Dengan gerakan tangan yang cepat, Asyluminaz langsung menyerang Shinka menggunakan peti mati penjara takdir (Graviz Avio). Membuat Shinka cepat terjebak oleh peti raksasa Anubis yang melahapnya.
Asyluminaz tidak tinggal diam dan kembali menyerangnya sambil mengepalkan tangannya dengan api hitam kutukan yang menempel padanya untuk menyerang Shinka menggunakan tulang kutukan api hitam abadi (Soul Crush) yang menusuk peti Anubis secara beruntun dari berbagai arah.
Asyluminaz kembali meletakkan kedua telapak tangannya di tanah. Lingkaran sihir mulai terbentuk, menyebabkan aura api hitam terkutuk menempel erat di udara.
"Ayo! Aziel!"
Tanah bergetar hebat ….
Raungan menggelegar terdengar dari bawah tanah. Kepala naga raksasa tiba-tiba muncul dari tanah dan bergegas keluar, melahap penjara peti Anubis ke dalam mulutnya dan terbang ke langit.
Naga kutukan surgawi itu menari dengan tubuh panjangnya yang terus mengamuk tepat di balik sinar bulan yang menyinarinya di atas langit.
"Masih belum!" Asyluminaz mengarahkan sebelah tangannya ke atas langit dengan api merah iblis yang menyelimuti tangannya. "Aku akan memastikan kau akan menghilang sekarang juga, iblis rendahan!"
Asyluminaz langsung mengepalkan tinjunya, melahapnya menggunakan api merah iblis maut yang seketika membuat Aziel menjadi bulan merah gerhana di langit.
"Inilah akhirnya. Matilah, sampah!"
Seketika bulan merah iblis kematian dengan cepat mereduksinya menjadi partikel atom dan melenyapkannya dengan ledakan tak terbayangkan yang terjadi di atas langit.
*BOOOMMMM!*
"Sepertinya hanya itu saja, iblis rendahan. Kau hanyalah alat tak berguna yang layak diuji oleh para Dewa. Sekarang kau—"
Tiba-tiba ....
Asyluminaz sangat terkesiap, merasakan ada satu ujung pistol yang mengenai kepalanya dari belakang.
"Apa? Itu mustahil ... Kau ...."
Shinka sudah berada di belakangnya, menodongkan pistol ke kepalanya seraya menatap tajam dalam diam.
"Eh ..? Apa yang terjadi? Kenapa aku masih hidup ya? Apakah aku benaran sudah mati? Hmmmmm ... Sepertinya aku masih selamat." Shinka berpura-pura bodoh sebagai cara untuk selalu menghina dan merendahkannya.
Wajah Asyluminaz putus asa. Tidak percaya dengan apa yang telah terjadi. "Ke-Kenapa? Kenapa kau masih hidup? Seharusnya kau mati setelah aku menggunakannya. Apa maksudnya ini?!"
"Uh? Kenapa kau malah bertanya padaku? Bukannya aku hanya alat tes kan?" Shinka berpikir sejenak. "Mungkinkah ... Kau memang tidak punya bakat untuk bisa membunuh alat tes ini, ya ?" Menggelengkan kepala. "Memalukan sekali. Ini pertama kalinya aku bertemu dengan Dewa yang tidak berbakat sepertimu."
Perkataan Shinka membuat Asyluminaz sangat benci terhadap sesuatu yang membuat dirinya merasa di rendahkan. "Kau … Aku pasti akan melenyapkanmu sebagai hukum Tuhan yang terkuat karena kau selalu menghina dan meremehkanku. Kau akan benar-benar mati di tanganku sebagai takdir masa depan yang akan melenyapkan segalanya." Asyluminaz mengatakannya sangat tegas dan kejam sebagai sebuah peringatan kepada Shinka untuk berhati-hati saat melawannya.
