Chapter 47 - Kekejaman setan

Dia bangun dengan dua mata yang berkaca-kaca ketakutan, dia langsung berlari pergi keluar dari gang kecil tersebut. Ia terus berlari, tak perduli jika orang lain menganggap dirinya bodoh dan menganggap dirinya aneh, dia terus berlari seraya menundukkan kepalanya di tengah kerumunan orang yang mencoba menghalangi jalannya.

Hanya langit malam dan lampu perkotaan yang selalu menyinari langkah kakinya, ia terus berlari seraya menahan tangisan yang keluar dari air matanya.

Beberapa menit telah berlalu, dia dengan cepat sudah sampai di depan rumahnya dengan selamat.

Ia sampai di depan rumah, menabrak gerbang masuk dan segera membuka pintu dan menutupnya kembali dengan dorongan keras.

Ia hanya terduduk lemas dengan nafas yang tidak teratur seraya kegelisahan yang membuat jiwanya tergoyahkan. Dia berusaha tenang dan mencoba untuk tidak peduli, dia bangkit lagi seraya melepas sepatunya dan segera pergi ke kamar mandi tanpa basa basi.

30 menit telah berlalu, dia keluar dari kamar tidurnya dengan mengenakan sweter lalu pergi mengambil ketel berisi air panas dan 3 cangkir mie instan yang berada di laci dapur.

Kemudian, ia menyimpannya di meja depan ruang tamu di tengah kesunyian rumah yang dipenuhi kegelapan karena minimnya penerangan, kecuali acara televisi yang terang benderang di depannya.

Dia membuka 3 cangkir mie instan dan seduh dengan air panas.

Kemudian Ia menunggunya sambil menonton berita televisi tentang pembunuhan yang sedang terjadi. 

Berkisah tentang seorang wanita yang dibunuh di sebuah gang sempit dengan kedua tangannya terpotong parah, serta pakaian dan goresan pisau di setiap bagian tubuhnya.

Memperlihatkan seluruh petugas polisi yang sudah berada di lokasi untuk mengamankan lokasi pembunuhan tersebut.

Berita itu terus ditayangkan di acara televisi lain ketika ia memindahkannya, membuatnya tak peduli dan hanya menatap kosong sambil mengambil secangkir mie instan yang siap disantapnya.

Dua mata hitam polos menatapnya dengan tatapan kosong seperti kehampaan yang melahapnya dengan ketidakpedulian total.

Tetapi ....

Ia hanya bisa melihat 1 foto mereka bersama ayah, ibu, tante dan dirinya sedang tertawa bahagia terpampang di sisi kanan televisi.

Takdir membawa ayah dan ibunya ke jurang kematian sebelum ia menjadi pria dewasa untuk bisa menjaga dan membanggakan mereka di kemudian hari.

Nasib tetaplah takdir, tidak ada yang bisa mengubahnya. Manusia hanyalah wujud perwujudan dari eksistensi yang menentukan kelangsungan hidupnya di masa depan sebelum kematian menjemputnya.

Bentuk terlemah dengan berbagai kesempurnaan yang ditentukan baginya saat ia dilahirkan. Manusia sempurna hanyalah wujud kematian ketika ia ingin mengubah nasib hidupnya sendiri, karena pada dasarnya kesempurnaan hanya ada satu dan tidak ada orang lain yang bisa memilikinya.

.

.

Dia berdiri, 3 cangkir mie instan habis, membersihkan sisa makanan dan membuangnya ke tempat sampah. Tumpukan sampah tersebut membuatnya tidak menyukai baunya yang menyengat, sehingga ia segera membawanya keluar untuk menyimpannya di tempat yang semestinya.

Dia membuka pintunya.

Berbelok ke kanan untuk memasuki gang kecil tempat rak sampah berada.

*Clang! Clang!*

Tiba-tiba terdengar suara kaleng jatuh dari arah lain. Jauh di dalam gang sempit yang gelap.

Ia sangat penasaran dengan suara tersebut dan mencoba memberanikan diri untuk mencarinya sambil membawa sekantong sampah yang belum disimpan.

"..."

Sesampainya di tempat itu, Ia melihatnya dengan sangat kesal, bahkan tak ada satu kata pun yang keluar dari mulutnya saat melihat sesuatu yang membuatnya sangat jijik dan benci.

