Chapter 30 - Yang Terkuat

Luasnya langit keindahan, melukiskan awan putih dan langit biru yang terukir dengan teriknya panas matahari, serta lautan kehancuran yang di penuhi dengan para makhluk menjijikkan yang berlumuran darah kebencian. Perang besar antara 3 kerajaan yang diselimuti oleh langit kematian dengan kekejaman dari kekuatan Raja Iblis yang terus melekat kuat.

Segalanya telah berubah dengan cepat ketika kehadirannya menjadi malapetaka kehancuran bagi dunia tersebut.

Seseorang sedang berjalan santai, mengenakan jubah hitam di tengah kerumunan pasukan yang saling bertarung satu sama lain seperti angin kesepian yang tidak dapat di ganggu atau di hancurkan, bibirnya menyeringai di balik tudung hitam, menatap tajam di balik bayang kegelapan kepada 4 orang terkuat dengan lampu merah kematian yang bersinar menakutkan.

Semua orang ricuh ....

"Kebencian ... Kehancuran ... Masa lalu dan masa depan. Tidak ada satupun yang bisa menandinginya. Kekuatan yang tak terukur, bahkan yang terkuat dari segala ciptaan boneka yang akan melenyapkan segalanya."

"Cursed Doll: Hatred Ilussion."

Seluruh pasukan baik Kerajaan Badlyr maupun Raja Iblis melarikan diri, tenggelam dalam kekacauan setelah melihat sosok aneh itu, merasakan kebencian yang terpatri dalam jiwa mereka hingga saling menghancurkan dengan kegilaan luar biasa yang mengguncang jiwa (akar atau core) mereka.

".... Ahhhhh ... Ahh ...."

"Tolong selamatkan kami dari kegilaan ini!!!!"

"Aku mohon ...."

Sebagian jadi debu dan mati, sebagian lain menjadi gila layaknya zombie yang kelaparan akan haus membunuh.

"Tidakkkkkkk!"

Semua pasukan menjerit histeris.

"Jangan jadikan kami sebagai— Ahh ....!" Kepalanya tertebas.

Jeritan akhir dengan tebasan pedang yang mengenai lehernya, menyebabkan kepalanya terpenggal secara mengenaskan di hadapan mereka berempat.

"Apa-apaan ini?" Mata Syelina terbuka melebar, tercengang, tidak tahu apa yang sedang terjadi.

Tambah Noah. "Mereka semua kenapa?"

"Tolong ampuni kami!"

"Tolong! Tidak, jangan ....!" Seorang pasukan sedang merangkak di tanah dengan ekspresi wajah kegilaan karena ketakutan yang tak terbayangkan.

Dengan gagah yang tersinari terik matahari, seorang prajurit lain menghampirinya dari belakang dengan kedua mata merah yang menyala, prajurit itu menyadarinya dan memandangnya pria itu dengan ketakutan, kedua matanya bergetar hebat.

Dia melihat prajurit itu, mengangkat pedang ke atas dengan kedua tangannya.

Menggelengkan kepala. "Aku mohon padamu ... Jangan lakukan itu, aku mohon ...!!" Tetesan air mata dengan penuh jeritan yang mencekam.

Seketika itu, prajurit itu menikamnya berkali-kali dengan sangat sadis.

Semua pasukan terus menjerit.

"Jangan gunakan kami sebagai boneka ....!!" Tertusuk tombak.

"Aaarghhhhhhhh ... Hrahhhhhh ...." Tubuhnya meledak.

Beberapa di antaranya meledak menjadi potongan-potongan tubuh yang berserakan dimana-mana karena tidak mampu menahannya.

Mereka berempat yang melihatnya tertegun tidak percaya, tidak tahu dengan apa yang sebenarnya terjadi.

"Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa mereka seperti dirasuki oleh sesuatu?" Sahut Raja Leonis.

"Sepertinya ini bukan sekedar pengendalian jiwa biasa. Aku yakin ada sesuatu yang telah di rubah dan di tarik dari masa lalu dan masa depan." 

"Itu tidak bisa dipercaya," Syelina menoleh ke arah Historia. "Lalu kenapa mereka terlihat seperti orang gila yang berlomba-lomba untuk saling membunuh? Tidak mungkin ... Mereka adalah manusia yang telah di kendalikan menjadi boneka kematian?"

