Setelah beberapa saat kemudian ....
"Hacihhh ...." Suara bersin perempuan.
"Eh ...?"
Mereka berbalik.
"Oh, ketua. Kemarilah, aku lupa memberitahumu tentang situasi saat ini. Ketua pasti tidak akan menyangka apa yang sebenarnya terjadi saat kau melihatnya"
Mereka berjalan mengikutinya dan melihat 2 orang sedang berdiri di sana.
Suhu udara tiba-tiba menjadi lembab, langit berkabut mendung dan hawa dingin seperti musim salju. Mereka menggigil, suhu udara yang dingin menyelimuti tubuh mereka.
"Kalian berdua, apakah baik-baik saja?." Ucap rekannya, dia berlari.
Perempuan itu menjawab. "Ti-tidak apa-apa." Mengusap kedua tangannya. "Tapi, kemana tiba-tiba cuacanya dingin sekali. Padahal setahuku sekarang sedang musim panas"
"Be-benar. Apa karena bongkahan es besar yang berada di sana?" Dia menunjuknya ke depan. "Tapi kenapa ini datang secara tiba-tiba?"
"Aku tidak tahu, mungkin benar karena tempat itu ... Semoga cuaca mendung ini hanya sementara dan kembali panas"
"Semoga saja itu benar"
Suara beberapa langkah kaki terdengar. ya itu adalah mereka ber 5.
"Hawa dingin macam apa ini?" Sevila merasakannya, tubuhnya sedikit menggigil.
Kazim dan lainnya sekita terkesiap saat melihatnya. Itu lumayan jauh dari pandangan mata mereka, 1 area besar yang di tutupi bongkahan es berbentuk duri tajam menjulang ke atas seperti duri landak besar yang mengelilingi satu area.
Hawa dingin terus menyelimuti mereka, suhu terus menurun.
20°C - 15°C - 10°C dan seterusnya.
Mereka masih tidak mengerti dan heran apa yang seharusnya mereka lakukan saat melihatnya. Sangat mustahil jika mereka melakukan hal sembrono untuk segera ke sana tanpa memikirkan resiko atau persiapan terlebih dahulu.
Sevila khawatir, wajahnya tidak tenang. "Ini terlalu berlebihan. Siapa yang melakukan hal segila ini? ... Apakah semua penduduk kota akan baik-baik saja?"
Menghela nafas mendalam. " .... Sebelum aku menjawab pertanyaanmu, seharusnya kau sudah tahu ini ulah siapa kalau bukan mereka ... Aku tidak mengerti apa yang mereka pikirkan jika memiliki kekuatan sebesar ini. Pasti pada dasarnya mereka hanyalah manusia biasa seperti kita ... Aku tidak peduli mereka seorang dewa atau apa, jika mereka berusaha untuk merusaknya maka kita tidak boleh tinggal diam!"
"Benar sekali. Seharusnya mereka adalah keberadaan yang seharusnya tidak berada di sini. Tapi, kita masih belum tahu apa maksud dari kedatangan mereka kemari secara tiba-tiba dan apa yang menyebabkan monster itu berdatangan ...." Lanjut Kazim yang meneruskan perkataan Leylia.
Mereka terlihat sangat kebingungan, perasaan khawatir dan sedih muncul dari benak mereka masing-masing.
Ditambah dengan kematian Loze yang menjadi monster dan dibunuh oleh anak itu.
Sevila sedikit mengeluh. "Semoga ini berakhir dengan tenang ...."
"Sepertinya bongkahan es itu yang menyebabkan aku tidak bisa menghubungi kelompok 3. Aku tidak tahu apakah mereka masih selamat atau mati. Semoga saja mereka masih hidup dan tidak berakhir seperti dia" Jawab Kazim polos.
"Sepertia dia? Apa maksudnya?.Tunggu sebentar ...." Melangkah 3 kali. "Kenapa aku tidak melihat Loze" Dia melihat ke arah belakang, hanya tersisa 2 laki yang terlihat sedih dengan perasaan kecewa berada di sana.
"Kemana dia ... apakah dia baik-baik saja ketua?!" Dia sangat khawatir karena tidak menemukan sahabatnya.
Kazim menghela nafas dan memegang pundaknya. "Aku tidak tahu harus berbica seperti apa kepadamu. Mungkin ... ini sangat menyakitkan, karena kau adalah teman dekatnya. Aku minta maaf kepadamu, Loze ...."
".... Loze?"
".... Sudah mati" Kazim mengatakan hal itu dengan penuh rasa bersalah dan penyesalan.
"Mati?. Tidak mungkin!!!" Melepaskan pegangan tangan kazim dengan kasar mundur ke belakang. "Kenapa ketua mengatakan hal itu?" Dia mulai kebingungan, panik dan berkaca-kaca.
"Aku minta maaf kepadamu karena tidak bisa menyelamatkannya ... Tidak, mungkin lebih tepatnya aku tidak berguna untuk bisa menjaga rekan timku sendiri."
"Tidak mungkin ...." Dia terus berjalan mundur.
Sevila melangkah 3 kali ke depan, mencoba untuk meyakinkannya dirinya bahwa loze memang benar sudah mati. "Tenanglah ... Aku juga merasakan hal yang sama sepertimu. Tapi ini benar, Loze sudah mati." Sevila mencoba untuk bisa menenangkannya.
Memegang kedua pundak Sevila, dia tidak percaya. "Kau bohong, kan?. Jawab dengan benar!"
"Tidak, Aku berkata yang sejujurnya ...." Sevila memegang kedua tangannya dengan lembut. "Aku tahu kau dan dia adalah teman seperjuangan yang bisa membawamu kemari. Rasa sedih dan senang selalu kalian rasakan bersama, aku juga merasakannya saat kehilangan seorang sahabat ... Tapi, seharusnya kau tahu ...." Sevila memegang pipinya dan mengusap kedua air mata pria itu yang mulai turun.
