Aku kembali dengan kesakitan yang masih kurasakan dalam genggamanku.
Dunia keji yang dipenuhi dengan misteri kekejaman dan penderitaan yang masih tersembunyi di dalam setiap lapisan dunia.
Aku berhasil melewati ruangan gelap seraya membawa sebuah pembalasan akan sebuah kehancuran yang akan ku lakukan kepada mereka semua.
Aku tidak peduli seberapa kuat mereka, aku pasti akan melakukan apapun untuk bisa melenyapkan dunia ini bagaimanapun caranya.
Aku akan melalui semuanya meskipun ini adalah pertempuran yang akan menyebabkan kehancuran yang tak terbayangkan.
Tubuhku mulai bergerak kembali dan berdiri dengan perlahan seraya merasakan kegilaan dari sakit yang tubuhku alami. Walaupun tubuh ini telah dihancurkan oleh mereka, itu tidak akan membuat harapanku sirna untuk bisa bangkit kembali. Mereka hanyalah para sampah yang akan segera mati.
Seketika, mereka langsung menyadari kebangkitanku dengan penuh kegembiraan.
"Lihat, Lihat!" Misery menunjukkan jarinya dengan penuh kegembiraan. "Tikus itu mulai bangkit lagi ... Sepertinya aku bisa mengambil bagian lain yang lebih pantas untukku dapatkan ... Laki-laki tampan itu sangat kuat, ya. Aku ingin dia menjadi kekasihku ...."
Misery yang melihatnya merasakan sensasi kesenangan yang luar biasa.
"Kyyahhhahahahaha ... Pasti akan sangat menyenangkan ketika dia bisa menikmati penderitaan yang kuberikan padanya ... Ayo kita bermain lagi pria tampan!!"
Tazlia hanya menatap tajam seraya menyeringai. "Ohhh, jadi ternyata, kamu hanya berpura-pura mati untuk bangkit kembali, ya? Sepertinya ini akan lebih menarik dan menyenangkan!"
Tutup mulut kalian semua! Aku pasti akan membalasnya.
Dewi sejati kutukan kematian Asyluminaz berjalan beberapa langkah ke depan sambil merentangkan tangannya.
Merasa senang, berpikir semua ini akan terasa sangat sempurna untuk di pertarungkan. "Luar biasa ... Aku sangat bersyukur karena kau telah bangkit kembali. Inilah yang kutunggu-tunggu darimu, Raja Iblis Kehampaan. Sekarang, bangunlah! Lawan aku dengan kekuatan ketidakpantasanmu, iblis rendahan!"
Ohhh, rupanya dia sudah tahu tentang panggilan saat berada di dalam game itu, ya? Menarik, emmmm ... sepertinya dia sudah tahu segalanya tentang diriku.
Yahh, aku tidak memperdulikannya sih karena itu tidak penting bagiku untuk bisa mengingat mereka.
Aura ungu tua mulai mengamuk bagaikan badai kehancuran yang akan menyapu bersih semuanya terus keluar dari dalam tubuhku.
Aku mulai melangkahkan kakiku dengan sempoyongan. ".... Aku tidak akan membiarkan ini berakhir begitu saja ... Tidak masalah jika tubuh ini adalah tubuh sementara yang bisa menampung kekuatannya ... Aku adalah aku, tidak ada orang lain. Akulah yang akan memulainya semuanya dengan sebuah kehancuran!"
Aku mulai mengangkat kepalaku dengan tatapan tajam dengan lampu ungu tua yang bersinar ganas di kedua mataku. "Akhir dunia yang akan melenyapkan segalanya, hukum dunia, Tuhan dan semuanya, akan kuhancurkan menjadi sebuah kekosongan sejati tanpa akhir!"
Kedua langkah kakiku mulai stabil seraya membusungkan dada. "Tidak ada yang bisa menghalangi jalanku untuk maju." Tubuhku telah berdiri tegak dengan 2 tangan yang telah hancur.
Tubuh hancur karena tidak memiliki 2 tangan? Dan menjadi masalah besar? Tidak, kalian pikir aku tidak bisa pulih? Salah besar ... Hhahaha.
Tubuh rusak seperti ini tidak akan membuatku menyerah hanya karena aku tidak bisa bangkit dari kenyataan yang selalu mengurungku. Tidak masalah, aku tidak akan menyerah karena kekurangan itu.
Aku bahkan sudah tidak peduli ketika kekuatan dari game itu sudah berada di dalam tubuhku yang seperti ini.