Tangannya terkepal erat saat melihat adegan tidak senonoh yang membuatnya marah.

Seorang pria dewasa sedang bermesraan dengan seorang wanita cantik nan seksi di sebuah gang yang gelap. Saling berciuman dengan pakaian wanita terbuka sambil saling bersentuhan dengan penuh kenikmatan dirasakan keduanya.

Tiba-tiba, sebuah kantong sampah dilemparkan ke arah mereka dari belakang. 

Laki-laki itu sangat kesal dan menyadarinya, perempuan itu hanya berteriak ketakutan karena khawatir ada yang melihatnya sambil menutupi tubuhnya yang hampir terbuka.

Seorang anak sekolah berusia 7 tahun sedang menatapnya tajam dari belakang dengan aura ketiadaan berwarna biru tua yang mengamuk. Sebuah kekuatan alami yang keluar dari tubuhnya sendiri tanpa ada pemberian dari dunia lain meski dia sendiri tidak pernah sadar saat melakukannya.

"Huhh?!"

Pria itu meliriknya dengan kesal dengan satu halis yang terangkat.

"Bedebah! Berani-beraninya bocah nakal sepertimu menggangguku."

Kedua mata anak itu tiba-tiba menyala menjadi biru tua yang bersinar terang sambil menatap tajam di balik tudung jaket sweternya.

"Ada apa dengan kedua bola matamu itu? Kamu sedang bermimpi menjadi pahlawan, ya? Ahhaha ... Sepertinya kau bocah kesepian, ya. Bocah dongo sepertimu lebih baik bermain pasir saja sana! Ahahaha ....!"

Pria itu hanya bisa tertawa bahagia seolah-olah sangat meremehkannya, berpikir bahwa bocah itu tidak ada apa-apa baginya. Padahal, pria tersebut tidak sadar karena kematian sudah berada di hadapannya.

".... Ahhahaha ... Anak kecil sepertimu sebaiknya menyesuinya saja. Tapi kalau ibumu cantik, aku akan memperkosanya dan menjadikannya miliku!"

Dia hanya menatapnya dengan penuh rasa kebencian terlihat jelas dari kedua matanya, tidak peduli seperti apa kata hinaan dari pria itu. Hatinya akan tetap tegar dan tak takut sedikitpun meski usianya masih 7 tahun.

"Sepertinya aku harus memberimu pelajaran berharga ya? Kau harus menerima konsekuensinya jika kematian segera merenggut nyawamu!"

Pria itu berlari dan langsung menyerangnya. 

"Hyyaaahhhh ...."

Dia masih menjaga wajahnya tetap lurus dan datar saat dia menghindar dengan mudah tanpa satu pukulan pun mengenai dirinya.

Hal itu membuat pria itu sedikit terkejut mengapa bocah itu bisa melakukan hal itu. Dia pikir itu mudah baginya, tapi dia salah. Faktanya, dia sendiri terlihat seperti orang bodoh ketika menyerangnya.

"Apa? Kenapa seranganku tidak mengenainya sama sekali."

Pria itu kembali mencoba dengan kombinasi pukulan dan tendangan yang cepat.

Tetap saja, mustahil baginya untuk menyentuh anak itu.

"Crihhh ... Crayhhh ... Mustahil! Dia masih bisa mengelak seperti itu?"

"Ada apa? Kau mengaku tidak punya bakat, ya?" Anak itu menjawabnya dengan kesadaran yang telah diambil alih oleh kepribadian dirinya yang lain untuk mengejeknya.

"Apa?! Kasar sekali kau meremehkanku, bocah! Kau hanya bocah nakal yang berpura-pura menjadi hebat di hadapanku! Kau harus mati!"

"Ohh, menjadi hebat ya? Tapi, kalau kau memang pria hebat. Buktikan kalau kau bisa menang dariku. Keberadaanmu ibarat lalat menyedihkan yang bisa aku injak kapan saja!"

"Apa katamu?!! Mulutmu seperti anjing lapar ya? Ini pertama kalinya aku menemukan anak ajaib sepertimu di dunia ini. Menarik!!!"

"Anak ajaib?"

