Ini sangat melelahkan, aku kembali menuju dunia itu, aku dikembalikan dari semua rasa mimpi yang sangat nyata. Meluncur seperti sebuah roket yang di tembakan dari atas pesawat namun tidak cepat seperti aslinya.
Aku hanya terlempar dari satu dimensi lain yang di ciptakan olehnya. Hempasan angin keras tidak membuatku merasa takut saat aku menyadari tekanan tinggi dari angin.
Melebarkan kedua tanganku dengan wajah datar karena ke percayaanku yang semakin menipis terhadap kelangsungan hidupku sendiri setelah dia membunuhku berkali kali.
Menyebalkan sekali. Seharusnya dia sudah tertawa bahagia di sana!
"Semoga aku tidak mati untuk yang kesekian kalinya lagi ...." Mataku masih melihat pemandangan reruntuhan yang membuatku mati.
Mungkin itu sekitar 8000 kaki dari atas langit.
Tapi, ini sedikit berbeda. Aku melihat satu perempuan berambut merah berada di sana, dia seperti sedang mencari sesuatu di reruntuhan.
Aku tidak bisa melihatnya dengan jelas.
"Manusia? Apakah sekarang aku akan selamat?. Okelah, aku datang wahai penyelamatku!"
Aku turun dan bergaya seperti roket dengan kecepatan tinggi.
Betapa bahagianya ketika ada perbedaan yang membuatku senang. Aku sangat berterimakasih.
Dia menyadari keberadaanku dari atas, dia melihatnya, wajahnya kebingungan saat semakin dekat.
"Eh ... Apa itu? Burung jatuh. Tidak, Roket? Sepertinya bukan ... apakah itu ...." Dia menipiskan pelipis matanya untuk melihat lebih jelas, terlihat bentuk bayangan hitam manusia yang mulai membuatnya heran. "Hahhh manusia?. Turun dari langit? dan kenapa wajahnya aneh seperti itu? ... Tunggu sebentar ...." Wajahnya langsung cemas tidak percaya dengan apa yang dilihatnya, dia berpikir bahwa itu hanyalah sebuah halusinasi yang muncul dari penglihatannya saja.
"I'm Coming!!!" Aku meluncur sangat cepat dan menabraknya.
*BRAKKK!*
Tabrakan terjadi, puing-puing bangunan terhempas kemana-mana.
Wanita ini telah menyelamatkan hidupku. Dia menahan beban tubuhku yang terjatuh dari atas langit dan aku berada di atasnya.
Aku tidak membuka kedua mataku karena saking senangnya. Berbicara seakan-akan tidak ada yang membuatku khawatir. "Akhirnya aku bisa bebas dengan selamat ... Betapa beruntungnya aku, aku tidak percaya ini bisa terjadi!!!. Terimakasih wahai penyelamatku. Tapi .... " Menguatkan kedua tanganku dengan keras. "Aku pasti akan membalasnya ...."
"Ahhh ...."
"Eh ...?"
Aku merasakan ada sesuatu yang terasa kenyal dan empuk di kedua tanganku. Aku tidak tahu itu apa, karena mataku masih tertutup rapat sambil mengucapkan hal yang ku katakan sebelumnya.
Aku pelan-pelan polos membuka kedua mataku.
"Ehh? ... Apa ini?. Kenapa aku merasakan sesuatu yang sangat nyaman?" Aku mencoba mengeraskannya lagi.
"Ahhh ....!"
Kepolosanku terus mencoba meremasnya dengan kedua tanganku karena penasaran.
Aku tidak menatap wajahnya.
"Kau!"
Merasakan ada seseorang yang sedang menatapku seperti anjing liar.
Aku melihat wajahnya pelan-pelan, benar saja tanganku tidak sengaja menempel ke payudara wanita itu yang membuat dia marah dengan wajah memerah apel.
Yah, ini memang agak sedikit terasa ....
"Eh ... Aku minta maaf." Mengangkat kedua tanganku dengan wajah datar tanpa dosa "Maaf ... Aku tidak sengaja melakukannya"
"Kau pikir!!!" Dia membentakku."Hanya dengan meminta maaf perbuatan mu ini bisa diselesaikan dengan 1 kata saja!!!" Kaki kanannya bersiap untuk menendang bokongku.