3 Kristal Biru, Ungu dan Merah dari 3 kekuatan mata sejati mulai bersinar terang di dalam jantungku yang terlihat sebelum dagingku mulai menyembuhkannya. Menjadikannya wadah bagi sumber akar Cryva yang memiliki kekuatan tanpa batas di dalam tubuhku.
Mereka terus menatapku dengan seringai seperti pembunuh. Mereka tidak bisa menahan kesabarannya karena ingin bermain dan bersenang-senang lagi denganku agar bisa membunuhku satu kali lagi.
Membuat sistem komando pusat tim Revillas, serta kristal hukum pengetahuan menjadi sadar akan keberadaan diriku yang bangkit kembali dari kematian dan terlahir kembali dengan tubuh sementara dari kekuatan raja iblis.
******
Terlihat seorang wanita yang selalu mempunyai gaya yang keren dengan nada bicara yang selalu dingin, padahal berbahaya bagi mereka yang mencoba membuatnya marah karena akan mengalami penderitaan dari perkataan yang diucapkannya.
Komandan Bristina tertidur lelap di kursi pribadinya dengan paha mulus tertutup stocking hitam terangkat dan disilangkan di atas meja.
Semua kru lain sedang beristirahat di luar ruangan (Kantin) dan meninggalkan dirinya sendirian di dalam sana.
Wajahnya selalu tampil tenang dan cantik, ditutupi topi resminya yang menghadap ke atas langit-langit.
Tiba-tiba, alarm keras berbunyi di ruang tim Revillas, menyebabkan Bristina segera bangun dengan wajah lesu.
Meski lesu, komandan satu ini emang selalu cantik untuk dipandang dengan sebelah mata.
Dengan anggunnya, Bristina segera merapihkan rambut dan wajahnya sambil memakai kembali topinya dan melihat sekeliling mengapa alarm berbunyi begitu keras.
Bristina berdiri dan mendekati tempat duduk Yotaro.
Dengan cepat Bristana langsung mengendalikan monitor milik Yotaro untuk mencari penyebabnya, setelah beberapa saat kemudian, Bristina berhasil menemukan sinyalnya.
Yaitu wilayah 7 yang dekat dengan hutan, terlihat radar merah dengan tepat mengarahkannya ke arah itu.
Bristina segera mencarinya menggunakan satelit perekam siaran langsung yang ditempatkan jauh di luar dunia ini untuk melihatnya. Satelit tersebut tidak mudah untuk dihancurkan karena memiliki pertahanan yang dilapisi dengan kristal pengetahuan hukum untuk mencegahnya dari kehancuran.
Bristian memproyeksikan ke layar monitor hologram besar yang berada di depan.
Setelah melihatnya, Bristina kebingungan tidak tahu siapa orang yang berada didalam video rekaman tersebut. "Apa-apaan ini? Siapa anak ini? Kenapa dia tidak punya 2 tangan. Apa yang terjadi disana?"
Rekaman pertama dari siaran langsung Bristina berhasil melihat Yoru yang berusaha bangkit dari kematian dengan aura ungu tua yang terpancar mengamuk.
Bristina merasa tidak mengerti dan menggeser rekaman siarannya ke sisi lain dan Bristana akhirnya berhasil melihat mereka bertiga tersenyum dengan tatapan tajam ke arah Yoru.
"Huh? Siapa mereka?" Bristina menyipitkan matanya, melihat ada sosok wanita yang memiliki wajah yang sama dengan kenalannya.
".... Tunggu sebentar ..." Bristina mendekatkan layar (Zoom in) agar wajah mereka terlihat jelas. "Eh? Mirellia-sama?" Merasa tidak percaya. ".... Tidak, ini tidak mungkin. Kenapa wajah dan bentuknya mirip sekali? Apa yang sebenarnya terjadi di tempat itu?"
Merasa cemas, Bristina segera melacak Mirellia yang berada di tempat yang sama dan mencoba menghubunginya langsung dari pusat komunikasi pusat tim Revillas.
"Dokter Mirellia! Apa kau bisa mendengarkan suaraku? Dokter ... Tolong jawab pertanyaanku ... Hoi!" Bristina memanggilnya dengan lantang. "Dokter Mirellia-sama!"
Mirellia menjawabnya dengan nada rendah. "Bisakah kamu bersikap sedikit sopan padaku, Bristina?"
Bristina sedikit merasa jengkel. "Sighh ... Kau sedang berada di wilayah 7, kan?"
"Ya."
"Bagaimana dengan Astela-chan? Apa dia baik-baik saja? Sebenarnya apa yang sedang terjadi?!"
