Chapter 36 - Kesenangan yang terganggu

2 sihir magis penghancur saling di lepaskan secara bersamaan. 3 pedang raksasa kutukan surgawi dan meriam api biru neraka ketiadaan saling bertarung di atas langit untuk saling menghancurkan.

Guncangan angin dahsyat di udara tidak bisa di relakan, benturan 3 pedang raksasa yang ingin menembusnya dan meriam ketiadaan yang ingin menghancurkannya. Percikan kilat hitam dan biru tua saling bertarung ganas.

Langit-langit di hembuskan, pepohonan dan permukaan tanah di guncangkan dengan kuat. 

Mereka berdua saling menyeringai dalam sensasi kesenangan yang luar biasa.

Lucia dan yang lainnya tertekan kewalahan sekuat tenaga untuk bisa menahan hembusan gelombang angin dari guncangan tersebut.

" .... Apa-apaan ini?!. Kekuatan yang tidak masuk akal. Jika terus seperti ini, aku yakin dunia ini tidak akan bertahan."

"Sigh ... Sebenarnya apa yang mereka inginkan?!" Leylia terhempas ke belakang. "Ahhh ...."

*Gedebug!*

".... Eh?"

Beruntung, Kevin sudah berada di belakangnya dan menabrak motornya yang menyilang untuk menahan Leylia.

"A-ahhh ... Terimakasih" Jawab Leylia malu.

"Sama-sama" Kevin membalas dengan senyuman lembut.

Lanjutnya. "Ada yang datang!." 

Seketika Kevin langsung menatap tajam ke arah depan.

"Siapa?" Spontan Leylia ikut melihat ke arah depan.

Ternyata dugaanku benar, ini adalah pertarungan yang sesungguhnya. Aku tidak menyangka bisa menggunakan kekuatan sebesar itu untuk bisa di keluarkan dan dipelajari dengan mudah.

Mungkin ini berkat tubuh raja iblis yang bisa menampung jumlah kekuatan yang seharusnya tidak bisa dikeluarkan oleh tubuh manusia biasa sepertiku ini.

Luar biasa!

"....!!!"

Eh ..?

Aku melihat ke sisi kanan dan kiri.

"Siapa mereka?" Melihat ke sebelah kanan.

Seorang perempuan samurai rambut ungu tua berlari ke atas langit dengan percikan kilatan petir ungu di setiap kakinya yang melangkah seraya memegang katana di sebelah kiri dengan ancangan untuk siap menebas.

"Dia bisa berlari di atas udara semudah itu?. ... Dan kenapa pakaiannya serba ungu, seorang Samurai?"

Dia terus berlari dengan kilatan petir ungu di mata kirinya yang terus bersinar keluar menyala.

Aku melihat ke sebelah kiri.

Seorang pria tinggi jaket coklat bergaya arogan mengenakan kacamata hitam sedang mengarahkan tangannya.

"Siapa dia?. Kenapa penampilannya sungguh arogan?. Apakah dia tampan?. Hmmmmm ...?. Sepertinya dia seorang mata-mata." Batinku yang terus menanyakan siapa mereka.

Kilatan petir ungu keluar membesar dari pedangnya yang bersiap untuk menebas.

Benang hitam sudah mengikat 3 pedang raksasa di atas langit.

Mereka langsung menghancurkannya secara serentak.

"Zeken"

*KkraacckK!*

Pedang raksasa kutukan surgawi hancur berkeping-keping di atas udara.

"Raikiri!"

Tebasan diagonal kilatan petir ungu menghancurkan sihir penghancur (Androa ameda) secara cepat dengan ledakan dahsyat di atas udara.

*BOMM!*

Aku hanya bisa melihatnya jengkel, pengganggu. Aku kecewa karena melihatnya dihancurkan semudah itu.

"Sigh ... Pengganggu."

Seketika kesenanganku hilang karena mereka berdua. Aku pikir ini akan terlihat sangat menyenangkan bagiku yang ingin membuatnya menderita. Tapi, pilihan cerita berkata lain. Mereka mengganggu pertarungan kami berdua.