Dia tidak mengerti dan bingung dengan alasan pria itu memanggilnya anak ajaib. Dia menghiraukannya, sebenarnya yang ada di pikiran anak itu adalah seberapa lama waktu yang dibutuhkan pria itu agar tidak membuat dirinya merasa bosan.

"Cepatlah, sebelum aku merasa bosan. Jangan sia-siakan waktu berhargamu selagi kau masih bisa hidup di hadapanku!"

"Cih ... Dasar anak nakal yang menyedihkan dan tidak berguna, kau hanya lahir untuk menjadi beban dunia!"

"Ohhh, kau malah menghina dirimu sendiri ya? Luar biasa." Tepuk tangan dengan sebuah senyuman.

Tiba-tiba ekspresi wajah pria itu berubah dan terkekeh dengan suara bernada tinggi.

".... Yaahahhahhahahahhhahaa ... Menarik! Sepertinya kau pantas menjadi boneka pajanganku, bocah!" Jawabnya dengan mulut yang berludah.

Dia masih memandangnya dengan datar. 

Lelucon macam apa ini? Jawab pikirannya dengan wajah tidak peduli.

Pri itu langsung mengeluarkan pisau tajam dan menjilati pisaunya dengan lidahnya seraya memasang ekspresi gila untuk mencoba menakutinya dengan tatapan psikopat yang tajam.

".... Khihihhhihihii ... Tunggu aku, bocah brengsek! Aku pasti akan mengubah seluruh tubuhmu menjadi ratusan daging cincang dan menjualnya dengan harga tinggi!"

Wanita di belakangnya begitu histeris ketakutan, tidak ada cara untuk keluar. Ketakutan terus menghantui jiwanya setelah menyadari sikap pria itu.

Anak itu tak peduli dan tetap memasang wajah datarnya, rasa takut hanyalah angin lalu yang membuat jiwanya tersentuh.

"Majulah, pria sampah!"

"Kyahahhhahahha ... Menarik sekali!!!"

Pria itu langsung berlari menggila dan menyerangnya menggunakan pisau tajam. Serangan berturut-turut terus diayunkan ke arahnya dengan cepat.

Anak itu masih bisa mengelak dengan mudah tanpa sedikitpun goresan yang mengenai dirinya. Bahkan tidak ada gerakan besar yang membuatnya harus benar-benar menghindar, ia terlihat sangat santai sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana.

"Lambat sekali gerakanmu, pria sampah!"

Pria itu melihat sebelah telapak tangannya yang telah menyentuh bagian depan perutnya. "Huh? Apa yang akan kau lakukan?"

Telapak tangan anak itu telah menyentuh bagian depan tubuhnya dengan cepat yang membuat pria itu terhempas keras menabrak rak sampah di belakangnya.

"Maaf, kau membuatku bosan dengan gaya bertarung bodohmu yang seperti itu."

Orang gila itu segera bangkit kembali, dia tidak mengerti kenapa anak itu bisa melakukan hal itu. Tidak ada cara lain selain menyandera wanita itu sebagai pelarian.

"Jangan mendekat! Jika kau mendekat ... Wanita ini akan menjadi taruhannya!" Pria gila mencekik wanita itu dengan pisau yang siap menyayat lehernya.

"Halahhhh, Basi ... Aku tak peduli jika kau ingin membunuhnya. Kalau kau punya niat, lakukan saja." Anak itu dengan senang hati mengatakannya.

"Aku mohon padamu! Selamatkan aku … Aku tidak ingin mati. Aku mohon, selamatkan aku!!!" Wanita itu menjawab dengan nada yang sangat menyedihkan memohon penuh harapan bahwa anak itu akan membantunya.

"Cih ... Basi."

"Apa yang kamu lakukan? Kalau tidak, orang ini akan segera membunuhku!"

"Perhatikan baik-baik bocah ...."

".... Aku mohon selamatkan aku ...."

Pria gila itu menyeringai dan perlahan mulai menyayat lehernya dengan bercak darah yang terlihat jelas. Wanita hanya bisa pasrah ketika pria itu melakukannya.

"Apakah kau yakin akan tetap diam jika aku membunuhnya?"

"Lakukan saja."

"Ohhh, bagaimana dengan ini!!" Seketika itu juga pria gila itu meremas payudara wanita itu dengan salah satu tangannya.

