Chapter 16 - Penampilan merubah segalanya

Anak kecil itu terus menari-nari, tidak peduli apa yang telah dia katakan sebelumnya. Wajahnya berseri-seri.

Mereka masih melihatnya, tidak ada yang berani memberhentikan tariannya.

Perempuan itu maju menghampirinya.

Lucia memberanikan diri untuk bertanya. "Hey, nama kamu siapa?."

"Ja-ja-jang ... Ja-ja-jang ...."

Dia masih menari seperti penari balet.

"Apakah kamu sama sepertiku yang tiba-tiba berada di sini?."

Dia berhenti dan meliriknya. "Ruby. Namaku Ruby Laruby. Aku hanya mencari boneka yang diambil oleh monster itu ...." Ruby menjawabnya dengan senyuman manis.

Ruby balik bertanya. "Apakah kakak melihat boneka beruang putih kecil?"

"Boneka beruang? ... Apakah itu yang membuatnya kemari dan mencarinya?. Kamu tidak tersesat, kan?"

Lucia kebingungan dan khawatir. Berpikir bahwa anak ini sedang mencari sesuatu dan butuh bantuan. Kemudian dia bercerita, nada sedih terdengar dari mulutnya.

"Boneka itu adalah sesuatu yang sangat berharga bagiku, aku harus menjaga dan membawanya pulang. Itu adalah satu-satunya kenangan yang terus membuatku mengingat tentang kebahagiaan itu bersamanya. Aku selalu tenang saat boneka itu selalu ada di sisi ku ... Ternyata membunuh tidak cukup untuk menghilangkan rasa itu"

Kesepian selalu membebani hati dan pikirannya.

"Hmmmmm ....? Jadi begitu. Tapi, bagaimana caramu datang ke kemari? Sepertinya mereka tidak mengenalimu."

"Emmm, aku tidak tahu. Aku hanya merobek dinding dimensi dan terus mencarinya. Kakak ku pernah menjelaskan hal itu kepadaku. Jadi, aku terus melakukan hal itu dan mencarinya melewati dimensi lain. Aku bisa mencium bau itu, tapi sekarang dia sudah hilang lagi ...."

Ruby sangat sedih karena dia tidak berhasil menemukan boneka kesayangannya.

"Kau punya kakak?. Hmmmm ....?"

Lucia masih kebingungan. Dia tidak mengerti kenapa anak kecil seperti dia bisa melakukan hal itu.

"Ya, aku punya seorang kakak perempuan. Tapi dia selalu tertidur sepanjang waktu dan jarang terbangun. Aku tidak ingin mengganggunya. Jadi, aku meninggalkan dia di sana"

"Apakah dia tidak khawatir? Pasti dia sedang mencarimu, kan?"

Ruby tertawa kecil. " Ehehhe ... Sepertinya, dia sudah bangun. Aku tidak berada di sana. Aku harus segera pulang dan mencari boneka ku!" Jawab Ruby sedikit panik memohon kepada lucia.

Lucia menghela nafas setelah mendengarkan ceritanya. "Baiklah, aku akan membantumu untuk mencarinya. Jadi, bagaimana cara kamu mencarinya?" Jawab Lucia tersenyum kepadanya.

Ruby mengambilnya, menggunakan Scarlet Crimson King.

Sabit Raja merah tua dari segala kekacauan seluruh alam semesta yang tercipta dan bisa menyebabkan hukum apa-pun di hancurkan olehnya. Ruang dan waktu adalah sesuatu yang tidak berguna di hadapannya.

Ujung besi sabit mengeluarkan api merah tua.

Ruby perlahan mengayunkan sabitnya secara diagonal dan membuat dinding dimensi sobek olehnya.

"Aku hanya melakukan seperti ini saja ...."

Dinding dimensi dengan mudah di sobek oleh sabitnya.

"Tapi, jika kau memasukinya. Kau harus bisa mengalahkan dewa penjaga dimensi terlebih dahulu"

"Apa?. Dewa?" Jawab Lucia merasa terkejut, serta jengkel karena tidak percaya.

"Ya. Dia adalah Dewa penjaga multi dimensi di dunia ini. Tapi kakak tidak perlu khawatir, aku bisa mengalahkannya dengan mudah"

"Mengalahkannya dengan mudah?!" Leylia yang mendengarnya tidak percaya, wajahnya kesal "Sebenarnya siapa dirimu?!" Jawabnya dengan lantang.