Menghela nafas. "Ada-ada saja" Jawab Asyluminaz datar.

Pria itu langsung mengarahkan tangannya ke atas. Benang hitam langsung melilit Asyluminaz dengan kuat di atas udara.

Perempuan itu langsung melesat dengan kilatan petir ungu untuk menebasnya.

Asyluminaz hanya tersenyum arogan karena sudah menyadarinya.

"Hhhaaaaaa!"

"...?!!"

Dengan cepat 8 ular kutukan langsung menggigit pedang itu dengan kuat untuk menahan tebasannya.

"Apa?"

"Kau pikir aku akan mati hanya karena pedang jelekmu itu?. Teruslah bermimpi nona."

"Sigh ...."

Benang hitam putus dengan mudah, Asyluminaz mengepalkan tinju tangan kanannya dengan kuat yang membuatnya terhempas keras di udara.

"Ahhhh ...."

*BAM!*

Permukaan tanah hancur persis di sebelah kanan Yoru.

"Sudah kuduga. Seharusnya aku menggunakan Zeken untuk bisa menghancurkannya seperti tadi. Tapi, sepertinya dia bukan manusia biasa"

Tiba-tiba, Asyluminaz sudah berada di hadapannya yang sudah berancang-ancang untuk meninjunya.

"Sekarang giliranmu!." 

"Apa?. Cepat sekali!"

Tinju kerasnya berhasil mengenai pria itu, dengan sigap pria itu bisa menahan dengan kedua tangannya yang menyilang.

Membuatnya terhempas dengan keras ke tanah yang berada tepat di sebelah kiri Yoru.

Mereka berdua kembali berdiri.

"Uhukkk ... Uhukkk ...."

"Pengganggu ...."

Mereka berdua langsung melirik ke arahku.

"Bisakah kalian berdua pergi dari tempat ini sekarang juga?. Aku bisa melakukannya seorang diri ... Ini adalah pertarunganku antara Dewi pelacur itu. Aku ingin menghancurkannya dengan kedua tanganku sendiri."

"Lucu sekali gaya bicaramu itu. Pria biasa sepertimu pasti tidak bisa melakukan apa-apa, Jaga ucapanmu itu sebelum aku menebas lehermu." Jawabnya dengan lantang seraya langsung menodongkan pedang miliknya ke arahku.

Hadehh ... Inilah mengapa aku tidak mau berurusan dengan wanita manapun. Rasanya sangat menyebalkan. Tapi, sepertinya mereka tidak melihat pertarunganku sebelumnya antara Dewi itu.

Mungkin perkataan dia ada benarnya juga. Dia jujur karena baru melihat diriku yang seperti ini. Matanya tidak bisa berbohong karena tidak bisa melihat siapa diriku sebenarnya.

Tapi, jika mereka memang benar baru melihatnya sekilas. Ini sungguh tidak masuk akal kalau mereka tidak mengetahui bahwa akulah orang yang sudah melancarkan serangan itu.

Apakah pria berkacamata itu mengetahuinya?

Ini sungguh lucu!

Hhahhahha ....

Lelucon macam apa ini!!

Hahha ....

"Ahhahahhhahahhaaa ... Ahhahhahahahhahahahahahahahahaaaa ...." Memegang wajah dengan suara teriakan tawa yang melengking.

"Apa yang kau tertawakan?"

Terus menodongkan katananya dengan kasar seraya listrik ungu mengalir keluar mengelilingi bilah tajam miliknya dengan ganas.

"Ternyata lehermu itu gratis untuk bisa di penggal, ya?"

Aku melirik tajam dan berjalan mendekatinya.

"Itu benar ... Aku adalah pria biasa yang tidak berguna ... Leherku memang layak untuk di penggal ... Tapi, pria biasa ini bisa membuatmu menderita meskipun leher ini terpotong oleh pedangmu itu!"

"Huh. Bicara apa kau?. Pria lemah sepertimu tidak layak mengatakan hal itu kepadaku."

"Aku layak, karena aku bisa membunuhmu sekarang juga jika aku mau!"