".... Ahahahahhaha ... Ini pengalaman yang sangat menyenangkan!!!!!"

Wanita itu hanya bisa putus asa dan mendesah ketika pria itu melakukannya dengan senang hati.

".... Ahh ... Ahhhhhh ... Ah ...."

"Cihhh ... Benar-benar makhluk sampah!" Anak itu melihatnya dengan penuh tatapan benci.

Tiba-tiba terdengar suara aneh dari tumpukan rak sampah di sebelah mereka.

*GRESEK! GRESEK!*

"Ular, ya?"

"Huh? Kau pikir aku sebodoh itu untuk bisa melihatnya? Pengalihanmu sangat basi dan tidak akan pernah berguna!!"

"Tidak, aku sedang tidak berbohong sama sekali."

"Kau tidak bisa menipuku, bocah bajingan!!"

"Aku benar, lihatlah." Anak itu menunjukkan tangannya.

"Tidak peduli berapa kali kau mengatakannya, aku tidak akan pernah mempercayainya!"

Lalu ....

Seekor ular berbisa langsung menggigit leher pria itu dengan cepat dari tumpukan sampah.

Pria gila itu tiba-tiba terkejut dan sedikit kesakitan saat ular itu menggigitnya.

"Apa?! Sejak kapan!" Pria itu mencoba melepaskan gigitan dari ular tersebut.

"Sudah aku beritahu, malah ngeyel. Dasar pria dongo!"

Anak itu segera mengarahkan tangannya ke depan dan menghempaskan mereka berdua dengan guncangan gelombang angin yang dikeluarkan.

".... Kyahhhhh ...."

".... Akhhhhhhh ...."

Wanita itu segera bangkit dan lari dari pria gila seraya menghampiri anak itu untuk berlindung.

Pria gila kembali bangkit dengan rasa sakit luar biasa terus ia rasakan seraya perlahan merangkak mundur untuk menjauh dari anak itu.

"Monster apa macam apa kau?!! Kekuatan macam apa ini? Kenapa ... Kenapa ada bocah sepertimu yang memiliki kekuatan tidak masuk akal seperti ini ... Sebenarnya, siapa kau?!!!"

Anak itu menghampiri pria gila dengan tatapan penuh bebencian.

"Aku bukan siapa-siapa ... Aku adalah aku!"

Pria itu mendengus mengejek. ".... Huh ... Tapi, sepertinya kau akan kalah bocah bajingan!!"

Dengan cepat, wanita yang berlindung di belakangnya langsung menikam anak tersebut menggunakan belati.

*JLEB!*

".... Ughhh ...." Darah berceceran keluar.

Wanita yang terlihat baik itu langsung menusuknya dari belakang dalam diam dengan wajah tertawa gila yang membuat hatinya sangat bahagia.

".... Kyahahhhahahha ... Anak kecil sepertimu tidak pantas bertingkah seperti itu di depan kita berdua ... Kau kalah, tamatlah, brengsek!!!!" Wanita itu menjawab sambil mendorong belati itu lebih dalam.

"...!!!!" Kedua bola mata anak itu terbuka lebar melotot dengan rasa sakit yang tak terbayangkan.

" .... Kyahhhahhahahahahaha ... Dasar bocah kesepian!!"

Anak itu menundukkan kepalanya yang membuat wanita itu berpikir bahwa dirinya telah menang karena bisa membunuh anak tersebut.

"Sudah mati, ya? Benar-benar sampah!"

Nyatanya anak itu bangkit kembali dan melirik ke belakang untuk melihat wajahnya yang sedang merasakan sebuah kemenangan. 

Membuat wanita itu sedikit terkejut dengan tatapan mata tajam tidak percaya bahwa anak itu telah selamat dari kematian.

"Apa? Kau masih hidup?"

Segalanya telah diprediksi dengan baik, ilusi dari kejadian di masa depan telah diperhitungkan dengan sempurna berdasarkan pengetahuannya.

".... Ohhh, wajahmu yang cantik tak secantik yang di dalamnya, ya? Kepolosanmu dalam memohon terlihat sangat menyedihkan ... Aku kira kau secantik bunga melati keramat. Ternyata ... Kau hanyalah bunga Lily yang tidak berguna. Saksikan kenyataan sebenarnya, Nona! Kematian akan segera merenggut nyawamu!"