"Sepertinya begitu."

Syelina menatapnya dengan marah. "Velina! Apa yang kamu lakukan?!" Menghunuskan pedang ke arahnya.

"Sudah kubilang, bukan? Aku bukan Velina, dia adalah boneka kesayanganku ... Tenang saja, aku hanya memberi mereka kenangan masa lalu yang membuat mereka manis seperti madu."

"Apa?! Kau ... Siapa kau sebenarnya?!! Berani-beraninya kamu memanggilnya sebagai boneka!!" Kemarahan yang tidak terkendali membuat emosinya meluap dan Syelina segera bergegas menuju Stillia untuk menebasnya.

"Bedebah!!!!"

Stillia hanya menatapnya dalam diam dengan ketenangan yang membuatnya berpikir bahwa itu semuanya akan sia-sia sambil memejamkan matanya.

Dua tebasan yang dilakukan Syelina tidak melukainya sedikit pun. Bahkan tebasannya pun dipantulkan kembali.

"Manusia bajingan!!!"

Syelina melanjutkan tebasannya beberapa kali dengan gerakan yang sangat cepat dari berbagai arah secara berurutan.

Stillia tetap diam dan membiarkan Syelina bisa melakukan sepuasnya.

Semuanya tampak seperti khayalan.

Tebasan Syelina tidak membuahkan hasil, meskipun begitu Syelina tidak akan menyerah dan sekuat tenaga terus berputar mengelilingi Stillia dengan sangat cepat sambil mengayunkan pedangnya tanpa batas.

Tebasan petir merah mewarnai pemandangan yang terlihat dengan sangat indah dengan kecepatan yang tak terukur.

Membuat tanah yang berada di sekitarnya hancur.

Stillia yang merasakan hal itu hanya bisa tersenyum lembut, ketika wanita bodoh seperti Syelina berjuang mati-matian untuk membunuhnya.

Lalu, Stillia menggerakkan kepalanya melirik ke kiri untuk melihat wajah Syelina yang berusaha membunuhnya.

Serangan terakhir dengan 2 tebasan pedang sekaligus dengan gerakan tebasan diagonal. "Haaaaaaaaaaaaa ...." Mengayunkan kedua pedangnya sekuat tenaga sambil melihat ke arah Stillia yang perlahan mencoba melirik ke arahnya. "Eh ... Apa? Kenapa tubuhku tiba-tiba tidak bisa bergerak? Apa yang terjadi?"

Gerakan tubuhnya terhenti.

Stillia memandangnya dengan senyum tipis seperti hama kecil yang mencoba mengganggunya.

Lalu ....

Syelina langsung terpukul keras di udara, melemparkannya jauh-jauh.

".... Ahhhhhhhh ...."

"Maaf, aku tidak sengaja menerbangkanmu."

Seluruh pasukan menjadi kacau balau dengan kekacauan yang terus terjadi. Mereka ibarat manusia iblis bagai boneka kematian yang saling membunuh dengan cara yang tak terbayangkan, mereka terus saling menyerang secara membabi buta ke segala arah hingga membunuh rekannya sendiri dengan cara yang sangat tragis.

Seorang prajut terlihat sedang menyayat tangan temannya dari belakang. Wajahnya aneh menyeringai tidak jelas yang membuat dirinya tidak percaya dan tidak mengerti mengapa dia melakukan itu. Dia mendekati sahabatnya yang terbunuh tergeletak di tanah oleh dirinya sendiri.

".... Kau ... Kau mati ... Maafkan aku ... Maafkan aku. Ahahahahhahhaa ... Ini semua salahmu ... Salahmu!" Menusuk dadanya dengan ekspresi wajah yang haus membunuh. "Maaf, maaf, maaf, maaf ...." Ia terus menusuk dada temannya setiap kali kata maaf keluar dari mulutnya.

Darah segar berceceran dimana-mana dengan kenikmatan yang ia rasakan terlihat di wajahnya.

"Ahhahaha ... Maaf ... Ini luar biasa!"

Raja Badlyr yang melihat kejadian tersebut, kedua matanya langsung dihantui oleh ilusi ketakutan yang mendalam. Jiwanya tidak bisa jauh dari apa yang disebut sebagai raja pecundang. Ia ingin meninggalkan tempat itu dengan kegelisahan yang terus ia rasakan.