"Sigh ...." Dia jengkel, menurunkan pedangnya dan berjalan berbalik.

Tapi ....

"...!!!"

Kilatan petir ungu dengan cepat terlihat menebas ke arah leherku.

Tapi, ini semuanya hanyalah lelucon bodoh jika dia memang benar ingin melakukannya. Penghalang melayang otomatis milikku berhasil menahannya sebelum pedang itu mengenai kulit leherku.

"Bagaimana?. Apa kau sekarang percaya?"

"Baiklah. Untuk sekarang aku akan mempercayaimu"

"Hmmmph ...."

"Ternyata kau orang yang telah melepaskan sihir penghancur itu, ya?"

"Itu benar. Aku sudah tahu bahwa pria sepertimu bisa mengetahuinya dengan cepat."

"Ya. Mungkin jika tidak, aku pasti akan segera membunuhmu karena bisa membebaniku saat bertarung nanti."

"Ohhhh, jadi begitu."

Boleh juga pria ini. Apakah dia layak untuk bisa bertarung denganku nanti?

Aku tidak tahu, tujuanku sekarang adalah membuat Dewi itu menderita.

Dia menghampiri kami dengan tawa yang membuatnya merasa senang.

"Ahhahhaha ... Pertengkaran sesama anak kecil, memang selalu lucu, ya?. Bagaimana wahai tikus imut kesayanganku ... Apakah kau mau melanjutkannya?"

Sigh ... Aku pasti akan segera membuat mulutmu itu mati secara permanen.

"Ya. Dengan senang hati aku pasti akan membuatmu menderita!"

"Apakah mereka berdua adalah temanmu?"

"Haaa ...?. Teman katamu?. Aku sama sekali tidak mengenal siapa mereka yang tiba-tiba mengganggu pertarungan ini."

Ini sangat aneh, mereka seperti bukan dari dunia ini. Apakah mereka berasal dari dunia lain sepertiku?

Sigh ... Memalukan, aku tidak bisa melihat siapa mereka sebenarnya di masa depan. Sepertinya ada orang lain yang terus menghancurkan penglihatan masa depanku tentang keberadaan mereka.

Apakah itu mereka sendiri?

Siapa mereka sebenarnya?!

Tapi, aku tetap tidak peduli jika memang benar itu adalah kenyataannya!

"Ohh, jadi begitu ... Tapi, mereka berdua terlihat sangat kuat, lho."

"Hmmmph ...." Mengangkat sedikit kacamatanya dengan arogan.

"Boleh juga kau bisa mengetahui tentang kekuatan kami ... Tapi, aku masih tidak mengerti kenapa aku tiba-tiba dikirim kedunia ini tanpa sebuah alasan yang jelas." Dia menodongkan katananya kepada Asyluminaz.

"Jika memang benar ini adalah dunia ciptaan para Dewa. Sepertinya ini terlihat biasa saja bagiku. Jika tidak ada seorangpun yang bisa menjawabnya tentang alasan kami di datangkan ke dunia ini ... Maka aku tidak akan segan untuk menghancurkannya dan mencari tahu siapa dalang dari semua ini."

"Benar, aku tidak peduli jika mereka adalah seorang Dewa sekalipun. Seorang samurai terakhir tidak akan pernah mati hanya karena sebuah lelucon seperti ini ... Aku pasti akan menebas semuanya jika ada seseorang yang berani menghalangi jalanku."

Ternyata benar, mereka berasal dari dunia lain. Tapi, sepertinya mereka berasal dari timeline yang berbeda. Ini sedikit mengejutkan saat aku mendengarkannya.

Apakah ini akan menjadi sebuah paradox?

Yang pasti aku nggak tahu, aku hanya ingin menjalani kehidupan baru yang damai dan nyaman meskipun banyak tugas yang aku harus selesaikan terlebih dahulu.

"Jadi kalian berasal dari dunia lain dengan zaman yang berbeda, ya?. Boleh juga."

Apakah ini akan sangat menyenangkan?

"Ya ... Apakah kau sama dengan kami?"