"Tahan emosimu ... Aku tidak punya waktu untuk menjawabnya sekarang." Mirellia melirik ke arah belakang, merasakan aura ungu tua ganas yang terpancarkan di atas udara.
Gumam Mirellia. "Sepertinya ada sesuatu yang harus aku periksa nanti ...." Mirellia terus berlari sambil membawa Astela untuk menjauh dari tempat itu.
"Apa?"
"Tidak, Jangan khawatir. Astela baik-baik saja. Dia sudah ada di tanganku. Aku tidak apa yang sedang terjadi, sepertinya ada seseorang yang sedang melakukan kekacauan ini. Apa kamu tidak bisa melihatnya di sana?"
"Aku melihatnya. Tapi, aku tidak percaya ada di antara mereka yang mirip denganmu."
Spontan Mirellia tercengang, berpikir bahwa itu adalah hal yang mustahil baginya. "Apa maksudmu, aku punya saudara kembar? Kau jangan mempermainkanku."
"Ini benar, aku serius. Tunggu sebentar ya. Aku akan mengirimkannya kepadamu melalui sinyal yang ada di dalam mobil pribadimu."
"Baiklah kalau begitu. Aku akan ke sana dan akan sampai sebentar lagi."
"Sip!"
Mirellia terus berlari menuju mobil pribadinya yang berada di tempat berkumpulnya mayat-mayat tanpa kepala sebelum diangkut ke masa lalu.
"...." Mirellia terus berlari dengan suara langkah kaki yang terdengar.
Sesampainya di sana, Mirellia langsung menidurkan Astela di kursi belakang. Kemudian Mirellia masuk ke dalam mobilnya, menyalakan mobil dengan suara gemuruh yang senyap karena teknologi masa depan yang membuatnya terdengar seperti nitro biasa dan segera meninggalkan tempat itu.
"Bagaimana? Apakah kau sudah sampai?"
"Ya, tunggu sebentar." Seraya menyetir, lengan kiri Mirellia langsung mengatur layar sentuh hologram yang berada di tengah dashboard mobilnya.
Sebuah mobil pribadi masa depan yang dilengkapi dengan senjata tersembunyi dan teknologi pemantauan canggih di dalamnya.
Kemudian, layar hologram perlahan mulai memproyeksikan gambar seseorang di dalam mobilnya.
Merillia dengan cepat mengetahuinya dengan rasa jengkel. Mirelia bukanlah seorang dokter biasa, nyatanya pekerjaan yang selalu ia lakukan adalah mencari sejarah dari meneliti catatan-catatan kuno yang membuatnya dapat mengetahui siapa yang pernah ada dan siapa yang belum tercatat dimanapun di dunia ini tercipta.
"Cihh ... Diakah."
"Apakah kau sudah mengetahuinya? Siapa?"
Mirellia menyipitkan pandangan matanya. "Dewi kutukan kematian, Asyluminaz!" Menyeringai. "Aku tidak menyangka ada dewa yang akan mendekati dunia ini ... padahal ini adalah dunia yang masih penuh dengan misteri. Berani-beraninya dia mengambil tubuhku untuk digunakan sebagai penyamaran ... Tapi, aku menghargai kepintaranmu dalam hal ini karena memilih tubuh seseorang yang memiliki pengetahuan tentang dunia ini."
Bristina tidak mempercayainya. "Kamu bisa dengan mudah mengatakan bahwa dia adalah seorang Dewi? Kamu tidak berbohong, kan? Dewi sejati kutukan kematian, katamu?"
Dewa sejati adalah eksistensi yang melampaui semua hukum dunia dan melampaui dimensi tertinggi peringkat menengah yang telah diciptakan oleh 10 Ascendant Creator. Bahkan para dewa pun tidak terikat dengan konsep hukum realitas yang ada di dunia ini.
Setengah Dewa - Di tempatkan di dalam dunia lapisan tak berujung dengan dimensi rendah yang berada di lapisan paling dangkal.
Dewa biasa - Di tempatkan di dalam dunia lapisan tak berujung dengan dimensi tinggi yang berada di lapisan menengah.
Dewa sejati - Di tempatkan di dalam dunia lapisan tak berujung dengan dimensi tertinggi paling tinggi yang berada di lapisan akhir atau terdalam, dan bahkan melampaui ini semua termasuk Asyluminaz.
"Ya, aku mengetahuinya. Maka dari pada itu, kita tidak boleh tinggal diam saja. Kita harus segera melakukan sesuatu untuk bisa menanganinya."
"Begitukah ... Tapi!" Bristina gemas sambil memukul meja dengan keras. "Bagaimana kita bisa melawannya kalau dia adalah seorang dewa sejati?!"