"Aku harus meninggalkan tempat ini. Aku harus cepat ... Jika tidak, mungkin aku akan mati ... Aku tidak ingin mati. Aku masih belum bersenang-senang dengan ke 70 istriku yang lain."

Dia segera lari.

Tapi sayangnya ....

3 langkah ke depan membuatnya merasakan kematian sementara.

Satu tombak menusuknya dengan cepat.

"Ughhhhh ...."

Pendekar pedang itu membuatnya menderita. Para ksatria yang membencinya dengan cepat mengepung sang raja dan membunuhnya dengan cara yang sangat sadis.

"TIDAK ... Jangan lakukan itu!"

Seluruh bagian tubuhnya diangkat oleh para kesatria sebagai penghormatan yang sangat berarti atas segala perbuatannya karena mengambil semua istri mereka demi kesenangan pribadinya sendiri sebagai raja pelacur.

Ini semua terjadi karena Stillia telah mengeluarkan Hate Curse Doll, sebuah boneka kutukan kebencian yang sengaja membuat semua orang menjadi gila dan bisa meningkat menjadi sebuah kegilaan yang berkali-kali lipat. Keajaiban magis yang dapat merasakan kebencian di masa lalu, sekarang dan masa depan yang terlahir menjadi kenyataan yang tidak dapat diubah atau dihilangkan.

"Dewi? Bagaimana bisa seorang Dewi mengaku sebagai boneka. Apakah itu mainan untuk anak-anak?"

Meremehkan eksistensi yang jauh di atasnya meski hanya boneka yang memiliki kekuatan 10%. Sebuah kesalahan besar yang akan membuatnya semakin bersemangat untuk bisa memusnahkan seluruh ciptaan makhluk rendah yang berada di dunia itu.

Eksistensi yang mampu menghapus catatan sejarah ke dalam kekosongan yang tidak bisa dikembalikan selain dihidupkan kembali oleh Ascendant Creator.

Stillia menatapnya. "Ada apa? Apakah kau merasa yakin bisa mengalahkanku? Bahkan satu ranting dari pedangmu itu tidak bisa menghancurkanku. Kenapa wajahmu menjadi aneh seperti itu? Ada apa, kau takut ya?"

Stillia berjalan senyum menyeringai dengan kepala miring sambil membawa aura kematian yang tanpa sadar membuat kedua langkah kaki raja iblis melangkah mundur kebelakang.

Tiba-tiba, muncul akar-akar besar berduri dari dalam tanah yang langsung menempel erat pada tubuh Stillia dan 3 orang bergerak secara bersamaan menyerangnya dari kanan, kiri dan belakang dengan sangat cepat.

Tetapi itu semua masih tetap saja.

Mereka bertiga tercengang. Tidak ada satupun serangan dari mereka yang berhasil mengenai tubuhnya. Membuat mereka bisa merasakan ada sebuah penghalang tak terlihat yang sangat kuat tepat di depan mereka.

"Apa ini?!"

"Apakah ini sebuah penghalang?!"

"Cihh … Bagaimana dengan ini!" Raja Leonis memukulnya sekali lagi dengan serangan yang lebih kuat.

*BAM!*

"Mustahil! Tidak bisa di tembus?"

Sebuah serangan tidak berguna yang membuat Stillia merasa kecewa kepada mereka bertiga.

Stillia menghela nafas. "Para manusia tidak berguna, makhluk lemah."

Raja Leonis hanya membuat penghalang tak kasat mata waktunya bergetar seperti tetesan air yang jatuh bergelombang.

Tiba-tiba, Stillia mengangkat kepalanya dan mengaktifkan mata higanbana penghancur kebencian dengan cepat.

Seketika pergerakan tubuh mereka dihentikan secara instan oleh waktu absolut milik Stillia tanpa harus menghentikan pergerakan waktu dari dunia tersebut.

"Ke-kenapa ... Kenapa tubuhku tidak bisa bergerak lagi?"

".... Apakah ini yang disebut target manipulasi waktu?"

"Tidak bisa di percaya! Kekuatan macam apa ini? Tubuhku rasanya akan hancur jika aku memaksanya keluar."

