleh Ruby dan 2 perempuan kembar. Meninggalkan Leylia dan para pasukan udara yang baru sampai di belakangnya.
"Hey. Kalian mau kemana?. Jangan tinggalkan kami." Mencoba untuk mengejarnya.
Dengan cepat Kevin langsung memegang tangannya. "Jangan ... Kau disini saja ... Disana terlalu berbahaya."
"Sigh ... Jadi, sekarang apa yang harus kita lakukan?. Membiarkan mereka pergi begitu saja?"
"Tidak. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Lebih baik kita mengawasi mereka terlebih dahulu ... Tenanglah, semua pasukan telah mengamankan seluruh area di hutan ini."
"Tepat sekali"
"Bersabarlah Leylia-san ...." Ucap Sevila sedikit memelas agar Leylia mengerti.
Menghela nafas. "Baiklah ... Sepertinya ini akan menjadi sebuah perkumpulan manusia dari dunia lain" Jawab Leylia yang melihatnya dari jauh dengan mata sinis.
"Sepertinya begitu ... Kita harus tetap berhati-hati" Jawab Kevin menanggapinya.
"Ya"
.
.
Asyluminaz mulai berjalan dengan langkah kaki seraya meninggalkan kesan api hitam kutukan melekat pada tanah.
Aku tahu ini sangat memalukan, aku tidak pandai bertarung selain memainkan sebuah game sendirian. Tidak ada yang membuatku berani untuk melakukan hal baru selain diriku yang masih bersekolah.
Tidak ada satupun perasaan yang membuatku ingin kembali seperti dahulu yang selalu aktif berolahraga meskipun kesepian masih selalu menemaninya.
Waktu kecil, aku selalu belajar sendiri tanpa ada orang yang membantu. Ya, aku tidak perlu itu karena aku tidak suka di perintah oleh orang lain.
Kedua orangtuaku selalu mendukung dan tidak pernah melarangnya sama sekali.
Menonton TV adalah bagian terpenting saat aku selalu mempelajarinya secara otodidak. Tidak mengenakan buku atau berguru kepada siapa pun tidak membuatku putus asa untuk bisa melakukannya.
Tapi, sekarang aku tidak peduli.
Aku sudah mengingat semuanya dengan jelas.
Bermain-mainnya cukup sampai disini saja. Aku pasti akan membalasnya!.
Menarik nafas dalam dalam.
Langit mulai berpindah ke sore hari.
Lalu ....
"Ayo!" Jawab mereka bertiga serentak.
Mereka bertiga melesat dengan kilatan 3 cahaya yang berbeda.
Serangan tinju pertama dari Yoru berhasil membuatnya terpental, di susul oleh tebasan kilatan petir ungu dan serangan pergerakan tangan cepat oleh pria berkacamata dengan kilatan cahaya biru terang terlihat di kedua tangannya yang diayunkan.
1 Dewa melawan 3 petarung jarak dekat dengan ritme pertarungan yang tidak terbayangkan saling bertarung untuk bisa mengalahkannya.
Asyluminaz hanya menyeringai senang seraya terus menahan gempuran dari mereka bertiga dengan bermodalkan satu pedang kutukan saja.
Gempuran serangan bertubi-tubi terus dilakukan untuk bisa memojokan Asyluminaz. Alih-alih terpojok, dia berhasil membuat mereka bertiga kewalahan dan perlahan tumbang yang membuat mereka terjatuh.
Tidak ada gunanya untuk menyerah, mereka terus bangkit kembali untuk bisa menumbangkannya. Mereka terus menyerang Asyluminaz secara bergantian dari setiap arah titik buta penglihatannya dengan cepat supaya bisa membalikkan keadaan dengan mudah.
"Georyzen!"
Asyluminaz dengan cepat menebasnya.
"Terima ini!."
Yoru melesat sangat cepat sebelum Asyluminaz melihatnya seraya tinju pembalasan berhasil di arahkan yang membuat pedang kutukan miliknya hancur berkeping-keping dan terhempas keras karena menahannya.
"Apa?. ...."
Benang hitam bergerak dikendalikan dengan cepat dan langsung mengikatnya serta Void Prison milik Yoru yang berhasil menahannya.
Petir ungu menyala ganas merambat keluar dari bilah katana miliknya dengan aura ungu terpancarkan keluar mengamuk menyelimuti tubuhnya.