"Eh? ... Tunggu sebentar ... Aku bisa menjelaskannya"
Dia menendang bokongku dengan sekuat tenaga.
"Gawat ... masa depanku ...."
Membuat diriku hampir tidak memiliki masa depan yang cerah. Terdorong ke depan dan menabrak sesuatu dengan rasa dejavu.
*Pluppp*
*Boing.. Boing*
"Eh? ... Sekarang apa lagi? kenapa ini terasa hangat, kenyal dan nyaman? ... Aku tidak bisa bernafas!! ... Tunggu sebentar!!..." Memegangnya.
"Araa-araaaa ... sepertinya kau menyukai semua payudara wanita"
"Apa?!" Aku melepaskan ke hempitan itu dengan paksa yang membuatku tidak bisa bernafas dengan tenang dan rasa terkejut yang membuatku sangat khawatir.
"Kenapa kau melepaskannya?. Kalau kau mau?. Aku bisa memberikannya kepadamu dengan gratis" Katanya yang mencoba merayuku dengan senyuman manis memperlihatkan tubuh sexynya.
Seorang tante-tante sexy dengan dadanya yang menonjol ke depan. Rambut putih silver, seorang dokter dengan seragam putih baju hitam dan menggunakan kacamata. Wajahnya cantik dengan 1 tompel kecil di bawah mata kanannya.
"Tidak, terimakasih. Aku tidak perlu itu, aku minta maaf ...." Menggaruk kepala karena malu dan watados. "Yahhh, meskipun itu memang—"
"Dasar pria cabul!!"
Dia berjalan perlahan ke arahku dengan amarah yang terus keluar.
Perempuan berambut merah mawar, dia menggunakan seragam militer hitam body suit tipis dan beberapa peralatan kecil lainnya. 2 pistol yang berada di kanan kiri pinggangnya dan 1 pedang panjang berwarna hitam pekat dengan bunga mawar merah di gagangnya.
Dia terlihat sangat cantik, seperti di dalam gambar sebuah komik yang sering aku baca. Rambutnya yang indah membuatku tidak bisa berhenti melihatnya.
Dia terus berjalan ke arahku, wajah memerah di campur dengan menahan rasa malu.
"Aku tidak pernah melihat pria cabul sepertimu di sini ... Sepertinya, aku harus mengusirmu dengan paksa!!!" Pemanasan tangan.
*Krekk ... Krekk!*
Dia mengambil pedang panjang yang berada di belakang tubuhnya dan langsung mengarahkannya padaku.
"Tu-tunggu sebentar. Aku bisa menjelaskannya semua ...." Mengangkat kedua tanganku.
"Hahh ....?"
Dia menatap wajahku dengan jengkel.
"Jaga pandanganmu pria cabul ... Apa karena aku terlalu cantik sampai matamu melihatku seperti itu?"
"Eh ...."
Merepotkan sekali, kenapa penyelamatku harus wanita menyebalkan seperti dia. Aku bisa melihatnya seperti seseorang yang memiliki sifat tsundere, ini terlalu mudah.
Mungkin itu benar ....
"Orang bodoh mana yang harus menjelaskan kesalahpahaman seperti ini!". Pikirku dengan wajah polos, basa basi untuk mengulur waktu supaya ada seseorang yang menolong.
Dia terus menodongkan pedangnya yang membuat kulit leherku merasakan bilah tajam dari ujung pedang miliknya.
"Sudah cukup Astela-chan .... " Mencoba untuk mendinginkan kemarahannya.
"Tapi dokter ...?"
"Jangan terlalu begitu ... Kau pasti tidak akan tahu bagaimana rasanya menjadi seorang laki-laki"
Ya, yaya itu benar sekali. Aku tidak percaya Dokter tante seperti dia mau menolongku.
"Ta-tapi ...." Astela mulai sedikit menjauhkan pedangnya.
"Pasti suatu saat nanti kau akan merasakan sebuah kenyamanan saat melakukan hal itu dengan pasanganmu ...." Dokter itu berjalan mendekati Astela.