Shinka memiringkan kepalanya. "Eh? Tuhan itu apa? Nama keren? Tapi, kenapa dewa sepertimu sangat menyedihkan seperti ini? Ohhh, kau sedang mencoba untuk mempermainkanku ya? Menarik sekali."
Asyluminaz sangat geram. "Hukum Tuhan itu mutlak. Tidak akan pernah ada yang bisa menandingi keberadaan Dewa terkuat yang mampu menghancurkan segalanya. Atas perintahku, kau tetaplah iblis tikus yang harus mati!!!!"
Asyluminaz dengan cepat berbalik sambil menebas Shinka menggunakan pedang takdir absolut dari kutukan penghancur neraka (Deimosz) yang keluar dari tangannya dengan cepat.
Pedang bergaris merah darah dengan kristal emas di gagangnya, dan kepala ular menjadi ujung tajam penghancur pedang itu.
Shinka berhasil mengelak dengan cepat.
Tetapi ....
Tebasan pedang Deimosz berhasil menggores dada Shinka.
Shinka sedikit terkejut karena Asyluminaz berhasil melukainya. "Woww ... Sepertinya itu bukan pedang biasa. Aku tidak menyangka kau tiba-tiba bisa melukaiku. Hebat ...." Tepuk tangan. "Mungkin kau punya bakat terpendam. Tingkatkan terus, aku akan selalu menunggu perkembanganmu."
"Ternyata benar. Tidak ada pilihan lain selain menggunakan pedang ini." Pikir Asyluminaz bahwa tidak ada cara lain selain menggunakan pedang andalan miliknya yang bisa memotong apapun dengan mudah.
Asyluminaz menjawabnya. "Kau benar. Ini bukan pedang biasa. Pedang ini dapat memotong apapun dengan mudah dan bisa menentukan nasib kematianmu sekarang juga ... 2 pedang kutukan penghancur dengan kepribadian ganda yang bisa berubah sesuai kemauanku untuk mengeluarkan potensi spesialnya. Seakrang, kau tidak akan pernah bisa melarikan diri dariku. Karena kenyataan takdir ... Akan membawamu pada kematian jika aku mengayunkan pedang ini."
Shinka menatapnya sambil tersenyum. "Hmmmm ... Pedang yang sangat menarik. Tolong tunjukkan padaku, aku sangat tertarik dengan pedangmu itu. Berikan aku sedikit sesuatu yang menarik!" Jawab Shinka sambil segera mengganti 2 senjata Astron Trinity menjadi 2 void belati (Two Void Daggers).
Asyluminaz melihatnya dengan perasaan senang karena Shinka melakukan hal itu di hadapannya. "Ohhh, kukira senjatamu hanya mainan. Ternyata bisa berubah juga, menarik!"
"Ya. Aku baru saja mengubahnya menjadi senjata baru. Aku tidak percaya kenapa aku bisa tiba-tiba mengubahnya sesukaku." Shinka berpikir sejenak seraya melihat 2 belati miliknya. "Hmmmm ... Senjata ini lumayan lah, mungkin kau layak dijadikan bahan uji coba dari 2 senjata baruku."
Terkikik mengejek. "Ahhahahahha ... Baiklah, Ayo kita coba senjata siapa yang paling kuat."
Asyluminaz merasa senang yang membuat dirinya sangat bersemangat untuk bisa melawannya dalam adu pedang.
"Kuharap kau bisa melukaiku dengan pedangmu sebelum kau benar-benar terbangun." Shinka menghunuskan belatinya ke Asyluminaz.
Asyluminaz mengangkat pedangnya, bersiap menyerang. "Tutup mulutmu. Pedangku akan menentukan nasib kematianmu dengan telak."
"Kau tidak berhak bicara seperti itu sebelum kau mempunya buktinya. Majulah!"
Nyengir. "Dengan senang hati."
Asyluminaz langsung bergerak sangat cepat yang bisa melampaui ruang dan waktu, dia sudah berada di depan Shinka untuk memotongnya. Seketika membuat Shinka terkejut sesaat setelah melihatnya, lalu Shinka dengan cepat berhasil menahannya dengan gerakan tangan cepat.
