Aku terus berjalan bersamanya memasuki hutan dengan perasaan jengkel yang terus menyelimuti isi pikiran ku terhadap dokter itu. Semuanya diwarnai dengan nada bicara yang kesal dan ketenangan teriakan alam yang segar untuk di nikmati.
Rumput, tanaman bunga, pepohonan hijau yang menjulang tinggi mewarnai indahnya langit yang mulai tertutupi panasnya sinar matahari.
Di sisi lain, Astela terus berusaha mencari batu kristal bencana di tempat itu. Namun, dia tidak pernah menemukannya sama sekali.
"Duh ... Sebenarnya aku harus mencari kemana lagi ... Aku tidak melihat ada satu kristal pun yang tertinggal di reruntuhan ini." Dia memindahkan beberapa puing-puing reruntuhan yang tertimbun.
"Semoga saja aku bisa menemukan sesuatu di sini"
Astela berhasil memindahkannya. Tapi, dia sedikit terkejut saat ada satu mayat pria yang mengenakan baju tempur robot warna hitam tertimbun di bawahnya.
Astela dengan cepat memindahkan puing-puing yang tersisa.
"Apa? Siapa orang ini ... Ini seperti bukan perlengkapan dari prajurit militer kerajaan" Dia menarik tubuhnya ke sisi lain. "Aku pikir, yang lain sudah mengambil semua mayat penduduk di sini."
1 mayat pria tanpa kepala. Astela yang melihatnya tidak terkejut, dia sudah tahu bahwa monster itu yang melakukannya.
"Sigh ... sama seperti mereka, ya." Astela membalikkan tubuh pria itu.
1 kristal bencana menempel pada dadanya.
"Kristal ungu?. Apakah ini yang di maksud dokter kepadaku."
Astela mencoba untuk mencabutnya.
Lalu ....
Seseorang dengan cepat berlari menuju ke arah Astela dan menendangnya sangat keras, sampai membuat dirinya menabrak dinding bangunan yang sudah hancur.
"AKHH ...!!"
*BRAKK!*
Bangunan itu runtuh saat Astela menabraknya.
Seseorang mengenakan teknologi tempur tak kasat mata yang tidak bisa di lihat dengan jelas, mengambil jasad pria itu dan berusaha membawanya pergi.
Astela tidak tinggal diam, dia langsung bergerak keluar.
"Tak akan ku biarkan kau membawanya!!!"
Astela berdiri, dia langsung berlari sambil mengambil 1 pistol di pinggang kanannya. Dia mengarahkannya kepada pria misterius itu dan menembakinya dengan gerakan langkah kecil.
5 peluru di lesatkan kepada pria misterius itu. Pria itu menyadarinya dan berbalik. Dia menggunakan tubuh mayat pria itu sebagai tamengnya.
Astela yang melihatnya tidak percaya dia akan melakukan hal seperti itu.
"Sigh ... Tunjukan siapa dirimu!!!"
Pria itu memberikan peringatan tembakan 3 peluru kepada Astela.
*Darr ... Darr ... Darr!*
Astela dengan sigap langsung mengeluarkan pedangnya dengan cepat dan menebas 3 tembakan peluru tersebut.
3 kilatan merah dari pedang tersebut berhasil menebasnya yang membuat pria itu kesal.
*Ting Ting Ting!*
"Tch!"
Pria itu langsung berlari menuju ke arah hutan tanpa basa-basi.
"Tunggu!!!"
Astela langsung lari mengejarnya sekuat tenaga. Tapi, langkahnya langsung di hentikan oleh satu peluru dengan suara yang sangat keras melesat ke arahnya dari atas pohon.
*BANGG!*
Astela spontan langsung mengetahui suara tembakan keras itu saat melihat 1 peluru dengan cepat mengarah kepadanya.
"Apa?!"
Matanya berhasil melihat laju peluru tersebut, Astela sempat untuk menghindar dan mengelakkan kepalanya ke arah kiri. Tembakan tersebut berhasil dihindari dan membuat kesan tanah hancur saat mengenainya.
Seorang prajurit perempuan mengenakan baju tempur yang sama seperti pada mayat sebelumnya, dia sedang mengintai di atas pohon. Menggunakan senjata Sniper Anti Materiel dengan lensa merah.
"Misi pengambilan selesai."
"Bagus, kembalilah."
