Semua orang terdiam kaku setelah melihatnya. Mereka tidak percaya akan menemukan monster sebesar ini di hadapan mereka, membuat mereka berkeringat dingin dan ketakutan. Tapi, itu hanya seperti sentuhan angin kecil yang membuat mereka gentar.
8 laki-laki dari masing-masing 3 kelompok itu langsung mengeluarkan senjata serbunya dan 4 perempuan mengeluarkan 2 pedang gandanya.
Terkecuali Kazim yang masih penarasan saat melihat monster raksasa itu. Dia masih menahan untuk tidak mengeluarkan pedang besarnya.
Komandan yang melihat monster itu seketika membuatnya sangat khawatir.
"Apaan ...?. Aku belum pernah melihat monster semacam ini. Yotaro apa kau berhasil menemukannya?!"
Yotaro menjawabnya dengan cepat, ia langsung memperlihatkan wujud lain dari Monster raksasa itu di layar monitor hologram.
Dia menampilkan bentuknya dengan detail.
"Ya!. Aku berhasil menemukannya."
"Kalian yang berada di sana dengarkan lah baik-baik."
"Ya!."
Yotaro menjelaskannya dengan sedikit tergesa-gesa.
"Mereka adalah makhluk kuno dari 150 juta tahun lalu yang sudah punah. Aku masih tidak tahu alasan mereka di hidupkan kembali, semua informasi yang aku cari seperti di halangi oleh sesuatu yang besar yang bisa merusak apa-pun jika aku memaksa mencarinya. Aku masih berusaha untuk mencari tahu penyebabnya..."
Yotaro terus menggerakkan kedua tangannya dengan cepat di operator untuk mencari informasi lain.
"Mereka adalah ular naga raksasa yang bernama Basilisk. Mereka mempunyai kemampuan untuk bisa membunuh tanpa perlawanan. Itu jika kalian menatap kedua matanya. Tapi, jangan khawatir.. Sepertinya Basilisk yang sedang kalian hadapi itu masih bukan dari wujud sempurnanya. Melainkan, jika ini benar mereka adalah kelompok lain dari ras yang berbeda dari monster tersebut"
"Syukurlahh." Ucap mereka sedikit merasa lega setelah mendengarkan perkataan Yotaro dari komunikasi jarak jauh.
Yotaro tidak percaya dengan penjelasan dari perkataannya sendiri.
"Kemungkinan besar jika kalian melihatnya, nyawa kalian mungkin sudah berada di alam lain."
Lalu ....
Amelia sangat terkesiap dan tidak percaya dengan apa yang telah dilihatnya. "Ini tidak mungkin ... Aku tidak percaya, statistik kekuatan macam apa ini?!"
"Ada apa ...?!" Bristina langsung mendekatinya dan melihat ke arah layar monitor miliknya. "Tidak bisa di percaya ... Tcihh"
(Statistik)
Nama : Basilisk
Level : 789.
Keberadaan : Bintang 5.
Power : 200 juta.
Pertahanan : 10 juta.
Energi : 150 juta.
Kemampuan : Tidak dapat di ketahui.
Julukan : Monster kuno, penghancur massal, kerusakan dunia, ular naga kematian.
.
.
"Mengerikan sekali. Semoga aku tidak pernah melihat monster menakutkan itu di kehidupan ku ...." Angie sangat ketakutan.
"Aku juga!"
"Aku masih belum bisa memainkan game itu" Wajah ketakutan menghantuinya, serta perasaan sedih. "Aku tidak mau mati sekarang ... Ohh, Dewi lindungilah aku dari ular itu" Saragi memohon dan berdo'a kepada seseorang yang akan menyelamatkan dirinya.
"Aku masih belum bisa bertemu dengan istri dan anakku .... " Hansen yang mengingat keluarganya.
Mereka semua khawatir dan takut setelah mendengarkan penjelasan monster itu dari Yotaro.
"Kazim!. Apa kau bisa melihatnya dengan Absolute Vision milikmu?"
Kazim dan rekan timnya sedang melihat ular itu dengan penglihatan mutlak sebagai pengetahuan keberadaan statistik dari monster tersebut.