Kemudian, Asyluminaz berbalik dan segera menyerangnya lagi dengan 3 tebasan pembelah dimensi ke arah Shinka.
Shinka masih berhasil untuk bisa menahannya, namun Asyluminaz sudah bergerak lebih cepat dan berada di belakangnya tanpa Shinka sadari. Bukannya berhasil menebasnya dari belakang, Asyluminaz malah ditusuk oleh satu Belati Void tepat di perutnya yang telah melebihi kecepatan pergerakan Asyluminaz.
"Apa?" Melihat ke arah bawah.
"Hmmph, kau pikir aku sebodoh itu? Tanganku lebih 10x lipat cepat dari pada gerakanmu." Shinka berbalik dan menyerang Asyluminaz dengan tebasan dan tusukan gerakan cepat secara beruntun.
Asyluminaz tampak sedikit kewalahan dan terus menahannya sambil mundur ke belakang tanpa ada perlawanan untuk bisa membalas serangan Shinka.
Kemudian Asyluminaz dengan cepat melompat ke udara dan melancarkan serangan 7 tebasan pembelah dimensi yang di arah kan ke Shinka dengan cepat.
Terlihat beberapa keretakan garis dimensional muncul di hadapan Shinka dari berbagai arah. Shinka yang merasakan hal tersebut seketika langsung menghindar sebelum 7 tebasan berturut-turut mengenainya.
Disaat Shinka mencoba untuk menghindarinya.
Tiba-tiba saat itu, Asyluminaz melakukan hal yang sama dan sudah berada di belakang Shinka dengan cepat, Asyluminaz sudah berancang-ancang untuk menebasnya dengan pedang yang siap diayunkan.
"...?!!"
Shinka melirik ke arah belakang.
Shinka menyadari hal itu dan melirik ke belakang seraya melihatnya dengan kedua mata Heavenly Eye of Void Elimination yang berputar perlahan di iris matanya.
"Sudah berakhir ...."
Aliran waktu menghentikan pergerakan Shinka sehingga tidak bisa menahannya dengan cepat.
Asyluminaz memegang erat gagang pedangnya dengan partikel merah tak terhinnga yang keluar menyelimuti pedangnya.
"Kizanoryu Heisen."
12 tebasan kilat.
Asyluminaz melesat ke depan dengan 12 tebasan pembelah dunia surgawi (Kizanoryu Heisen) yang diayunkan dalam keheningan suara.
Shinka terdiam, tubuhnya tidak bergerak dan tidak berbuat apa-apa sama sekali.
Tersenyum, merasa ini adalah kemenangan miliknya. "Lemah ... Aku yakin seluruh tubuhmu telah hancur berkeping-keping, karena sangat mustahil bagimu untuk selamat dari serangan itu."
Asyluminaz berputar.
Seketika Asyluminaz tiba-tiba tercengang gelisah tidak percaya saat melihat ke arah Shinka yang sedang menatapnya seraya tersenyum dari belakang dengan 12 sobekan di bajunya.
".... M-Mustahil ... Lagi dan lagi ... Kau masih bisa berdiri seperti itu? Itu tidak mungkin, bahkan penguasa lapisan tanpa batas dunia bawah tidak akan selamat dari serangan itu ... Kenapa? Apakah itu karena kedua matamu itu?" Asyluminaz merasa bahwa kekuatan mata Shinka adalah salah satu yang membuat apapun sangat mustahil untuk bisa mengalahkannya.
"Hah? Apaan? Teknik pedang mainan macam apa ini? Kau bahkan tidak bisa menyakitiku sama sekali ... Lihatlah ... Kau hanya bisa merobek pakaianku dan tidak lebih dari itu." Mengehela nafas, Shinka benar-benar merasa kecewa kepada Asyluminaz. ".... Hadehh ... Sebaiknya kau belajar lagi." Seraya menunjukknya.
