Chapter 26 - Tragedi masa lalu

Mirellia gelisah, dia mengingat bahwa Astela tidak bersamanya. Lari tergesa-gesa ke arah lain untuk mencarinya.

Dia berteriak sekeras mungkin karena kekhawatiran akan kondisi Astela. "Astela! ... Astela!!" Melirik kanan kiri. "Kau dimana Astela-chan?! ... Astelaaa!" Mirellia terus berlari ke arah lain lagi.

Wajahnya sangat khawatir.

Dia terus mencarinya, Astela adalah seseorang yang sangat berharga seperti anaknya sendiri. Astela adalah salah satu dari anak yatim yang di tinggalkan oleh kedua orang tuanya seperti Yoru. Masa lalu yang menyebabkan tragedi pertumpahan darah karena peperangan perebutan kristal pengetahuan.

Kedua orang tuanya adalah panglima kesatria terkuat yang bertanggung jawab atas komando tertinggi pertahanan kerajaan Wizteria.

Mirellia terus berlari dan perlahan mulai mengingat kejadian masa lalunya. Sebuah pesan terakhir yang di tinggalkan oleh kedua orang tuanya kepada Mirellia.

Dia mengingatnya sedikit kesal. "Sighh ...."

10.000 tahun yang lalu ....

Melewati berbagai dimensi ruang waktu yang berada di masa depan.

Zaman yang berada di abad pertengahan, zaman para manusia masih belum mengenal teknologi canggih atau semacamnya. Semuanya hanyalah manusia yang memiliki kekuatan sihir magis dan para kesatria kuat.

Semuanya di awali dengan peperangan yang di ikuti oleh 4 kerajaan untuk mengalahkan kerajaan Wizteria. Kerajaan raja iblis yang pertama namun tidak di akui keberadaannya oleh para dewa, kerajaan badlyr, kerajaan elf dan demi human.

Semuanya saling membunuh satu sama lain untuk mendapatkan kristal pengetahuan dan kekuasaan dunia tersebut.

Peperangan selama 2 tahun berakhir, menyebabkan 2 kerajaan lain bersekutu dengan kerajaan Wizteria untuk berdamai dan menjadi bagian penduduknya.

Tahap pertama berakhir ....

2 kerajaan lain memilih untuk damai dan bersekutu dengan kerajaan Wizteria. Itu adalah kerajaan elf dan demi human. Semuanya berubah kita 2 kerajaan lain mengetahui hal tersebut, terjadilah peperangan sesungguhnya yang menyebabkan dunia itu hancur seperti lautan darah dalam sebuah cerita.

Kerajaan badlyr dan kerajaan iblis bersekutu dengan pasukan yang lebih besar dan kuat dari 3 kerajaan yang sudah menjadi satu.

Peperangan yang akan berakhir dalam satu hari.

.

.

Embun sejuk pagi hari, ketenangan dan kehangatan hati yang bisa di rasakan di atas benteng pertahanan kerajaan Wizteria seraya matahari terbit. Tidak ada satu orang pun yang tidak merasakan hawa kebahagiaan selain kekhawatiran dengan peperangan yang sedang terjadi.

Ibunda Astela berdiri menatap pemandangan keindahan dunia di pagi hari, sejumlah pasukan kerajaan iblis dan kerajaan badlyr terlihat dari arah pandangannya.

Dia melihatnya dengan penuh senyuman dan ketenangan yang mendalam di hati.

Seorang kesatria tangguh, kuat, cantik sedang di hampiri Mirellia dari arah belakang.

"Guru?" Ucap Mirellia lembut yang masih berumur belasan tahun sebagai murid akademi di kerajaan Wizteria.

"Apa kau bisa merasakannya?" Hembusan angin membuat rambut merah mawarnya menari-nari.

"Merasakan apa?"