Wanita itu mendengus. "Huh? Apa yang kamu bicarakan? Sekarang kau sudah mati di tanganku!!"

"Mati katamu? Perhatikan baik-baik, manusia sampah!"

Seketika mulutnya terdiam dengan tatapan mata terbuka saat melihat sebelah bola mata berwarna biru tua bersinar dengan pola 3 garis lengkung huruf S terbalik berputar di tengah iris mata yang bersinar keemasan yang melotot tajam ke arahnya.

Seketika wanita itu tersadar dengan kejadian yang sebenarnya. Pandangannya hanya melihat kepala pria gila yang sudah mati di hadapannya.

"Lihatlah, betapa bodohnya kau ketika membunuhnya dengan tanganmu sendiri!"

Sejauh yang terlihat, pria gila sudah terikat erat oleh rantai iblis api biru tua. 

Wanita itu yang melihatnya tak percaya, perasaan gelisah dan jiwa ketakutan membuat tangan serta kedua matanya bergetar hebat karena telah membunuhnya.

Ilusi realitas yang terlihat nyata telah membutakan pandangannya.

"I-ini ... Ini tidak mungkin ... Mustahil! Kenapa ... Kenapa aku bisa melakukannya? Tidak mungkin ... Tidak mungkin ...." Menggelengkan kepalanya seraya melihat kedua tangannya yang bergetar hebat.

Wajahnya menjadi pucat dan lesu.

Matanya terbuka lebar karena rasa takut yang menggerogoti jiwanya.Membuat dirinya telah menyadari bahwa kematian akan segera merenggut nyawanya. 

Wanita itu telah merasakan niat membunuh yang jauh lebih dahsyat dan kejam dibandingkan mereka berdua yang ingin membunuhnya.

Wanita itu mencoba melirik ke arah belakang dengan perlahan dan berhati-hati.

Wanita sangat berhati-hati dan ketakutan saat ingin melihat anak itu yang sudah menunggunya dari belakang. Wajahnya terlihat sangat putus asa seraya menatapnya dengan kedua mata yang terbuka lebar.

"Bajingan!!!!!!!!!!!!!!! Siapa kau sebenarnya!!!!!!!!!!—" Wanita itu berteriak dengan sangat keras dengan perasaan amarah yang tak terhindari.

Dan dengan cepat ....

Seketika itu, kepalanya langsung terpenggal dengan sangat mengenaskan tanpa terdengar sedikit pun suara tebasan pedang yang memotongnya.

"Membosankan."

Anak itu melangkah maju dan mendekati tubuh mereka berdua.

"Gawat ... Sepertinya aku terlalu berlebihan, mungkin luka dalam lebih baik daripada luka luar yang sangat kentara seperti ini."

Anak itu mengeluarkan mantra sihir penyembuhan tingkat tinggi yang membuat tubuh mereka utuh seperti sebelumnya. Lalu merapalkan mantra lain yang membuat bagian dalam tubuh mereka terkena penyakit kutukan maut yang membuat mereka mati.

"Yosh ...." Menepukan kedua tangan. "Mungkin begini. Ini sudah cukup ... Aku tidak mau merepotkannya."

Tiba-tiba ....

Pembunuh sebenarnya sudah berada di belakangnya bergerak diam-diam tanpa ada yang menyadarinya. Mengenakan pakaian serba hitam sambil mengangkat satu pedang ke atas untuk bisa menebasnya dari belakang.

".... Terima kasih ...." Ucapnya sambil berterima kasih karena telah meringankan bebannya setelah membuat mereka mati.

*SRINGG!*

Tebasan vertikal diayunkan ….

"..."

Tragis sekali ....

Seketika pembunuh aslinya terbelah menjadi 2 bagian dan tergeletak di tanah dengan darah yang terus mengalir keluar dari seluruh bagian tubuhnya.

Anak itu berjalan keluar dari gang tanpa menoleh ke belakang dan berbicara.

".... Sampah masyarakat ... Kalian dilahirkan hanya untuk mati dan kembali kepada sang pencipta."

Kesucian membuatnya memahami perilaku sampah manusia yang membuatnya sangat jijik karena bisa merasakan kekejam setan dunia.

.

.

***************