"Mungkin, jika kau terus seperti ini dan terus menangis memikirkannya. Itu pasti akan membuatnya sedih, kan?. Jadi biarkanlah dia beristirahat dengan tenang di sana ...." Sevila memeluknya dengan penuh kehangatan. "Karena tidak ada satu pun manusia yang bisa melawan takdir kematiannya sendiri. Kau harus bisa melangkah maju dan memulai hidup baru ...."
Semuanya berakhir dengan kehangatan.
Pria itu perlahan mulai berhenti mengeluarkan air matanya.
Tetapi tidak dengan hati dan pikiran mereka yang masih terhantui oleh kematian Loze beserta kekacauan ini.
Mereka mencoba untuk melupakan semuanya secara perlahan dengan tenang.
Perlahan sinar matahari mulai muncul, awan bergeser menjauh menghilang dan membuat langit cerah seperti ketenangan yang akan menghampiri mereka tanpa penyesalan yang sudah mereka lewati.
Suhu udara dingin berhenti menjadi 16°C.
Bongkahan es tidak menjadi cair dan masih berdiri kokoh.
.
.
Yahhh ... Meskipun itu adalah waktu yang bersamaan dengan turunnya aku dari langit yang membuat hembusan kabut menjauh setelah dia mengembalikan diriku dari kematian sebelumnya (Dipermainkan).
Stillia terus mengembalikan waktu dan mengubah alur cerita kedatangan ku ke dunia ini dengan cara membunuhnya tanpa henti. Seolah-olah aku tidak diperbolehkan untuk menginjak dunia itu dengan cepat. Semuanya pasti sudah di rencanakan agar dia merasa senang.
Membawa ku bertemu dengannya secara langsung, serta sekaligus bertemu dengan tubuh lain dari dewa utama ke 1 Hexalus. Membuat ku merasakan penyesalan penuh arti.
Ini bukan seperti mimpi, aku melihatnya dengan nyata dan merasakan kematian itu .
Aku terus dijadikan bahan mainan olehnya.
Aku sudah mati lebih dari 100 kali.
Dasar nenek lampir bajingan!!!
Sebuah portal biru mengeluarkan diriku dari atas langit.
"Kematian ku untuk yang ... Berapa? ... Mau sampai kapan aku merasakan kematian ini terus menerus." Wajah datar. "Aku tidak mengerti, apakah aku hantu atau benda mati. Kenapa aku selalu di turunkan dari langit seperti ini dan mati tertusuk bangunan tajam lalu muncul kembali dari atas lagi dan terus seperti itu! ... Apakah tidak ada yang lain dan terus seperti ini?!"
Ya, kenapa?!
Apakah tidak ada cara lain yang membuat kematian itu lebih bermakna dengan kenangan kebahagiaan?
Kematian setelah aku bermain game?, berkencan?, memotong rambut?, mati karena di tembak? atau mati karena aku kaya ...? Ya, aku kaya, mungkin itu yang paling aku inginkan di dunia ini.
"Dasar nenek lampir sialan!!!"
Ini seperti jaringan internet yang bisa membuatku gila karena lag. Dia mempermainkan ku seperti jaringan mati yang membuatku error dan terus mengulang hal itu.
Memang benar, dimana pun aku berada. Penyesalan selalu datang di akhir yang membuatku kesal karena telah bertemu dengan nenek lampir itu secara langsung. Meskipun itu dipaksa olehnya karena aku sendiri tidak bisa melakukan apa-apa.
"Suatu saat nanti ... Nanti ... Nanti!!!" Dendam, aku Percaya diri dan berniat untuk membalasnya. "Aku pasti akan membalasmu ... dasar nenek lampir!!!"
Aku meluncur seperti roket dari atas langit.
.
.
Sementara itu di suatu dimensi yang lain.
Dimensi ruang tanpa waktu. Langit hitam dinding ruang roda waktu yang di penuhi dengan debu kristal cahaya yang mengelilinginya. Dia terkekeh seraya memegang satu alam semesta (Supreme World) layaknya bola kecil yang berada di telapak tangannya.
Satu tatanan dunia tertinggi yang menampung banyak alam semesta tak terbatas di dalamnya.
Rambut pirang kuncir 2 dengan ikatan pita kristal warna permata tanzanite, serta bola mata kiri merah tua berbentuk bunga higanbana dan mata kanan warna biru laut berbentuk jam. Menggunakan gaun putih garis emas bercahaya dengan kristal kehancuran merah higanbana di dadanya.
Serta lingkaran emas roda waktu dengan 12 kristal bintang surgawi berada di belakang tubuhnya berputar mengelilingi yang terbakar oleh api putih kesucian.
Trifanie Meicuryfa Aurora.
Avatar sejati (Time goddess of all knowledge).
Wajahnya berseri-seri, terkekeh senang. "Ahhhahhhahahhahaahahahaaa ... Aku tidak menyangka, mempermainkan satu manusia saja bisa membuatku senang seperti ini ... Ahhhahaha ... Sepertinya, aku harus terus melakukan hal ini untuk kesenangan ku sendiri kepada semua pemeran yang berada di dunia lain .... " Dia tertawa bahagia.
"Dunia manusia ... Semoga kau tidak merepotkannya. Jika kau melakukan hal bodoh yang membuatnya marah dan terbangun. Kau pasti akan mati, bahkan alam semesta tatanan tertinggi dan cerita dari dunia kecil itu akan hancur seperti tetesan air kehancuran baginya."
.
.
*********