"Ya!"
Dia langsung berdiri dan menghilang pergi dengan cepat.
Astela menyadari hal tersebut dan melihat ke arah pohon itu.
"Sigh ... Sebenarnya siapa mereka?. Gerak gerik mereka sangat mencurigakan ... Apakah mereka yang mengambil kristal bencana itu? Aku harus segera memberi tahu dokter Mirellia-sama"
Astela tidak tahu bahwa dirinya sudah di tinggalkan oleh Yoru dan dokter Mirellia. Dia terkejut saat melihat ke arah belakang, semuanya kosong sudah tidak ada siapa-siapa.
"Eh ... Dokter Mirellia? ... Kemana mereka pergi?"
Dia berusaha memanggilnya. Tapi, tidak ada satu orang pun yang mendengar teriakan tersebut. "Dokter, Dokter! ... Hmmmmm ...." Wajahnya cemberut. "Sepertinya pria itu yang membawanya pergi. Awas kau pria cabul."
Astela menganggap Yoru adalah penyebab utamanya.
***
Pusat komando angkatan Avelux Infinity, semuanya berakhir dengan ketenangan yang membuat semua orang merasa segar kembali. Tidak ada hawa ketakutan yang tersisa di dalam diri mereka.
Komandan Bristina sedang duduk di belakang dan di temani Hansen di sebelahnya.
Komandan Bristina menghela nafas. "Bagaimana situasi di sana ...?"
"Saya masih belum mengerti, ini sedikit rumit. Kami masih belum menemukan keberadaan mereka sama sekali ... Sepertinya mereka masih jauh di dalam sana"
"Baiklah, terus lanjutkan ... Kami di sini akan berusaha untuk menganalisis bongkahan es berduri itu"
"Ya, aku mohon bantuannya"
"Jika ada apa-apa hubungi kami lagi"
"Ya!"
Kazim memutuskan saluran komunikasinya dengan pusat.
"Bagaimana?" Leylia bertanya.
"Mereka masih mencoba untuk mencari cara agar bisa menghancurkan dan menganalisis struktur bongkahan es ini"
"Jadi begitu. Jadi, sekarang kita harus bagaimana?"
"Entahlah ... Aku tidak mengerti, kenapa tempat ini tiba-tiba menjadi seperti goa ... Sebelumnya ini hanya bongkahan es biasa, kan?"
"Ya, aku juga tidak mengerti."
Kazim, Leylia, Sevila dan Kevin sudah berada di dalam bongkahan es berduri. Semuanya terlihat sangat tidak biasa dan tidak dapat di percaya oleh mereka. Semuanya telah berubah dari apa yang mereka lihat sebelumnya.
1 bongkahan es berduri membesar dan membentuk seperti goa dengan banyaknya jalan lain yang membuat mereka kebingungan untuk memilihnya.
Semuanya terlihat bersalju, dinding es seperti kaca dan duri tajam yang membeku di sekitar jalannya.
Kevin menghela nafas. "Bagaimana kalau kita membagi menjadi 2 regu saja?"
"Hmmmm ... memang benar, sepertinya itu akan menghemat waktu. Baiklah, aku akan bersama Sevila. Kau bersama Leylia"
"Baiklah ... Ayo—"
Leylia yang mendengarnya, merasa tidak suka dan tidak mau berjalan berduaan bersama kevin. "Ha ... Kenapa aku harus bersamanya?" Menunjuknya. "Aku kan bisa bersama Sevila"
Kevin berkaca-kaca saat Leylia mengatakannya.
"Sudahlah Leylia-san, sekali-kali kau harus bersamanya"
"Apanya yang bersama!. Aku dan dia dari kecil terus bersamanya"
"Dari kecil ...?"
"Be-be ... be— ...." Leylia gugup, wajahnya tiba-tiba memerah malu tidak bisa mengatakannya.
"Benar!!!. Aku dan Leylia dari kecil sudah memiliki impian dan tujuan yang sama di masa depan" Kevin menjawabnya dengan sangat lantang dan berani.
"Oh, aku senang kalau memang seperti itu"
"Ternyata begitu, memang pantas kalian di sebut sebagai pasangan unik"
Kevin nyengir tersenyum bahagia. Tetapi tidak dengan wajah Leylia yang tiba-tiba cemberut marah karena kesal kepada kevin.
