Hutan telah hancur rata dengan tanah dan keheningan yang menyelimutinya, semangat api akan sebuah pertarungan terus membakar jiwa mereka dengan tatapan tajam bahwa pertarungan yang sesungguhnya akan segera dimulai.
Ketegangan cerahnya langit biru mewarnai kejamnya kehancuran yang telah terjadi.
*Whuussshhh*
Hembusan angin sepoi bertiup dari sebelah kanan ketika pertarungan sesungguhnya akan dimulai.
Asyluminaz nyengir. "Bersiaplah."
Aku tahu ini pasti akan sedikit merepotkan. Tapi, ini akan menjadi sebuah pertarungan penentuan bahwa diriku layak memiliki kekuatan yang sekarang aku dapatkan untuk bisa membunuhnya.
Kekuatan yang aku miliki, tubuh persis yang aku rasakan. Kenyataan pahit yang selalu membuatku gelisah. Semuanya telah hilang dengan keegoisanku terhadap dunia ini.
Sekarang, hanya kami bertiga yang akan melawannya.
"Untuk sekarang ... Aku mengizinkan kalian untuk bisa bertarung dengannya. Tapi, kalian tidak boleh membunuhnya selain dengan kedua tanganku sendiri. Apakah kalian mengerti?"
"Hmmmphh ... Baiklah. Jika kau memang sudah sangat membencinya, aku akan sedikit meringankan bebanmu."
"Ucapan dari mulutmu itu terlalu sombong sebagai seorang pria. Tapi, sepertinya ini akan menjadi pertarungan yang sangat menarik!. Aku akan membantumu meskipun aku tidak berjanji tidak akan membunuhnya."
"Tepat sekali. Maafkan kami berdua kalau tidak sengaja membunuhnya."
Mereka berdua menarik. Aku ingin memiliki teman seperti mereka. Tapi, sekarang aku tidak membutuhkan hal itu. Aku mengakui hal ini karena aku terbiasa melakukannya sendiri.
Mungkin sekarang adalah waktu yang tepat.
Mempunyai seorang teman?
Entahlah ... Aku tidak terlalu memikirkan hal itu selain sebuah pertarungan yang sudah menanti di hadapanku.
Perkataan mereka berdua membuatku sedikit merasa jengkel.
"Baiklah. Mari kita buktikan siapa yang paling cepat untuk bisa membuatnya menderita."
Pria itu sedikit menaikkan kacamata miliknya."Menarik."
"Jangan buang-buang waktu" Mengangkat katana miliknya dan sejajar dengan pundak seraya berancang-ancang bersiap untuk menyerang.
"Majulah, kalian semua para hama kotor!"
Aku akan membunuh mulutmu itu!.
Aku melesat dengan cepat dan sudah berada di belakangnya.
Terimalah pukulan pertama ku!.
*BAM!*
Masih belum!.
Kembali melesat dengan cepat seraya ancangan kaki sudah bersiap untuk menendangnya dari atas udara.
*BAM!*
Kakiku hanya menyentuh tanah dan tidak mengenainya. Dia sudah berada di sampingku tanpa aku mengetahuinya. Melakukan serangan balik yang membuatnya terdorong kebelakang seraya dengan cepat beradu tinju keras dengannya secara terang-terangan.
Kedua tanganku terasa kaku dan tidak terarah sama sekali. Dia terus menghindar dengan mudah tanpa menahan kedua serangan tinjuku.
Ini sedikit sulit, aku belum terbiasa beradu pukulan dengan ritme secepat ini. Dia dengan mudah selalu berhasil meninju dan menendangku secara telak tanpa aku bisa menahannya.
Sigh ...
"Kenapa?. Segini saja kemampuan gaya bertarungmu, hah?. Lemah, tidak berguna."
"Sigh ...." Tinju mutlak miliknya selalu mengenaiku dengan mudah. "Diam, ini masih pemanasan ... Aku masih belum terbiasa."