Seketika akar berduri yang melilit tubuh Stillia menjadi jinak dan malah berbalik membungkus mereka bertiga dengan sangat erat.

Historia yang merasakan hal itu, membuat penggunaan sihir miliknya menjadi tidak terkendali. "Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa aku tidak bisa mengendalikan sihirku sendiri?" Tangannya bergemetar hebat karena kegilaan sihir yang tak terkendali.

Seketika akar berduri itu langsung melilit erat tubuh Historia oleh sihir pembalikan dari Stillia.

Raja iblis kekejaman hanya menatapnya jengkel, langkah kakinya terus mundur ke belakang secara perlahan-lahan tanpa dia sadari. Hal itu membuatnya kebingungan karena jiwa dan raganya telah dipengaruhi oleh rasa takut yang sangat mendalam meskipun tidak dengan pikirannya yang masih tetap terkendali.

"Ini tidak mungkin! Apa yang terjadi padaku? Kenapa tubuhku bisa bergerak sendiri?"

Raja Iblis kekejaman masih memegang pedang penghancur di tangan kanannya, meskipun tubuhnya tidak terkendali, dia tidak peduli dan dengan berani dengan sekuat tenaga mengayunkan pedangnya ke arah Stillia dengan cepat.

*SRINGG!*

"....!!!"

Semuanya terlihat konyol.

Pedang penghancur miliknya hancur berkeping-keping setelah diayunkan. Dia sangat jengkel seraya mundur jauh ke belakang dan segera merapalkan mantra sihir ke arahnya.

"Bezno Avio!"

Rantai merah kehancuran partikel hitam langsung mengikat tubuh Stillia dan membakarnya.

Raja Iblis kekejaman tercengang setelah melihat api kehancuran tersebut tidak bisa membakarnya sama sekali, bahkan itu semua terlihat seperti mimpi untuk bisa membuat Stillia terluka.

"Apa? Bahkan api kehancuranpun tidak bisa melenyapkannya? Boneka gila macam apa dia!"

Dengan rasa takut yang terus menghantuinya, seketika Stillia berhasil menghancurkan rantai api kehancuran dengan mudah seraya terus melangkah maju.

Stillia terus berjalan maju dengan mata merah kehancuran higanbana yang penuh kebencian terlihat menakutkan di matanya yang bersinar terang.

"Selemah itukah dirimu Raja Iblis kekejaman? Apakah nama itu layak diberikan kepadamu? Aku tahu bahwa inti dari raja iblis adalah mampu menghancurkan keberadaan Dewa. Tapi, kamu terlalu lemah sehingga tidak ada satupun serangan darimu mampu membuat Dewa ini merasa bahagia ... Lemah, akulah yang terkuat!"

"Tutup mulutmu, boneka sampah!! Aku akan menghancurkanmu sekarang juga!"

Raja Iblis kekejaman langsung melancarkan serangan sihir ke arah Stillia.

"Erazio!" Melemparkan bola api neraka kehancuran secara beruntun oleh sihirnya. Memukul Stillia dengan guncangan hebat ketika rentetan bola api neraka kehancuran mengenai tubuhnya.

Ketika pandangan Stillia terhalang oleh sekelompok bola api neraka penghancur yang menuju ke arahnya. Raja Iblis kekejaman dengan cepat menusuk dada Stillia dari belakang dengan sebelah tangannya.

*JLEB!*

Darah berceceran, menyebabkan tubuh Stillia sedikit terdorong ke depan seraya darah keluar dari mulutnya.

"Sepertinya sudah berakhir ... Aku akan menghapus keberadaanmu sekarang juga!"

Sebelum Raja Iblis Kekejaman merapalkan mantra sihir di telapak tangannya, dia tiba-tiba terkejut setelah melihat kebenarannya.

Tiba-tiba bentuk tubuh Stillia memudar dan berubah menjadi tubuh orang lain.

"Huh? Tubuh siapa ini?"

Warna rambutnya berubah, dia mengenakan gaun hitam putih seperti perawat pelayan kerajaan.

Tiba-tiba, sebuah portal biru muncul di hadapannya.

Stillia berjalan santai keluar dari portalnya dengan senyum angkuh sambil mengenakan gaun putih anggunnya.