"Cih ...."
"Ayolah.Tunjukkan padaku sesuatu yang lebih menarik lagi." Shinka mencoba memancing emosinya agar Asyluminaz bisa mengeluarkan seluruh kemampuannya.
"Diam kau!"
Seketika Asyluminaz langsung mengubah pedangnya menjadi ular cambuk maut (Viper) dengan kepala ular yang menyala dengan mata merah ganas. Kemudian Asyluminaz segera mengayunkan cambuknya dengan cepat ke arah Shinka sambil meninggalkan kesan kehancuran terus menerus di tanah dengan kerusakan yang dahsyat.
Shinka terus melompat-lompat untuk menghindarinya.
Menyeringai. "Rasakanlah, Raja Iblis rendah! Sekarang kau hanyalah hewan sirkus di hadapanku." Sebuah kesenangan yang membuat Asyluminaz merasa bahagia karena bisa mempermainkan Shinka sebagai budak sirkus miliknya.
Cambuknya terus diayunkan, Shinka sedikit kewalahan dan berusaha untuk menangkisnya. Namun hal itu membuat Shinka sedikit terkejut karena cambuk dari kepala ular mampu mengelak dan berbalik menyerang dengan cepat karena tidak bisa ditangkis atau dihentikan.
"Apaan ini? Merepotkan! Inikah yang dimaksud dengan 2 pedang berkepribadian ganda? Gerakannya, benar-benar sangat cepat ... Bajingan ... Mau sampai kapan aku akan terus menghindarinya seperti ini. Dasar ular brengsek!" Shinka tertekan karena tidak bisa menangkisnya dan terus menghindar dengan cepat.
Tiba-tiba cambuk (Viper) itu tumbuh menjadi 6 kepala ular.
"Apa? Masih ada lagi ... Dan sekarang malah bertambah?" Itu membuat Shinka spontan terkejut.
Asyluminaz mengalikan (Viper) miliknya menjadi 6 kepala ular atau bahkan lebih sesuai kemauannya sendiri yang bersatu dan menyerang Shinka secara bersamaan secara membabi buta.
Shinka berhasil memblokir 6 serangan (Viper) sekaligus dengan kedua tangannya. Membuat kedua tangannya seketika di hancurkan dengan cepat oleh cambuk (Viper) Asylimunaz yang menyerangnya.
Asyluminaz menyeringai bahagia dan bergerak sangat cepat ke arah Shinka karena ini adalah kesempatan yang dia tunggu-tunggu untuk membunuhnya.
"Inilah saatnya!"
*JLEBB*
Asyluminaz langsung menusuk dada Shinka dengan pedang Deimosz miliknya.
Darah berceceran keluar membasahi baju Shinka.
Seketika api hitam terkutuk keluar dari pedang Deimosz dan langsung membakar tubuh Shinka.
"Sekarang, inilah akhir dari sejarahmu, iblis rendahan. Kau tidak akan bisa berbuat apa-apa, karena api hitam kutukan akan segera membakarmu hingga menjadi debu. Ini sudah terbukti, akulah pemenangnya!" Asyluminaz menyeringai senang.
Shinka mengangkat kepalanya dan menatap Asyluminaz.
"Kau pikir dengan membunuhku kau bisa menang atasku? Teruslah bermimpi, Nona. Bukalah matamu lebih jauh, lihatlah bagaimana jurang kehampaan tanpa akhir di mata ini bisa membawamu jauh ke dalam ilusi kisah nyata." Shinka melotot ke arahnya dengan tatapan tajam.
Seketika Asyluminaz terpana dan terdiam setelah melihat sebelah Heavenly Eye of Void Elimination milik Shinka sedang berputar seraya menatapnya, seketika menyadarkan Asyluminaz akan kenyataan yang sebenarnya.