"Aku tidak pernah mendengar ada anak kecil yang memiliki kekuatan besar monster gila sepertimu"

"Monster gila ...?" Ruby bingung, tidak mengerti.

"Menjauhlah dari dia Lucia!" Leylia menodongkan pedangnya.

"Tunggu,tunggu ...." Kazim mencoba untuk menahannya.

"Tunggu Leylia, tenangkan dulu dirimu ...." Kevin sedikit menarik badannya ke belakang.

Leylia marah.

"Apanya yang tenang, dia sangat berbahaya ... Apa kau tidak merasakan ada sesuatu yang aneh dari dirinya?!"

"Eh .... "

Kevin melirik ke arah Ruby, menggunakan Absolute Vision miliknya.

(Statistik)

Nama : Ruby Laruby.

Level : ERROR.

Keberadaan : ERROR.

Power : ERROR.

Pertahanan : ERROR.

Energi : ERROR.

Kemampuan : ERROR.

Julukan : ERROR.

Dalam hati Kevin. "Statistik macam apa ini?!. Kenapa semuanya terlihat error dan tidak ada satu-pun kekuatan yang bisa aku lihat dari anak ini." Melirik ke arah Lucia. "Kenapa dia juga memiliki statistik yang sangat aneh, semuanya rusak. Dan .... " Terus melihat perlengkapan statistik milik Lucia.

(Pertahanan : 8.999.999.999)

Wajah datar. "Pertahanan macam apa ini" Menunjuk Lucia. "Bukannya dia sama-sama mempunyai kekuatan aneh ya?"

Leylia menjawabnya semakin jengkel. "Haa ....?"

Lucia dan Ruby bingung, menjawab serentak. "Aneh ...?!"

" .....!!"

Melihat ke arah Ruby.

Kevin mulai merasakan hawa kematian yang membuatnya sedikit ketakutan. Merasakan Aura negativ api merah tua kekacauan terus mengalir keluar darinya. "Yahhh ... Ya, Aku juga tidak tahu harus melakukan apa. Sepertinya, ini akan baik-baik saja" Tertawa khawatir. "Ehehhe ...."

"Sudah, sudah ... Kalian tidak perlu khawatir. Aku akan mengurusnya." Kata Lucia yang mencoba untuk menjadi tanggung jawab atas kedatangan Ruby.

"Apakah kalian ingin bermain bersamaku?"

Ruby berpikir bahwa mereka ingin mengajaknya bermain.

Sevila, kevin dan kazim khawatir.

"Bagaimana ya?"

"Sepertinya aku ...."

Sevila mencoba untuk menolaknya dengan baik-baik. "Ehhehe ... Mungkin lain kali saja"

"Kenapa ...?" Ruby sedih, berjalan mendekati Sevila.

Wajahnya cemberut manis, mata bulat lucu.

Sevila panik.

"Eh ... Banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan. Jadi, lain kali saja, ya"

"Kalau pekerjaannya sudah selesai. Apakah kakak bisa bermain denganku?

"Mungkin ...." Wajah kekhawatiran dengan Jawaban yang sedikit tidak pasti. Tapi Ruby mencoba mempercayainya.

"Baiklah ...." Tersenyum senang. "Kalau sudah selesai, aku pasti akan langsung menemui kakak!!!" Dia berjalan berbalik kembali mendekati Lucia.

"Eh ...? Menemui ku?"

Sevila panik mendalam, dia harus menerimanya dengan keadaan lesu menderita karena membuatnya berharap.

"Apakah kau serius, Lucia?" Kata Leylia yang meminta kepastian.

"Ya. Aku pasti akan menjaganya."

Leylia mengeluh, menghela nafas dan sedikit merasa bersalah. "Maaf, aku serahkan kepadamu Lucia"

"Tidak, kau tidak perlu mengatakannya. Ini keinginanku sendiri untuk menemaninya. Aku hanya ingin jalan-jalan bersamanya, sudah lama aku tidak pernah bermain dan menemukan anak kecil seperti Ruby"

"Baiklah. Aku tidak akan melarangnya. Tapi, kau harus bertemu denganku lagi"

"Aku mengerti, aku pasti akan menemui kalian lagi"

Ruby sangat senang saat ada seseorang yang ingin membantunya. "Apakah kakak sungguh ingin membantu Ruby ?" Melompat-lompat kegirangan. "Kakak tidak berbohong, kan?" Ruby mencoba untuk meyakinkannya.