Mirellia berpikir sejenak. "Hmmmmmm ... Tenangkan pikiranmu, aku masih mencari cara yang terbaik untuk bisa melakukannya."
Dengan pikiran dingin, Bristina mulai mengerti. "Baiklah ... Tapi, ada satu orang lagi yang harus kamu ketahui. Aku tidak mengerti kenapa kekuatan dia begitu mengerikan setelah aku memeriksanya."
"Apa maksudmu, Siapa dia? Tolong tunjukkan padaku"
Gambar lain mulai diproyeksikan di sebelahnya. Seorang pria jangkung berambut hitam mengenakan sweter hitam dengan tubuh yang masih utuh.
"Hmmmm ...? Anak ini ... Dia terlihat seperti orang-orang kita pada umumnya. Tapi, aku belum pernah melihat wajahnya. Apa dia berasal dari dunia lain?"
"Sepertinya begitu, karena aku juga mendapat kabar dari pasukanku tentang orang lain yang berdatangan dari dunia lain."
"Apa? Berdatangan katamu?"
"Ya, aku bisa menjelaskannya nanti. Kita tidak punya waktu untuk membahasnya sekarang. Bagaimana rencananya?"
"Jadi begitu. Hmmmm....?"
Mirellia hanya bergumam sambil memikirkan apa yang akan terjadi selanjutnya. Mencoba mencari kemungkinan yang akan terjadi setelah melihat Yoru yang terlihat sangat mencurigakan baginya.
Mirellia terus mengingat catatan kuno yang ditinggalkan selama beberapa ratusan tahun. Catatan kuno yang sama dengan apa yang Yoru baca sebelumnya saat bersama Asyluminaz.
Meskipun Mirellia sudah mengetahui hal ini sejak lama, Mirellia terus berusaha untuk mencari cara agar bisa menguraikan apa yang sebenarnya terkandung di dalam catatan tersebut.
"Sekarang bagaimana? Jika tidak ada yang perlu di bicarakan lagi, sebaiknya aku sendiri yang akan kesana."
Mirellia memandang Astela yang tertidur di kursi belakang dengan wajah cemas. "Tidak ada pilihan lain. Panggil semua pasukanmu dan kirim mereka ke tempat itu."
Seketika Bristina merasa terdesak karena membuatnya harus berpikir untuk mengorbankan mereka semua. "Huh? Memanggil semua pasukanku? Apa yang kamu pikirkan? Kalau seperti itu, lebih baik aku sendiri yang pergi ke sana!"
"Kau tidak akan bisa melakukannya, lakukan saja apa yang aku katakan. Kamu bahkan tidak akan pernah bisa melawannya."
"Apa? Kau bilang aku tidak bisa menang darinya?!"
"Jika tebakanku benar, kristal itu seharusnya sudah memberitahu sang raja. Hmmmmm … Raja iblis, ya?" Jawab Mirellia yang berada dipikirannya.
"Ya, kau pikir dewa sejati itu seperti apa? Mereka dengan mudahnya bisa menghancurkan Multi-multiverse menggunakan telunjuk jarinya. Kau tidak akan bisa melawan mereka … Kau mungkin akan mati dengan cepat." Mencibir dengan sebuah fakta adalah sesuatu yang harus dilakukan Mirellia untuk bisa membuat Bristina paham.
"Apa, mati katamu?!!!" Bristina sangat merasa jengkel ketika Mirellia mengatakannya seperti itu.
Bristina merasa bahwa dirinya adalah seseorang yang sangat kuat dan tidak akan pernah bisa menjadi yang terkuat jika tidak melakukan sebuah pertarungan.
Bristina terus berpikir dalam diam dan tidak bisa berbuat apa-apa karena merasa lemah dan tidak berguna.
Perlahan, Bristina mulai memahami dan menerima semua yang dikatakan Mirellia, meskipun hati dan jiwanya selalu berkata tidak. "Cihhh ... Baiklah. Aku akan menunggu kedatanganmu ke sini sambil memberitahu seluruh pasukanku."
"Syukurlah kalau kau memahaminya Bristina. Maafkan aku, aku akan segera ke sana."
Mirellia terus mengendalikan mobilnya, melewati sebuah jembatan gantung panjang yang akan membawanya menuju pusat kota wilayah bagian dalam.
Sebuah jembatan panjang yang melintasi perairan biru luas yang memisahkan perbatasan antara kota wilayah luar dan kota wilayah dalam.
*********
Sebuah ruangan labolatorium raksasa yang terletak di bawah tanah kerajaan Wizteria, sebuah ruangan yang dilapisi dengan dinding baja berlapis dengan teknologi masa depan yang menyuplainya.