"Ada-ada saja. Apa menurutmu aku selemah dan sebodoh itu? Otakmu terlalu dangkal jika mempunyai pikiran seperti itu. Maafkan aku Syelina, teman terdekatmu dibunuh olehnya dengan sangat kejam." 

Tiba-tiba saat itu, tubuh Velina bisa bergerak dengan sadar. 

Senyuman mengejek. "Upss ... Sepertinya dia ingin menyampaikan pesan terakhirnya."

Tatapan Velina melirik ke arah Syelina dengan kesadaran penuh dengan pemandangan wajahnya yang cacat dan berlumuran darah.

".... Syelina ...." Menunjuk jarinya kepada Syelina yang sedang terdiam mematung karena penghentian waktu dari Stillia. "Astela-chan ... Dan tuan putri ...."

Raja iblis kekejaman yang merasa jengkel seketika langsung mengepalkan tangannya yang membuat keberadaan Velina lenyap menjadi debu.

"Manusia lemah seperti kalian memang layak untuk mati."

Tiba-tiba ....

*KKkrrrrrkkk!*

Penghalang dari penghentian waktu dari Stillia mulai retak.

Syelina yang merasakan hal itu mencoba untuk keluar dari penghentian waktu milik Stillia.

Stillia tersenyum lebar dengan penuh rasa kebahagiaan. Stillia sangat senang karena telah membuat Syelina marah.

"Inilah yang aku inginkan."

Seketika aura api merah keluar mengamuk tak terkendali menyelimuti tubuh Syelina. Syelina perlahan berhasil bergerak keluar dengan kesadaran penuh.

"Kau! Bedebah! Harus ... Menerima segala akibat dari perbuatanmu!!!"

*KKkraackkkK!*

Seketika Syelina berhasil menghancurkan dinding manipulasi waktu Stillia beserta gulungan akar berduri yang melilitnya.

Dengan wajahnya yang garang, Syelina melesat dengan sangat cepat dan berhasil menyebabkan tangan kiri Raja Iblis kekejaman terpotong karena tidak bisa melihat kecepatan gerak Syelina yang sangat cepat.

Seorang maniak petarung sangat antusias ingin mencabik-cabik mangsanya, Syelina segera melesat kembali karena dia tahu Stillia adalah pelaku utamanya.

"Kauuuuuuu!"

Dengan tenang, Stillia berhasil menahan tebasan cepat Syelina dengan dua jari tangan kanannya.

Syelina sangat tercengang ketika melihatnya. "Bwahhhh?"

"Akhirnya ... Inilah yang aku tunggu-tunggu. Tunjukkan seluruh kekuatanmu, dengan senang hati aku akan melayaninya."

Aura api merah yang kental dan mengamuk bagaikan badai yang akan menerjang segalanya terus memancar keluar dari tubuh Syelina dengan ganas.

"Bajingan! Kau harus membayarnya!" Dengan sekuat tenaga, Syelina mencoba mendorong pedangnya agar bisa membelah tangan Stillia. "Hhhyaaaaaaaaa ..!!"

Lengan Stillia hampir terpotong.

Kemudian Stillia dengan cepat mundur ke belakang untuk menghindarinya, pertarungan gila yang tidak bisa dilihat hanya dengan dua mata. Kecepatan bertarung mereka tidak dapat diukur dengan mudah, bahkan orang biasa pun tidak akan pernah menang atau bertahan melawan mereka.

Syelina terus melancarkan tebasan kilatan petir merah ke arah Stillia secara membabi buta.

Stillia hanya mengelak dan terus menangkisnya dengan beberapa jari yang teracung.

Tidak ada satu orang pun yang bisa mengimbangi kecepatan pertarungan mereka berdua.

Lalu ....

"Skakmat. Celah terlihat." Stillia dengan cepat langsung meninju keras Syelina dengan pukulannya.

"Ga-akkhhhh ...."

Syelina kembali terlempar dengan keras, meninggalkan kesan kehancuran pada lintasan tanah.

Akibatnya, gerbang utama kerajaan Wizteria yang selama ini dilindungi oleh perlindungan 7 roh surgawi retak akibat hantaman keras tersebut.