"Ya. Aku akan membantu mencarinya"

"Hore! ... Akhirnya aku mempunyai teman!. Hore!! .... " Ruby memutari Lucia dengan wajah ceria dan langsung menarik tangannya untuk pergi.

"Jadi, ayo!. Sekarang kita harus mencarinya."

"Ya. Sekarang kita kemana?"

"Pertama-tama kita cari di sekitar sini saja dulu"

"Baiklah"

Ruby melirik ke arah Sevila dan melambaikan tangannya. "Kakak yang di sana! ... Jika sudah selesai jangan lupa ya! ... Aku pasti akan menemui kakak!"

Sevila membalasnya dengan wajah lesu khawatir. "Ya,ya ...." Melambaikan tangan.

Kevin ikut melambaikan tangannya.

Mereka berdua berjalan pergi meninggalkan Kazim dan yang lainnya.

"Apa kau yakin?" Kata Kazim yang khawatir.

"Aku juga sebenarnya tidak yakin... Tapi, kita harus bisa percaya dan berharap kepada Lucia saja.."

"Hmmmm ....? Benar juga"

"Hey, Hey ... Apakah kalian menyadari sesuatu tentang anak itu?." Matanya berkaca-kaca.

"Huh? ... Memangnya kenapa?. Kenapa kau terlihat sangat menyedihkan seperti itu?" Leylia menjawab dengan nada tinggi.

"Dia sangat lucuuu!." Mata berbinar-binar seperti orang gila. "Dia memang menakutkan, tapi aku tidak peduli jika itu membuatku mati. Aku ingin bersamanya, seharusnya aku saja tadi yang menemani dia pergi"

Muka datar, Aura negativ, Leylia bersiap untuk menendang Kevin.

Menendang bokongnya sekuat tenaga. "Pecinta loli tidak di ajak ...!!!"

*Piww!!*

Kevin terlempar jauh ke langit dan entah menuju kemana.

"Leylia-chan juga sangat lucu!. Jangan lupakan itu ...." Teriakan Kevin yang tertinggal.

*Ting!*

Cahaya kecil yang menjauh.

"Tch ... Kenapa aku memiliki teman masa kecil seperti dia."

Sebuah penyesalan yang terbuat di masa lalu, tapi kenangan dan kebersamaan persahabatan mereka tidak akan pernah terputus karena hal itu.

Kazim tiba-tiba mengingat tentang keadaan rekan timnya yang lain.

Mencoba untuk menghubungi mereka semua.

"Kelompok 2, kelompok 3 ... Apakah kalian bisa mendengar suaraku? ... Tolong ... jawablah, aku butuh informasi dari kalian ...."

Suara decitan komunikasi yang mulai perlahan tersambung.

Tersambung.

Ada satu orang yang menjawabnya dengan kebingungan dan entah harus menyampaikan informasi seperti apa.

"Ke-ketua ... Aku tidak tahu harus bilang seperti apa ... Ini sangat tidak masuk akal, ketua bisa melihatnya sendiri dari atas"

"Apa?!. Sebenarnya apa yang terjadi. Sekarang kau berada di mana?"

"Aku berada di atas gedung Monac bersama yang lainnya. Maksudku kelompok 2"

"Baiklah. Aku akan segera kesana."

Memutuskan komunikasi.

"Kenapa? ... Apa kau mengetahui sesuatu.?" Leylia bertanya.

"Aku juga tidak tahu ... Aku harus melihatnya."

"Kemana?"

"Semuanya ikuti aku!"

Kazim, Leylia, Sevila dan 2 pria lain terbang tinggi menuju gedung Monac.

Gedung tertinggi yang dimiliki kerajaan militer Wizteria. Gedung tertinggi peringkat kedua setelah kerajaan Badlyr yang berada sangat jauh di arah barat.

Beberapa menit kemudian berlalu, akhirnya mereka sampai di gedung itu dan bertemu dengan rekannya yang lain.

Kristal besar Oriexaentys berputar berwarna biru pelangi. Sebuah pijakan transparan bundar menjadi tempatnya. 12 cakar tajam yang mengelilinginya dengan cahaya energi kristal Orixie terlihat mengalir ke dalam kristal tersebut.