Lanjut kepada sang Raja yang sedang gelisah dan sengsara akan suatu peristiwa yang membuatnya mengalami kegilaan dalam berpikir bijak, langkah kakinya tak bisa berhenti dan terus bergerak maju berputar mundur seterusnya.
Mengitari tempat itu dengan beban pikiran yang terus menghantuinya.
Kristal raksasa pengetahuan hukum terpampang jelas di belakangnya, ditemani Ratu yang juga mengalami kegelisahan berkelanjutan karena memikirkan hal serupa.
Tempat rahasia dan ketat yang diisi dengan beberapa tangki kaca berwarna biru berisi 7 kristal elemen roh surgawi yang berjajar rapi tepat di setiap sudut dinding.
"Ini tidak masuk akal ... 9 kepala naga bencana yang bisa melahap seluruh ciptaan alam semesta?" Menaruh tangan di dagu seraya terus berpikir keras.
"Aku tidak percaya, hal gila macam apa yang diciptakan para sang pencipta? Dan apa yang harus aku lakukan sekarang?" Menatap kristal ilmu hukum dengan wajah putus asa.
Tiba-tiba, kristal pengetahuan hukum bersinar terang, menyala bagaikan sebuah alarm peringatan.
"Peringatan! Raja Iblis kehampaan telah datang! Raja iblis telah datang! Memasuki siaga tingkat akhir!"
"Apa, Raja Iblis? Apa maksudnya?! Sekarang apa lagi?!!!"
"Kekuatan maksimum 7 pelindung roh surgawi diaktifkan!"
Perlindungan 7 roh surgawi tiba-tiba diaktifkan kembali dengan kekuatan pertahanan yang diperkuat beberapa kali lipat dibandingkan sebelumnya.
Semua orang mendengarnya sambil melihat kubah terbentuk kembali di langit menutupi seluruh kota, termasuk Mirellia yang telah sampai di tempat tujuannya.
"Ternyata tebakanku benar." Mirellia segera menjemput Astela untuk keluar dari mobil lalu membawanya ke kamar pribadinya untuk diperiksa.
Raja tidak mengerti dan penasaran mengapa kristal itu baru bisa memberitahunya secara tiba-tiba. "Hei! Jawab pertanyaanku! Kenapa Kau tidak memberitahuku informasi ini sebelumnya, keparat!"
Kristal pengetahuan tidak menjawabnya sama sekali.
Raja merasa kecewa dan jengkel seraya perlahan mendekatinya untuk bisa mencibirnya lebih dekat.
Tiba-tiba ....
Kilatan petir berwarna biru terlihat dipancarkan oleh kristal pengetahuan hukum yang ditembak jatuh dari bawah dan menuju ke tubuh raja dengan cepat.
"Ehhhhh?! Tunggu sebentar, aku bisa menjelaskannya!"
Seketika itu juga raja ambruk dan terjatuh ke lantai karena tersengat aliran listrik berkekuatan tinggi. Ratu yang melihatnya bingung dan tidak percaya.
" .... Yang mulia? Apa anda baik-baik saja— Sepertinya anda telah mati."
Wajahnya tidak sadarkan diri.
.
.
Ketegangan akan kegembiran dari sebuah pertarungan akan segera di lakukan. Jantungku yang telah di hancurkan dan kedua tanganku yang terpotong mulai terlahir kembali secara alami menjadi tubuh baru dengan api ungu yang membakarnya.
Tidak sampai di situ saja.
Ini nyata, penampilanku perlahan mulai berubah menjadi diriku yang menjadi karakter game yang aku buat sendiri, semuanya berubah dari atas kepala hingga ke bawah lutut kakiku.
Aku terus bergerak maju.
Aku datang, aku pasti akan menghibur kalian semua dengan tubuh yang memiliki kekuatan sempurna seperti di dalam game itu meski hanya sementara.
Sementara, ya? Hahh, aku tidak peduli sih!
Asyluminaz nyengir terkekeh gembira. "Ahahhhahahhahaha ... Akhirnya! Sekarang aku mulai bisa merasakan gairah bertarung yang sebenarnya!!"
Aku menghentikan langkahku dan perlahan mulai melirik tajam ke arah mereka bertiga.
"Tutup mulutmu! Aku pasti akan menghancurkan kalian semua menjadi partikel debu cahaya yang bisa kuhembuskan kapan saja. Sekarang, mari kita mulai permainan sebenarnya!"
Seraya tersenyum jahat untuk membalas kesenangan mereka padaku.
.
.
********