Berancang-ancang seraya berlari. "Teknik pertama, tebasan kilat bulan Naga kematian ...." Dia langsung melesat dengan kecepatan yang tidak terukur seraya meninggalkan kesan hancur pada permukaan tanah.
*SING!*
Tebasan cepat kilatan petir ungu seketika berhasil membuat tubuh Asyluminaz terbelah menjadi dua bagian secara mengenaskan.
"Ryuken"
Kedua tubuh Asyluminaz yang telah terbelah tiba-tiba terbakar oleh api hitam kutukan kebangkitan menyelimuti seluruh bagian tubuhnya.
Mereka tidak sadar.
Lalu ....
"...?!!"
"Kemana perginya tubuh dia?!"
"Apa?!. Tebasanku tidak berhasil membunuhnya lagi.?"
"Jangan jangan ...?"
Mereka bertiga serentak melihat ke atas langit.
Pedang raksasa kutukan surgawi telah di lepaskan dari atas langit dengan cepat mengarah kepada mereka bertiga.
"Secepat itu dia berhasil bangkit kembali?. Mustahil!. Aku tidak percaya dia bisa secepat itu melakukannya. Menyebalkan!. Kedua mataku seperti buta karena tidak bisa melihat pergerakannya ... Sebisa mungkin aku harus bisa menahannya, karena tidak ada waktu untuk bisa menggunakan sihir penghancur itu. Semuanya sudah terlambat." Batin Yoru.
Aku tidak akan membiarkannya!
"Sigh ... Void Prison!"
"Zeken!"
Secara serentak rantai ungu dan benang hitam langsung melilit pedang raksasa kutukan surgawi dari atas langit untuk bisa menahannya.
Alih-alih berhasil menahannya. Api hitam kutukan langsung menghancurkan serangan mereka dengan cepat yang membuat pedang raksasa kutukan surgawi terus melaju dengan perkasa seraya hembusan angin diguncangkan dengan hebat di udara.
"Mustahil!. Sepertinya pedang itu telah di perkuat berkali kali lipat olehnya."
"Aku pikir Dewa itu lemah seperti di dalam cerita yang selalu aku baca. Tapi, ternyata ini sungguh berbeda dari dugaanku ... Inilah kenyataan yang sesungguhnya ... Karena pada hakikatnya para Dewa itu adalah yang terkuat dari bentuk apa pun yang telah tercipta."
"Kau benar. Titah Dewa adalah mutlak ... Inilah kekuatan sesungguhnya dari ciptaan Dewa sejati yang telah terlahir di dunia ini."
"Sigh ... Aku tidak akan pernah menerimanya!"
Asyluminaz sudah berada di atas langit dengan sihir penyembuh tingkat tinggi miliknya yang berhasil membuat badannya kembali utuh seperti semula.
"Semuanya sia-sia. Tidak ada gunanya kalian menghancurkan pedang itu yang telah di perkuat oleh titah hukum keabadian ... Makhluk rendah seperti kalian memang pantas untuk mati ... Kekuatan Dewa adalah mutlak!. Tidak ada yang bisa membunuhku ... Terimalah hukum kematian dari Dewa sesungguhnya!"
Kegelisahan dan ketegangan menghantui jiwa mereka seraya melihat kematian sudah terlihat di depan mata.
Seluruh orang yang melihatnya hanya terdiam tidak bisa melakukan apa-apa.
Hukum kematian telah mengambil alih jalan cerita yang telah di atur untuk kematian mereka, tidak peduli kehancuran adalah jalan utama untuk menghancurkan dunia beserta isi yang berada di dalamnya.
Tapi ....
Seseorang telah menginjakkan kakinya di atas permukaan tanah hampa dengan kedua kaki yang sudah bersiap untuk menahannya.
"Apa?. Siapa dia?" Jawab Yoru yang melihatnya.
"Aku tidak tahu. Sepertinya dia ingin melakukan sesuatu."
Jauh di dalam lubuk hatinya. "Aku pikir ini adalah sebuah mimpi. Ternyata tidak ... Aku sudah terbangun dari semua rasa mimpi palsu yang membuatku terus terhenti untuk melangkah maju ... Tapi, mungkin inilah perjalanan pertamaku di dunia lain." Memegang liontin biru di kalungnya yang bersinar secantik bintang surgawi. ".... Tunggu aku, Ariel."
Memejamkan mata. "Wahai ketetapan keadilan surgawi. Pinjamkan aku seluruh kekuatan yang kau punya ... Terangilah jiwa hati yang hilang menjadi kenyataan untuk menghapus segalanya." Mengarahkan perisainya ke depan sementara percikan aura biru mulai keluar menutupi seluruh tubuhnya secara perlahan dan membesar.