"Tidak, aku hanya seorang pemuda biasa yang di paksa mati untuk bisa menyelesaikan sebuah tugas yang tidak jelas ... Yahh, mungkin ini masih awal dari semuanya yang baru aku ketahui. Tapi ...."

Aku melangkah 4 kali ke depan dan menatapnya serius.

Asyluminaz!.

"Aku harus menghancurkanmu terlebih dahulu sebelum aku bisa mengetahui semua misteri yang tersimpan di dunia ini dan bisa menjalani kehidupan baru tanpa ada seorangpun yang bisa mengganggunya."

"Percaya dirimu terlalu tinggi ya, sampai membuatku ingin terus tertawa." Jawabnya sambil terkekeh.

Lanjutnya. "Sihir penghancurmu saja bahkan tidak setara dengannya yang bisa menghancurkan satu dunia dalam satu kali serangan. Ini terlalu lemah bagiku, jika kau memang kuat ... Seharusnya kau bisa menghancurkan 3 pedang milikku terlebih dahulu ... Sepertinya mereka berdua lebih kuat dari pada dirimu, iblis rendah."

"Sigh ...."

Dia benar-benar membuatku jengkel. Tapi, sepertinya ini benar. Perempuan itu bilang kepadaku bahwa ini adalah sebuah pengecualian dari kekuatan sejatiku.

"Memang benar. Sihir itu tidak sempurna seperti miliknya. Tapi, kau harus bisa mengetahui satu hal tentang seberapa persen kekuatanku sekarang yang aku milikki."

"Apa?"

Mengacungkan satu jari.

"Hanya 1% ... Ini masih sebuah permulaan ... Jangan terlalu terburu-buru untuk bisa membunuhku. Aku masih belum mengeluarkan seluruh kemampuanku yang lain ... Jadi, bersabarlah wahai Dewi pelacur."

"Kau!!" Jawabnya dengan tatapan benci.

"Apaan?. 1% katamu?" Perempuan rambut ungu menanggapinya tidak percaya. "Aku saja menggunakan Raikiri dengan setengah kekuatan yang aku miliki untuk menebasnya. Sepertinya kau bukan pemuda biasa"

"Benar sekali. Kalian berdua memilih pilihan yang tepat karena ingin menghancurkannya. Jika tidak, mungkin dunia ini akan terus mengalami kehancuran jika aku terus melepaskannya. Bahkan jika itu adalah sihir yang sempurna, kau pasti akan menjadi debu sebelum pedang itu bisa menebasnya."

"Jadi debu, katamu?!"

"Itu kenyataannya. Aku melihat sendiri betapa menakutkannya naga itu setelah melawan wanita tua yang bertarung di depan mata kepalaku sendiri ... Jika api biru ketiadaan membakar satu dunia, maka dunia itu akan dihanguskan menjadi sebuah ketiadaan."

"Aku tidak peduli!. Jika memang ada menghalangi jalanku, aku pasti akan menebasnya dengan pedang milikku meskipun sebuah kematian sudah menentukan jalannya"

"Hmmmmph ... Luar biasa!"

Sepertinya prinsip seorang samurai telah melekat sempurna memasuki jiwanya yang mendalam. Luar biasa!

Aku baru pertama kali menemukan perempuan seperti dia.

"Ohh, jika benar. Sepertinya kau memang pantas untuk di musnahkan dari dunia ini ... Tapi, sepertinya kita tidak punya banyak waktu untuk bisa melakukannya sekarang."

"Ya. Kita harus melenyapkannya terlebih dahulu"

Kami menatapnya serius, aku sudah muak karena pertarungan ini terhenti.

Dia hanya menyeringai arogan tanpa rasa kekhawatiran yang membuatnya takut karena akan melawan kami bertiga.

"3 lawan 1, ya?. Ini bagus, sepertinya ini akan lebih menyenangkan dibanding melawan iblis rendah sepertimu yang terus berbicara tanpa bukti ... Sekarang, ayo kita mulai pertarungan selanjutnya!"

.

.

*********