Melirik ke arah Kevin. "Hmmmph ...." Dia berjalan belok ke arah kanan meninggalkan kevin.
"Hey!, tunggu aku ... Tunggu!!" Kevin berlari mengejarnya.
"Jauh-jauh dariku ...!!!"
"Aku bisa memberimu kehangatan dan menjagamu supaya aman dari siapa pun"
"Aku bisa sendiri!!!"
Kevin sedikit mengeluh, tapi itu tidak membuatnya menyerah. Dia terus berusaha agar bisa terus bersamanya.
Wajah Sevila berseri-seri saat melihat tingkah laku mereka berdua. "Aku tidak menyangka akan memiliki teman lucu seperti mereka."
"Memang benar, masa remaja itu sangat menyenangkan. Dimana semua orang bisa merasakan sesuatu yang belum pernah mereka dapatkan sebelumnya. Mendapatkan banyak pengalaman itu lebih penting dari pada mengasihani dirimu sendiri hanya karena tidak mau berkembang menjadi lebih baik"
"Itu benar, apakah ketua mempunyai pengalaman yang menyenangkan?"
Kazim menggaruk kepalanya. "Yahh ... Entahlahh, aku lupa. Sepertinya ada ... Mungkin ...." Kazim mengatakannya dengan nada pelan di akhir.
"Mungkin ...?" Sevila bingung.
"Tidak, lupakan saja. Ayo!. Kita harus segera menyelamatkan mereka" Kazim sedikit tersenyum kepala sevila dan mulai berjalan mendahuluinya.
"Baiklah ... Semoga semua orang bisa mendapatkan kebahagiaan-nya masing-masing"
.
.
Kevin masih berusaha untuk bisa mengejarnya.
"Oy! ... Leylia!"
"Kenapa perasaan ku terus merasakan hal ini, apa yang sebenarnya terjadi pada diriku?" Memegang dadanya karena merasakan perasaan kasih sayang yang berlebihan dari Kevin. "Kenapa dia seberusaha itu untuk bisa bersamaku. Kau kau bukan kekasih atau kakak ku" Batinnya.
Beberapa duri es tajam yang berada di langit-langit tepat di atas Leylia bergetar.
*Krrrkkkk*
Jatuh!
"Leylia!!!"
Kevin yang melihatnya dengan sigap langsung berlari kencang ke arah Leylia untuk menyelamatkannya.
Kevin langsung melompat ke arahnya yang membuat Leylia terkejut dan membuat mereka berdua terjatuh ke depan.
*Brukk*
Serpihan duri es terjatuh dan membuatnya tertancap di bawah. Seperti sebuah jebakan yang tidak sengaja terjadi kepada mereka berdua.
Kevin menghela nafas karena berhasil menyelamatkan Leylia. "Hampir saja ...." Kevin menatapnya. "Kenapa wajahmu tiba-tiba memerah seperti itu?" Jawabnya yang kebingungan.
Wajah Leylia memerah malu karena tatapan kevin yang melihatnya dari arah atas.
"Jangan dekati aku!!!" Leylia mendorong kevin yang membuatnya terjatuh ke belakang.
"Adududuh ...."
Leylia langsung bangun dan kembali meninggalkan Kevin sendirian.
"Eh ...?" Kevin merasa bersalah dan tidak mengerti. "Kenapa Leylia-chan selalu seperti ini kepadaku?" Mukanya berkaca-kaca ingin menangis. "Tapi, aku tidak boleh menyerah sampai di sini saja. Aku harus bisa menjadi yang terbaik untuknya!!!"
Kevin kembali bangun dan berlari semangat untuk mengejar Leylia.
"Leylia-chan ...!!!"
.
.
Beberapa jam kemudian sudah mereka lewati untuk menelusuri goa itu. Kazim yang khawatir menghubungi mereka berdua.
"Kevin, Leylia. Apakah kalian baik-baik saja?"
Kevin menjawabnya. "Aku dan Leylia baik-baik saja. Yah, meskipun ada sedikit kejadian kecil"
"Jadi begitu. Syukurlah kalian tidak apa-apa"
"Ya."
Kevin sudah berada di dekat Leylia dan meliriknya. Wajah cemberut dan kesal terlihat dari wajahnya yang membuat Kevin sedikit khawatir.
"Apakah kalian merasakan ada sesuatu yang aneh?"