Astela yang berada di dekat gerbang utama tiba-tiba terlempar jauh ke belakang akibat guncangan angin kuat dari Syelina yang menghantamnya.

"Hkyaahhhhh ...."

Membuatnya menabrak Mirellia yang berada di belakangnya. Mirellia yang menyadari Astela telah ditangkap olehnya, langsung memeluk Astela sekuat tenaga agar tidak kabur.

"Hentikan, Astela-chan. Kamu tidak bisa—"

*GEDEBUG*

Astela memukulnya secara tak sengaja.

"Lepaskan ... Aku ingin mencari ayah dan ibu! Tolong lepaskan aku, cepat!!"

Astela terus meronta dengan keras hingga menyebabkan wajah Mirellia terpukul keras olehnya. Alih-alih menahannya sekuat tenaga, kaki Astela justru malah menendang wajah Mirellia hingga membuatnya terjatuh ke belakang.

*JEDUG*

"Aduduh ... Sakit."

Astela berhasil melarikan diri.

Mirellia langsung berdiri dan mengarahkan tangannya ke depan seraya merapalkan mantra sihir.

"Maafkan aku Astela, ini mungkin terkesan kejam. Tapi, aku tidak punya cara lain. Kamu harus tidur nyenyak sebentar."

Mirellia langsung melepaskan mantra sihir penidur pada Astela yang sudah hampir dekat dengan gerbang utama.

Sihir terus melaju ke arah Astela.

Satu langkah terakhir untuk bisa membukanya, semuanya telah berubah yang membuat Astela terjatuh dan pingsan di tanah.

Menghela nafas dengan penyesalan dan kekhawatiran.

".... Semoga ini benar ...."

Mirellia segera berlari menghampiri Astela yang pingsan.

Tiba-tiba, gerbang utama terbuka perlahan dengan sendirinya yang seketika membuat Mirellia berharap gurunya sudah pulang dengan selamat.

Gerbang itu terbuka perlahan.

Cahaya surgawi menerangi seluruh penglihatannya, seorang wanita cantik, anggun, dan sang maniak pertempuran berdiri perkasa di depan gerbang utama dengan penampilan yang sangat berbeda.

Kaisar Kematian Takdir Surgawi … Reputasi maniak petarung penakluk 4 lapisan dunia … Syelina Reinford

Mirellia langsung menitikkan air mata karena melihat penampakan yang familiar, sebuah janji perpisahan ketika gurunya kembali mengenakan jubah kaisarnya.

Kaisar kematian yang tidak mengenal kematian, jika dia mati maka segala sesuatu di dunia pasti akan mati dan lenyap. Tak peduli bagaimana takdir kematian merenggutnya. Tidak ada jalan untuk kembali, karena dialah akhir dari nasib kematian itu sendiri.

*Whuussshhh!*

Angin sepoi menghembuskan pemandangan tersebut.

"Guru ...." Melihatnya dengan penuh kesedihan.

Syelina melihat ke belakang dengan penuh senyuman lembut. "Kumohon ... Mirellia."

Mirellia mengedipkan matanya, seketika Syelina meninggalkannya sambil menjatuhkan kalung permata mawar merah yang sudah tergeletak di atas tanah.

Mirellia berlari, mencoba yang terbaik untuk bisa mengikutinya.

"Guru ... Kenapa?"

Mirellia terjatuh lemas dengan kesedihan yang membuatnya putuas asa karena tidak bisa mengejar sang guru yang telah pergi meninggalkannya. Kemudian Mirellia melihat kalung itu tergeletak tepat di hadapannya.

Syelina menghampiri kepala Mecha Gamera.

"Tolong, lakukan sekarang juga. Aku hanya bisa berharap padamu, Gamera."

Mecha Gamera mengerti dan segera mempersiapkan keberangkatannya.

"Gaohhhhhhhh ...."

Suara Mecha Gamera berkumandang keras, cahaya biru mulai meluas dan membuat lapisan lingkaran di atas menara. Perpindahan dimensi ruang dan waktu akan segera dilakukan.

"Terima kasih."

Syelina pergi.

Semuanya menghilang dengan cepat, meninggalkan peperangan yang penuh dengan kematian seluruh pasukan dan hanya menyisakan 1 Dewi dan 5 orang terkuat.

.

.

********