Lucia terus berbicara.
"Uh?!. Para hama yang saling membantu, ya?. Baiklah ... Hukum titah Dewa adalah mutlak ... Kau pasti tidak akan bisa menahannya" Jawabnya sinis.
"Wahai pelindung keadilan surgawi. Berikan seluruh kekuatanmu kepadaku ... Wahai cahaya biru malaikat bintang 7000 dunia ... Bangkitlah!"
Seluruh tubuh Lucia dilapisi baju zirah emas dan 2 sayap putih surgawi yang terbuka. Aura biru terus keluar mengamuk membesar dengan ganas seraya guncangan angin dan tanah yang bergetar membuat semangat jiwanya terbakar.
Mengangkat sebelah tangannya ke atas langit. "Kaisar pelindung keadilan ilahi ... Ariel!!!!" Jawab Lucia dengan suara yang berkumandang keras.
Seketika aura biru yang menyelimuti seluruh tubuhnya langsung membentuk menjadi tubuh robot (Gundam).
Robot raksasa kaisar pelindung keadilan ilahi. Ariel, telah bangkit dengan 1 pedang dan 1 tameng raksasa sudah bersiap untuk menahan guncangan dahsyat dari pedang raksasa kutukan surgawi.
*TUNG!*
Benturan dahsyat terjadi dengan dentuman suara lonceng bel yang menggelegar saling bertarung di atas langit dengan hempasan angin dahsyat di udara.
"Sigh ...." Lucia tertekan dan mencoba bangkit kembali. "Gaa-ahh ... HHHHHAAAAAAAAAAAAA ...."
Tameng Ariel terus menahannya dengan sekuat tenaga atas titah dari Lucia yang menyalurkan seluruh kekuatannya. Percikan kilat kuning dan api kutukan hitam saling bertarung ganas di atas langit.
"Hhhhaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa ...!!!!!!!!"
Asyluminaz yang melihatnya sangat jengkel.
"Kau ... Kau!!."
Mengangkat satu tangannya ke atas langit dengan perasaan benci.
"Kau tidak akan pernah bisa mengalahkan kekuatan Dewa sejati hanya karena kau bisa menahannya, Kalian semua adalah benda yang seharusnya mati dan tidak pernah ada di dunia ini hanya karena sebuah cerita yang bisa membawa kalian masuk untuk melewati semua cobaan hidup dengan penuh penderitaan ... Sekarang, Karena kekuatan titah Dewa itu adalah mutlak ... Kalian semua harus mati ... Lihatlah, kekuatan dari Dewa yang sesungguhnya!." Lingkaran sihir raksasa terbentuk megah di atas menara.
Puluhan pedang raksasa kutukan surgawi turun dari atas langit serentak menembus awas dari seluruh pandangan mata dunia yang melihatnya.
Seluruh pandangan makhluk hidup melihat ke atas langit dan tercengang dalam keheningan bahwa ini adalah akhir dari segalanya.
"Mu-Mustahil ... Tidak mungkin. Apakah ini akan menjadi akhir dari segalanya?" Jawab Sevila sangat gelisah ketika melihatnya dengan ketakutan yang mendalam.
"Akhir dari segalanya ...."
"Dari kekuatan Dewa sejati ...."
.
.
3 pusat komando.
"Komandan Bristi-na ... -sama ..?"
"...."
"Komandan ....?"
"...."
Seketika mereka bertiga pergi tanpa basa basi meninggalkan ruangan pusat komando dalam keheningan.
Ditempat lain, Liza sedang menempelkan kedua telapak tangannya seraya memejamkan matanya dalam keheningan.
Permukaan tanah membeku dengan percikan kristal es yang mulai menyebar.
2 perempuan kembar saling memegang erat kedua tangan mereka seraya memejamkan matanya. Percikan aura api emas dan aura merah maroon mulai keluar menyelimuti tubuh mereka berdua.
Ruby sudah berada di atas langit dan memejamkan kedua matanya seraya mengarahkan pedang sabit merahnya dengan percikan aura api tua kekacauan bersinar menggelora keluar dari ujung sabit.
"Sigh ... Kekuatan Dewa sejati, ya?. Ini sungguh tidak bisa dipercaya bahwa ini adalah kenyataan akhir dari segalanya."
.
.
**********