Dunia hancur, daratan, pepohonan, benda mati, makhluk hidup, dan lautan biru mulai menjulang ke atas langit khatulistiwa yang telah berubah menjadi awan ungu dari pusaran kehampaan tanpa akhir, serta lubang hitam raksasa yang akan melahap dan memusnahkan segalanya ke dalam kehampaan yang sebenarnya.
Wajah Asyluminaz sangat tercengang tak percaya dengan kedua matanya yang terbuka lebar seraya melihat ke arah Shinka yang sedang berjalan ke arahnya dengan aura ungu kehampaan yang menyelimuti tubuhnya.
Shinka berjalan santai sambil memegang 2 Astron Trinity di kedua tangannya dengan kehancuran yang sedang terjadi. Dunia yang sudah berada di ambang kehancuran terlihat sangat jelas di mata Asyluminaz yang menyaksikannya dan telah terikat oleh (Void Prison).
Jiwa Asyluminaz terguncang hebat, dia sangat terkejut, ketakutan, bingung, cemas, dan tidak tahu apa yang sebenarnya telah terjadi. Kedua bola matanya bergetar hebat, merasakan ketakutan yang luar biasa saat melihat Shinka perlahan berjalan ke arahnya.
"Ke-Kenapa? Apa yang sebenarnya terjadi padaku? Di mana aku? Perasaan gila macam apa ini? Ini tidak mungkin ...." Menggelengkan kepala dengan jiwa yang ketakutan.
Wajah Asyluminaz mengalami ketakutan yang mendalam seraya berteriak keras ke arah Shika. "Bedebah!!!!!! Apa yang telah kau lakukan padaku?!!!"
Shinka terus berjalan menunduk, lalu mengangat kepalanya dan menatap tajam ke arah Asyluminaz seraya sedikit memiringkan kepalanya dengan kedua mata ungu yang bercahaya menyeramkan. "Tutup mulutmu, hama!"
Asyluminaz terus menggelengkan kepalanya dengan kegilaan jiwa yang terus mencabik-cabiknya. "Tidak, tidak, tidak mungkin Dewa sepertiku bisa dikalahkan semudah ini oleh Iblis rendahan seperti dia ... Ya, itu benar." Asyluminaz mengangguk dengan sebuah senyuman dan tatapan mata yang melotot. "Itu benar! Tidak ada seorang pun yang bisa mengalahkan Dewa sejati sepertiku ... Tidak seorang pun ... Tidak ada ... Tidak akan pernah ada!!"
Mata Asyluminaz melihat ke kiri dan ke kanan, tidak mengerti kenapa dunia tersebut terasa sangat sepi. Karena sebelumnya ini adalah sebuah dunia dengan para pasukan yang telah mengepung tempat ini dengan 7 orang dari dunia lain.
"Kenapa aku tidak melihat mereka? Di mana mereka? Apakah mereka sudah mati? Mengapa dunia ini sepertinya perlahan menghilang?" Menatap ke atas langit. "Diangkat ke atas langit? Itu tidak mungkin ...."
Seketika jiwa Asyluminaz terguncang hebat ketika ia sejenak mampu melihat jauh ke dalam sumber lapisan pertama yang memperlihatkan 3 mata raksasa berwarna biru, merah dan ungu yang menatap tajam ke arahnya didalam dimensi gelap yang membuatnya ketakutan tak terelakkan.
".... Siapa? Siapa mereka? Apa-apaan dengan mata itu? Bedebah!! Siapa kau sebenarnya?!"
Mengedipkan mata dan melihat ke arah Shinka yang hampir mendekat sambil menggelengkan kepalanya.
Asyluminaz terkesiap. "Tidak!! Ini tidak mungkin!! Aku mohon! Waktu ... Berhentilah ... Berhentilah ... Berhentilah ... Berhentilah ... Berhenti!!!!!!" Asyluminaz menjerit histeris dengan suara teriakan yang berkumandang keras.
Setiap perkataan yang diucapkannya membuat waktu di dunia itu berhenti total dengan kehancuran yang terjadi, dan di saat yang sama Shinka terus menghancurkannya setiap kali ia dihentikan oleh Asyluminaz yang membuat Shinka terus bergerak untuk mendekatinya.