"Ehh? ... Ta-tapi, aku tidak memikirkan hal itu sampai sana, apa maksud dokter? ...." Pipinya memerah malu.
"Apa kau penasaran ...?"
Dia berpura-pura ingin tau.
"Perasaan yang akan membuatmu bergairah dan mendapatkan kenikmatan dunia yang membuatmu ingin melakukannya ...."
"Tidakk ... i-itu."
Dia mencoba membayangkan tentang diriku dan dirinya yang sudah menjadi pasangan.
"Astela-chan ...."
"Ahhhh ...."
.
.
"Apa kamu ingin mencoba untuk merasakannya lagi?" Dokter itu tersenyum sambil merayunya.
Dia sadar dan menolaknya secara lantang sambil menahan rasa malu. "Tidak! ... Aku tidak ingin mempunyai pasangan pria cabul sepertia dia!!" Menunjuk ke arahku.
Aku sedikit terkejut saat dia mengatakannya.
Huh? Kenapa dia menunjukkan tangannya kepadaku. Apakah dia berharap bisa berteman denganku?. Bisa saja, aku memang sedikit terlihat tampan.
Mungkin tidak, karena ketampanan tidak akan bisa merubah apa-pun.
"Eh ...? Kau sudah bisa membayangkannya?" Dokter sedikit terkejut karena imajinasi Astela yang terlewat jauh.
"Sudah cukup!, aku tidak mau memikirkannya ... Aku akan kembali mencarinya!" Dia berbalik dan berjalan ke depan meninggalkan kesan kemarahan.
"Hmmmmm ... baiklah, semoga pikirannmu baik-baik saja"
"Awas kau pria cabul ... Aku pasti akan membalasmu!!" Jawabnya sambil terus berjalan ke depan tanpa melihat ke arahku.
Menghela nafas. "Sepertinya, kehidupanku yang sekarang pasti akan sama merepotkannya ...."
Dia tertawa puas. "Ahahahahaha ... maaf, aku tidak bisa membujuknya. Kau pasti merasa kecewa, kan?"
"Apa maksudmu?"
"Kau suka pada Astela, kan?"
"Huh.?. Kenapa kau tiba-tiba bisa berbicara seperti itu kepadaku?"
"Aku bisa melihatnya dari mata dan wajahmu."
Apaan? Aku saja tidak merasakan hal itu. Pria bodoh tentang percintaan sepertiku bisa apa?. Aku sama sekali tidak pernah memiliki seorang pacar, itu sedikit merepotkan. Jadi, aku tidak melakukannya.
"Bohong ...."
"Ahahhhahaha ...." Terkekeh senang. "Tidak, sudah lupakan saja, dia memang seperti itu orangnya. Astela memang sangat polos tentang hal itu. Mungkin kau bisa menjadi teman baiknya. Tapi .... " Dia melihat ke arah Astela yang sedang berbicara dengan dirinya sendiri.
"Apakah hal itu memang benar harus dilakukan?. Aku tidak mengerti, kenyamanan? ... Jika aku melakukan hal itu, aku akan melahirkan dan mempunyai bayi. Lalu menjadi seorang ibu dan memiliki rumah sendiri ...?"
Pikiran yang terus menghantui dirinya dengan berbagai macam peristiwa masa depan yang membuatnya gelisah. Dia memegang kepalanya sendiri dengan kedua tangannya.
Menggelengkan kepala. "Tidak-tidak, aku tidak boleh memikirkannya. Aku belum siap untuk hal itu ... ini semua gara-gara pria cabul itu ...."
Astela melirik ke arahku. Dia mengejek diriku dengan wajah aneh dengan 1 mata kanan yang di tarik oleh satu jarinya.
"Whleeeeeee ...!!!"
Aku yang melihatnya hanya bisa melambaikan 1 tanganku dengan wajah datar.
Dia kembali berbalik.
"Sudah kuduga ...."
"Eh ... Kenapa?"
"Tidak lupakan saja. Jika kau penasaran, kau harus berusaha mengetahuinya sendiri ...." Dia sedikit menggerakkan kacamatanya ke atas dan terus melihat Astela.
.
.
*****