"Memangnya kenapa ?"
"Perasaanku mengatakan ini bukan sebuah goa biasa ...."
Kazim dan Sevila sudah berada di depan 3 lorong goa lain yang sudah menunggu mereka untuk menjadi arah tujuan selanjutnya.
"Aku dan Sevila sudah menemukan jalan lain. Tapi, ini sedikit mencurigakan. Tiba-tiba, ada banyak lorong lain yang terlihat. Di depanku sudah ada 3 jalan lain yang berbeda"
"Apa?!" Kevin terkejut dan melihat keadaan sekitar. "Tapi, aku dan Leylia tidak menemukan jalan lain"
"Sepertinya kalian sudah berada di jalan yang benar ... lanjutkan saja. Kami akan mencari cara untuk bisa mengatasi hal ini"
"Baiklah, kami akan terus berjalan"
"Tolong jaga diri kalian baik-baik!!"
"Ya!" Kevin memutuskan komunikasi mereka.
Sevila khawatir dan bertanya kepada Kazim. "Bagaimana ini, apa yang harus kita lakukan?"
"Hmmmm ....? Sepertinya kita harus menghubungi komandan"
"Benar, sepertinya tidak ada cara lain selain menghubungi mereka"
Kazim langsung menghubungkan komunikasinya dengan pusat.
"Komandan, apa kalian di sana bisa mendengarkan ku?"
"Ya, ada apa?. Apakah ada sesuatu yang terjadi di dalam sana?" Komandan Bristina berhasil menjawabnya.
"Sepertinya ada sesuatu yang aneh di tempat ini.."
"Apa maksudmu?" Komandan Bristina yang sedang terduduk, sedikit khawatir dan mengangkat badannya ke depan.
"Aku dan Sevila seperti berada di sebuah goa yang tidak menemukan batasnya. Ini seperti lorong tak terbatas dan terus bercabang"
"Apa ...? Bercabang katamu?"
"Ya. Aku tidak tahu harus menjelaskannya bagaimana, apakah mereka sudah mendapatkan informasi tentang tempat ini?"
Lalu ....
Angie sangat terkejut, membuat semua orang merasakan kekhawatiran saat mendengarkannya.
"Tidak mungkin!."
"Ada apa?!! Apa kalian menemukan sesuatu?"
Komandan Bristina tiba-tiba berdiri melirik ke arah Angie.
"Komandan ... Pasti anda tidak akan percaya."
Layar hologram bergeser, menampilkan 1 dunia es yang luas dan bercabang ke segala arah. Layar hologram tidak bisa menggambarkan seluruh struktur dari keseluruhan area tersebut, hanya memperlihatkan dataran yang luas dan bercabang menurun ke bawah.
Komandan Bristina spontan terkesiap dan kesal saat melihatnya."Ini pasti bohong, kan?"
Kazim yang mendengarkannya kebingungan. "Ada apa komandan? ... Apakah ada sesuatu yang terjadi?"
Satu area yang asalnya berukuran 207.000 m2 seperti lapangan bola, tiba-tiba berubah menjadi 1 dunia es yang tidak terlihat ada batasannya.
Komandan Bristina tidak percaya dan menanya-nanyakan siapa yang telah melakukan semua ini dengan wajah sinis.
"Sebenarnya siapa mereka!!"
.
.
Cahaya mentari tidak bisa mencairkan kekuatan es yang di buat olehnya, satu jalan panjang menjadi beku oleh langkah kakinya yang berjalan.
Seorang anak perempuan sedang berjalan di atas permukaan lautan biru tak terbatas. Langkah kakinya terus berjalan dengan hawa dingin yang selalu menyelimutinya, dia berhenti.
Dia menghela nafas, melihat satu tangannya yang di penuhi suhu udara dingin dengan uap panas yang keluar dari mulutnya.
"Apakah itu terlalu berlebihan?" Tangannya berangin dingin. "Sepertinya aku butuh tidur ... Kemana aku harus mencarinya ...." Dia berbalik, melihat ke arah kota kerajaan Wizteria yang telah dia tinggalkan sangat jauh.
Wajahnya datar dan manis. Menggunakan tudung jaket putih 2 corak garis biru dengan rambut putih pendek, dihiasi dengan satu kalung permata biru dan mata pink tua yang sangat cantik.
.
.
***********