Tiba-tiba saat itu, Asyluminaz bisa merasakan bahwa kekuatan dari Dewa sejati miliknya terus terhisap dengan sangat cepat. "Apa ini? Kenapa kekuatanku seperti sedang di serap oleh sesuatu dengan sangat cepat? Kenapa aku merasakan seperti menjadi manusia biasa? K-Kau ...."
Asyluminaz gugup ketika ingin membuka mulutnya. "A-Apa yang sedang kau lakukan?! A-Apa kau gila? Kau ingin menghancurkan lapisan alam semesta tanpa dosa yang tak terhitung jumlahnya dengan kekuatanmu ini?!" Asyluminaz terus menatapnya dengan wajah pucat ketakutan yang perlahan membuat jiwanya mati.
Shinka mendengar hal itu dan menjawabnya dengan kesadaran penuh. "Ya. Kau benar ... Aku benci dunia ini ... Aku ingin menghancurkannya ... Aku tidak peduli jika dunia ini hancur meskipun ada banyak sekali alam semesta di dalamnya. Aku sama sekali tidak akan peduli!"
"Apakah mereka telah mati dalam sekejap olehmu?"
"Aku sudah melenyapkan semuanya, bahkan mereka yang berasal dari dunia lain pun telah mati dan tidak akan pernah terlahir kembali!"
Asyluminaz memberontak dari perbudakan (Void Prison). "Dasar iblis gila!"
"Seharusnya aku menang. Aku sudah menentukan nasib kematianmu setiap kali aku menebaskan pedang itu. Dasar iblis bajingan! Aku tidak akan pernah menerima bahwa iblis rendahan sepertimu mampu melampaui kami para Dewa sejati!"
Shinka menatapnya. "Huh? Menang katamu? Dari awal aku sudah memenangkan pertandingan ini setelah aku menggunakan kedua mataku. Sudah berakhir ... Kau kalah."
Shinka sudah berada di depannya sambil menodongkan senjata Astron Trinity tepat di keningnya.
Shinka melotot tajam. "Kematianku tidak ditakdirkan mati di tanganmu, bahkan oleh siapa pun ... Aku sendiri yang akan menentukan bagaimana nasibku berakhir ... Kau bahkan tidak akan pernah bisa melampauiku ... Aku sadar kenapa dia memilihku untuk bisa menyelesaikan semuanya. Itu semua ... Karena aku ... Adalah kerusakan dari virus itu sendiri."
Asyluminaz menggeleng tak percaya.
"Tidak, Tidak, itu tidak mungkin. Kau hanyalah raja iblis rendahan yang tidak berguna." Mengangguk tersenyum dengan tatapan mata melotot. "Benar! Kau hanyalah seekor hama yang pantas mati di hadapanku!"
Tiba-tiba Asyluminaz terkekeh nyengir.
".... Heheh ... Eheheh ... Tidak ada gunanya."
"Jika kau ingin tertawa, tertawalah sebanyak yang kau mau."
Asyluminaz tertawa keras dengan wajah tangisan dan ludah yang keluar dari mulutnya. ".... Ahahahahahahaha ... Ahhahahahahahahahaha ....!!"
Mengejeknya. "Kematianmu akan segera terjadi di masa depan. Ingat itu baik-baik, bocah!!!"
Tiba-tiba Shinka segera memasukkan senjatanya ke dalam mulut Asyluminaz.
"Ubhhh ...."
".... Selamat tinggal ...."
*BANG!*
Seketika tubuh Asyluminaz lenyap, hancur menjadi butiran debu yang tertiup angin penghapusan.
Shinka berbalik, berjalan pergi, meninggalkannya dengan kehancuran dunia yang tidak bisa diganggu atau dihentikan.
"Mungkin itu hadiah perpisahan dariku. Terima kasih."
.
.
************