"Keindahan dan kehangatan hati dari semua makhluk hidup yang terkumpul di embun pagi ... Semuanya hanyalah ilusi cerita yang di buat seperti pemanis madu, tidak ada yang bisa merasakan kepahitan di dunia ini selain hati yang terbengkalai oleh kebencian ... Tidak ada satu pun makhluk hidup yang abadi di dunia ini ... Semuanya, hanyalah boneka yang tercipta dari tanah dan mekar menjadi makhluk asing yang memiliki tujuan hidup ... Jika kau ingin menjadi kuat, rasakan lah kematian itu sendiri yang setara dengan rasa kebencian, rasa takut, rasa kepuasan yang selalu menjadi musuh hati manusia ...."

"Kenapa ... Kenapa aku tidak mengerti. Apakah itu sesuatu yang membuat guru tersenyum di pagi hari ?"

Ibunda Astela melirik ke arah Mirellia dan menatapnya dengan senyuman.

"Tidak, kau harus bisa merasakannya sendiri ... Semuanya sulit untuk ditebak, bagaimana pun cerita itu dibuat dengan sempurna ... Pasti tidak akan jauh dari yang namanya kematian dan kelahiran kembali ...."

"Apakah itu sesuatu yang sangat mustahil ?"

Mirellia kebingungan.

Kemudian, ibunda Astela menepuk kepalanya dengan halus. "Tidak ada yang mustahil ... Suatu saat kau pasti akan mengerti apa yang di maksud dengan kehidupan sejati ... Jangan khawatir, aku yakin yang namanya perdamaian itu pasti ada ... Kau harus bisa menjadi lebih kuat dari siapa pun. Jangan pernah takut jika kau mati dan akan terlahir kembali ... Nikmatilah hidupmu dengan sepenuh hati ...."

Matanya bersinar karena senyuman manis yang membuat Mirellia sedikit berkaca-kaca.

Kemudian ibunda Astela langsung berbalik lagi. "Sepertinya aku harus mempersiapkannya sekarang"

Mirellia tiba-tiba merasakan ada sesuatu yang aneh, dia menyadarinya. Mengetahui apa yang selanjutnya akan terjadi.

"Kenapa?!" Berkaca-kaca. "Apakah guru akan—?!"

Ibunda Astela menjawabnya dengan nada sedikit tegas. "Ya, kau harus mengerti ...."

"Kenapa?! Apakah guru sudah gila?! ... Mereka berjumlah 10 juta pasukan, mereka gabungan dari 2 kerajaan sekaligus yang berada di kekuasaan tertinggi ... Banyak makhluk legendaris dan kuat berada di sana ... Apakah guru tidak bisa memikirkan perasaan Astela yang masih kecil?!"

Mirellia tidak bisa berhenti bertanya karena kecemasannya.

"Aku tidak peduli seberapa banyak pasukan mereka ... Aku hanya ingin kerajaan ini selamat dan bisa menjalani kehidupan yang damai di masa depan ... Jika para pasukan tidak bisa, maka aku dan dia akan maju ke depan dan membiarkan kalian pergi."

"Guru! tolong jangan lakukan itu ... Kita masih punya cari lain untuk mengatasi hal ini, kan?! Aku tidak akan pernah hidup bahagia jika guru seperti ini!!"

"Tutup mulutmu itu Mirellia!. Kau harus bisa melangkah maju ke depan dan membiarkannya ... Kau harus mengerti ... Aku sudah bilang bukan? ...." Ibunda Astela merasa bersalah karena menyentaknya. "Maafkan aku, mungkin kau tidak akan bisa menerimanya. Tapi, aku hanya memiliki satu permintaan kepadamu ... Jagalah Astela seperti anakmu sendiri di masa depan. Aku yakin kau pasti bisa melakukannya ... Tolonglah ... Aku sangat mengharapkan hal itu. Wahai muridku tercinta."

Mirellia langsung berlari menangis dengan perasaan kecewa meninggalkan ibunda Astela disana sendirian.

Ibunda Astela hanya bisa tersenyum dan menatap ke atas langit. "Aku ingin dunia ini menjadi apa yang di harapkan mereka berdua ... Karena kami memiliki tujuan yang sama ... Aku harus bisa melakukannya!"