2 pria melapor. "Lapor! ... Kami dari kelompok 2 sudah berhasil mengalahkan Monster Basilisk. Tidak ada korban yang berjatuhan, semuanya selamat!"

"Kerja bagus."

"Ehhh ...." 1 orang kebingungan, dia menggaruk kepalanya seakan-akan ada sesuatu yang malu untuk dikatakan. "Ehehe, meskipun itu bukan kami yang mengalahkannya ... Kami minta maaf, Aku tidak tahu harus berbicara seperti apa. Kami di bantu oleh seseorang dan tidak tahu kenapa mereka tiba-tiba muncul mengalahkannya."

Mereka membungkukkan badannya ke bawah.

Kazim terkejut saat mendengar cerita mereka yang dibantu oleh orang asing seperti sebelumnya.

"Hahh?. Kalian mendapatkan bantuan dari orang lain?"

"Benar. Aku minta maaf, kami tidak sempat untuk berbicara dengan mereka. Aku tidak tahu alasan apa yang membuat mereka membantu kami ... Mereka langsung pergi saat sudah mengalahkan monster itu"

"Hmmmmm ....?" Membuat kazim berpikir keras tentang kehadiran mereka dan monster itu yang muncul secara bersamaan.

"Mereka seperti apa?. Kalian melihatnya, kan?" Kata Sevila bertanya.

"Ya. Tentu saja kami melihatnya, aku melihat ada 1 laki-laki di dalam gedung kosong saat melawan monster itu dan 2 perempuan kembar, mungkin ...?" Nada pelan.

"Aku melihatnya samar-samar, karena dengan sekejap mereka mengalahkannya dan pergi saat kami mencoba untuk melihatnya lagi"

"Jadi begitu ...." Sevila mencoba untuk mengerti.

Leylia menatap ke arah Kazim. "Sepertinya kita harus segera mendiskusikan hal ini dengan semuanya, termasuk Yang mulia"

"Benar. Kita tidak punya waktu untuk terus seperti ini"

Laki-laki itu menyadarinya. "Jangan jangan, kalian?. Mengalami hal yang sama dan dibantu oleh seseorang?"

"Benar" Leylia menjawabnya.

"Kami bertemu dengan mereka, sepertinya mereka memang bukan berasal dari dunia ini. Kami masih tidak tahu identitas asli mereka. Tapi, kami pasti akan berusaha untuk mencari informasi tersebut."

"Berarti, itu berasal dari dunia lain? ... Apakah kalian sempat berbicara dengan mereka?"

"Aku baru mengetahui ada kejadian seperti ini"

"Tentu saja, kami tahu nama mereka"

Sevila menjawabnya. "Kalau tidak salah namanya adalah ... Lucia yang memakai baju dokter dan menggunakan perisai. Lalu anak kecil bernama Ruby yang menggunakan sabit merah ... Nah benar itu."

"Oh, baiklah. Kalau kami bertemu dengan mereka, pasti akan kami selidiki. Tapi, kemana mereka sekarang?"

Leylia senang karena mereka berniat untuk membantunya.

"Terimakasih, aku mengandalkan kalian ... Kami membiarkan mereka pergi, aku tidak tahu sekarang mereka sedang melakukan apa, aku mendengar dari anak itu yang sedang mencari sesuatu. Jadi aku yakin kepada Lucia, percaya bahwa dia tidak akan menyebabkan kekacauan"

Tiba-tiba ....

Harapan dan kepercayaan Leylia tiba-tiba menjadi palsu.

Suara gemuruh bangunan hancur terdengar dari arah bawah tepat di belakangnya. Mereka berbalik dan melihatnya.

 Beberapa bangunan roboh, hancur dan tidak menandakan adanya tanda-tanda monster terlihat.

.

.

Penyesalan mendalam. "Hahhhhhhh .... Sepertinya aku salah menilai mereka ... Apakah di sana masih ada penduduk yang tersisa?"

 Pria yang berada di sebelahnya menjawab.

"Tidak, di sana hanyalah bangunan kosong yang sudah di tinggalkan"

"Memang benar ...." Memegang kedua pinggangnya. "Siapa-pun orangnya, siapa-pun mereka yang entah siapa dan berasal dari mana. Kita tidak boleh menilai seseorang dari penampilannya saja. Tapi harus dengan isinya, bahkan hal itu saja masih belum cukup untuk menemukan hal lain tentang dirinya yang berbeda"

.

.

******