Gahhhhh ....
Beradu pukulan dengan ritme pertarungan cepat adalah salah satu kekuranganku saat bertarung satu melawan satu. Itu semua karena aku selalu menggunakan senjata menembak.
Aku tahu, jika kau seorang penembak atau agent mata-mata dunia, maka kau harus bisa menjadi petarung hebat jika pertarungan adalah jalan yang harus dilalui.
Ini sungguh konyol, gaya bertarungku seperti bocah sekolah yang tidak mengenal apa itu pertarungan di atas ring. Pukulan kematian milikku tidak ada satu pun yang berhasil mengenainya, dia terus menghindar dan selalu menahan seranganku yang hampir mengenai tubuhnya.
Alih-alih dia merasa bosan dan menyadari sesuatu. Dengan cepat, dia langsung meninjuku dengan hempasan angin keras mengarah ke dinding bukit.
*BAM!*
"Selanjutnya!"
Pria berkacamata menggerakkan kedua tangannya seraya mengendalikan benang hitam yang ia gunakan untuk bisa mengikatnya. Permukaan tanah dihancurkan oleh benang hitam seraya di terbangkan ke udara dengan ikatan benang hitam langsung mengikat seluruh tubuhnya dengan kuat.
Kemudian dia mengarahkan satu tangan kanannya yang membuat serpihan tanah dengan cepat menumbuk Asyluminaz secara bertubi-tubi menjadi sebuah bola besar.
Kilatan petir ungu melesat dengan kecepatan tidak terikat konsep hukum waktu dan langsung menebasnya.
Membuat bola itu hancur menjadi dua bagian dengan tebasan garis horizontal.
"....?!!"
Alih-alih merasa senang karena berhasil membunuhnya. Seketika dia sadar dan tercengang setelah menyadarinya.
"Dibelakangmu ...." Bisikan lembut dari telinga kanan.
"Apa?!" Langsung berbalik dan menebasnya.
Tidak ada.
"....?!!"
Gerakan berputar cepat seraya menebasnya dengan kilatan petir ungu dari bilah katana miliknya yang bercahaya.
*TING!*
Benturan kedua pedang yang saling bertarung.
"Ahhh ... Gawat, akhirnya aku ketahuan." Jawabnya lesu mengejek seraya menahan tebasan cepat miliknya dengan pedang kutukan kematian yang bercampur api hitam kutukan melekat tebal pada bilah tajam pedang miliknya.
"Kau. Sejak kapan?!"
"Ha ...?. Sejak kapan, katamu?"
"Aku sangat yakin ... Kau seharusnya sudah mati tertebas oleh katana milikku. Pandanganku tidak buta, aku melihatmu terikat oleh benang itu dengan cepat."
"Ohh, maksudmu. Benang lembek itu, ya?. Aku dari tadi sudah berada di sampingmu, lho. Tega sekali kau tidak bisa melihat dan merasakannya."
"Apaan?. Berada di sampingku?" Lanjut batinnya. "Apa yang sebenarnya terjadi?. Aku sama sekali tidak bisa merasakan keberadaan dirinya. Apakah dia berhasil menghindarinya dengan cepat?. Gerakan 1 detik pun seharusnya bisa terlihat oleh kedua mataku. Menyebalkan."
"Benar!." Tekanan dari dorongan pedang mulai berbalik dan mencoba untuk menyayat lehernya.
"Sigh ...."
"Karena pada dasarnya, Dewa adalah keberadaan yang tidak terikat dengan konsep waktu. Sehebat apa pun kau bisa melihatnya, tetap saja!. Itu semua hanya mimpi palsu yang selalu kalian rasakan, Wahai para manusia bodoh!"
Asyluminaz berhasil membalikkan keadaan yang membuatnya terpojok.
"Kau ... Aku tidak peduli!" Jawabnya dengan amarah seraya memantulkan serangan dari daya dorongan yang membuatnya saling beradu pedang satu sama lain.