Mirellia terus berlari menuju istana.

Ayah Astela dan sang raja sedang berbicara di sekitarnya.

Ayah Astela berbalik dan berjalan meninggalkan sang raja yang pergi. Dia tidak sengaja bertabrakan dengan Mirellia yang sedang menangis dengan perasaan kecewa.

Hiks ... Hiks ...

Dia memegang Mirellia, membuatnya berhenti untuk bisa mendengarkan perkataannya.

Mirellia menatapnya.

"Aku minta tolong kepadamu ... Tolong rawatlah mereka sebaik mungkin di masa depan ... Itulah harapan terakhir dari pamanmu ini, semoga kau bisa menerimanya ...."

Mirellia dengan paksa melepaskannya dan pergi.

Ayah Astela hanya tersenyum dan terus berjalan untuk menemui ibunda Astela yang sudah bersiap di pintu gerbang utama.

Mirellia terus berlari ke sebuah taman istana yang berada di sana, satu tempat di penuhi dengan suara teriakan kebahagiaan yang di hiasi bunga dan pancuran air.

Sekumpulan anak-anak yang sedang asik bermain, serta di temani oleh Bristina, Saijen dan Zavin di sana.

Mereka tiba-tiba menyadari kedatangan Mirellia ke tempat itu.

Mereka langsung berlari berkumpul untuk menemuinya. Mereka semua khawatir tentang kedatangan Mirellia yang secara tiba-tiba.

"Ada apa Kakak Mirellia?" Bristina bertanya.

"Apakah ada sesuatu yang akan terjadi? Tolong jelaskan kepada kami!" Zavin sedikit memaksanya.

Mirellia terus menangis, melihat wajah Astela yang manis di hadapannya. "Aku tidak berguna ... Kenapa aku bisa selemah ini? Aku tidak pantas untuk hidup!!. Jika semuanya berakhir dengan cepat ... Lebih baik aku mati saja!"

Dengan lembut Astela kecil mengusap kedua air matanya yang terus mengalir keluar. "Kenapa kakak menangis?"

Lalu ....

*TING NONG!*

Suara yang berkumandang keras memenuhi ruangan itu. Membuat Mirellia langsung berlari ke arah luar untuk melihatnya.

Sebuah lingkaran jarum jam besar cahaya biru terbentuk di atas langit kerajaan Wizteria. Pelindung 7 lapir surgawi di aktifkan yang menutupi seluruh langit di kerajaan itu.

.

.

"Sepertinya ini sudah di mulai ... Bagaimana? Apakah kalian sudah siap?!" Ibunda Astela sudah berada di gerbang luar, memimpin beberapa pasukan dari campuran 3 kerajaan yang bersatu.

Semua pasukan itu tidak ada yang menjawabnya sama sekali. Mereka hanya bisa melihat ke arah tanah.

Wajahnya datar, sedikit merasakan kekecewaan. "Sigh ... ini semua pasti karena aura kekejaman dari para iblis itu!"

Langit-langit luar di penuhi dengan hawa kekejaman dan kebencian yang tercemar menjadi Aura kematian. Membuat semua pasukan mengalami ketakutan yang mendalam dan perasaan kematian yang bertubi-tubi sebelum peperangan di mulai.

"Baiklah kalau begitu ... Jika kalian selemah ini, aku tidak akan segan untuk menyingkirkan kalian semua!"

Ibunda Astela mengarahkan tangannya ke depan, menghempaskan mereka kembali ke dalam kota dengan paksa oleh sihirnya.

Gerbang besar tertutup rapat dan di lapisi oleh 7 roh surgawi yang sudah terbentuk menjadi kubah besar.

"Sepertinya hanya kita berdua saja."

"Ya. Aku harap anak kita bisa hidup bahagia di masa depan dan menjadi kuat."

"Benar, aku ingin dia bisa menerima semua kepahitan ini yang selalu tercipta di mana pun dunia itu berada ...."

.

.

************