*Desing! Desing!*
Tebasan demi tebasan saling beradu dengan dentuman suara besi metalic yang saling diayunkan bertarung hebat.
"Hmmmm ...?. Kenapa ini bisa terjadi. Aku yakin benang itu sudah melekat kuat pada tubuhnya sebelum aku menutupnya dengan tumpukan tanah ... Mustahil, kapan dia melakukannya?. Aku sama sekali tidak merasakan bahwa dia berhasil keluar dari ikatan benang mutlak milikku. Apa yang sebenarnya terjadi?. Aku tidak mengerti ... Apakah ini kekuatan Dewa sejati yang tidak sebanding dengan Dewa dunia dalam?. Dewa yang berada di lapisan terdalam dari seluruh ciptaan alam semesta yang telah terbentuk didunia ini?. Aku tidak percaya." Batinnya.
.
.
".... Tidak berguna. Ini bukan diriku, tubuh menyedihkan yang tidak berguna. Bangunlah pecundang!."
Tubuhku melekat kuat pada dinding batu yang menjadi korban dari tinju kerasnya.
"Ini sungguh luar biasa. Seluruh tubuhku kaku seperti tumpukan batu yang tertimbun. Tidak ada gunanya untuk terus merenungkan pemikiran seperti ini."
Seorang pecundang sepertiku memang layak mendapatkan pukulan telak. Tapi, ini masih sebuah permulaan.
"Orang bodoh mana yang akan menyerah hanya karena kau merasa tidak berguna. Tidak peduli jika dirimu yang lain mengatakan hal itu kepada dirimu sendiri."
Aku adalah aku.
Kau adalah kau.
Dia bukan siapa-siapa selain pemikiran bodoh yang membuat perasaan hati dan pikiran terbebani oleh perkataan diri sendiri.
Majulah!.
Tidak ada gunanya berdiam diri di dalam zona nyaman hanya untuk kesenangan pribadi. Dunia masih luas, ini bukan waktunya untuk menyalahkan diri sendiri dan menyia-nyiakan waktu dengan tubuh manusia yang sangat menyedihkan.
"Aku tidak akan pernah menerimanya!. Akan ku pastikan kau mati di tanganku."
Dia benar-benar membuatku marah. Sekarang, aku sudah bangkit kembali untuk bisa bersenang-senang denganmu lagi.
Lalu ....
Sehelai daun terjatuh dari tangkainya dengan angin yang membawanya pergi dengan cepat. Dia terjatuh dengan indah tetapi tidak secepat pergerakannya yang menghilang ketika dia mendarat selamat di tanah.
*Desing! Desing!*
"...?!!"
"Apa?!" Melirik ke arah kanan.
Satu tendangan keras tepat mendarat di kepalanya.
Terhempas sejenak, kekuatan tubuh fisik miliknya sungguh luar biasa. Meskipun itu adalah tendangan kematian yang sudah di lengkapi dengan aliran sihir di kaki. Dia tetap bisa bertahan dengan mudah.
"Ohhh, kau sudah kembali, ya?"
Seketika pertarungan mereka terhenti saat Yoru datang.
"Membosankan ... Bisakah kalian sedikit menghiburku?"
Aku pasti akan membalasmu. Sekarang saatnya untuk memasuki ronde pertama. Aku tidak akan pernah menghitung pemanasan ronde pertama yang sangat menyedihkan.
"Now, Time to Rematch!"
Mereka berdua mendekat.
Pria berkacamata sudah bersiap dengan 2 belati yang bercahaya garis biru miliknya.
Perempuan samurai sudah berancang-ancang dengan kuda-kuda kaki miliknya seraya mengarahkan telapak tangan ke depan yang mengangkat satu telunjuk jarinya ke atas berdekatan dengan ujung katana.
"Majulah!." Jawabnya arogan seraya mengarahkan satu telapak tangan kanannya ke depan yang menunjukkan dia sedang menunggunya.
"Dengan senang hati."
.
.
********