"Ya!. Ini sungguh mengerikan dan tidak bisa di percaya ... Keberadaan monster kuno langka dengan tingkat bintang 5. Itu adalah sesuatu yang sangat jarang sekali di temukan. Aku tidak yakin bisa mengalahkannya. Tapi, jika aku dan timku bisa mengalahkan monster itu, maka Exp dan level kami akan langsung naik dengan cepat"
"Apa kau yakin ...?"
"Ya!. Serahkan semuanya kepada kami. Aku serahkan sisanya kepada komandan di sana."
"Baiklah. Aku menunggu kabar selanjutnya, berhati-hatilah!"
"Ya!"
Alat komunikasi terputus.
Komandan Bristina yang melihat suasana ketakutan mereka seperti anak kecil, merasa tidak suka yang membuat dirinya merasa kesal. Ini adalah kewajiban mereka, karena seorang prajurit, tidak boleh mengenal takut dan menyerah ketika menghadapi apa-pun.
"Kenapa ...?!. Kenapa tiba-tiba kalian ketakutan seperti anak kecil yang ingin menyusui saja. Ini tidak jauh berbeda dengan perang sesama manusia ... Semuanya sama saja!"
"Tapi, Komandan ...." Mereka melihatnya gelisah.
"Apakah kalian buta dan melupakan sesuatu yang mengerikan dan kejam yang telah kalian lewati dari masa lalu?"
Komandan membentak mereka. "Apa kalian tidak mengingatnya!... Banyak manusia yang berjatuhan dari peperangan itu, dunia hancur dan hanya meninggalkan lautan darah dalam sebuah cerita. Tapi ... kenapa sekarang kalian malah merasa takut dan lemah seperti ini!"
Komandan Bristina menegaskan semua orang yang berada di ruangan itu untuk tidak takut. Karena jika mereka terus merasakan ketakutan terhadap monster itu maka akan membuatnya menderita dan mati karena ketakutan itu sendiri yang memakannya.
Mereka semua menundukkan kepalanya usai kemarahan komandan Bristina yang membuat ruangan itu hening.
"Apakah kalian ingin menyebabkan semua orang mati dan mengulang kejadian masa lalu karena ketakutan yang menyelimuti diri kalian?! ... Lebih baik kalian mati sebagai pahlawan dunia, dari pada mati menyedihkan karena ketakutan menghantui kalian ... Aku bisa melakukannya sendiri jika aku mau ... Tapi!"
Komandan Bristina menipiskan pelipis matanya. Matanya melotot dalam diam.
"Aku tidak ingin semua orang mengalami hal yang sama seperti rekan kita terdahulu, aku ingin membuat semua orang bisa melakukan sesuatu yang bisa melebihi batasannya sendiri!"
Tiba-tiba, Bristina mengeluarkan aura merah negativ dengan kesan mata emas terang yang menatap ke arah mereka semua ... Mereka semua masih menundukkan wajahnya. "Jika kalian tidak bisa ... Maka aku sendiri yang akan menghancurkan dan menguasai dunia ini!"
Mereka masih memikirkannya, mereka langsung kembali bekerja seperti semula dengan perasaan bersalah yang menghantui mereka.
.
.
Kazim dan rekan timnya masih melihat basilisk.
3 Basilisk tiba-tiba mengamuk di 3 tempat yang berbeda.
Basilisk yang berada di tempat Kazim mencoba untuk menyerang mereka menggunakan mulut besarnya ... Tapi, sayang sekali.
Meskipun itu serangan kejutan, regu Nixis berhasil menghindarinya dengan mudah. Hanya menyebabkan bangunan yang di tabraknya hancur dan roboh.
"Sigh ... Sepertinya ini akan sangat merepotkan!"
Basilisk berbalik melirik ke arah Kazim. Mencoba untuk menyerangnya dengan semburan cairan mematikan.
Basilisk membuka mulutnya besar-besar dan mengarahkannya kepada Kazim.
(Corrosive)
Cairan berwarna biru pekat di semburkan.
"Apa?!"
Kazim yang melihatnya dengan sigap cepat menghindari semburan itu ke langit. Cairan itu hanya mengenai bangunan yang berada di belakangnya.
Kazim dan 4 rekan lain berkumpul di dekatnya, melihat efek cairan yang mengenai bangunan itu.
Cairan biru pekat perlahan membuat retakan pada kaca dan dinding bangunan, perlahan dinding itu meleleh saat cairannya menyebar ke segala arah. Membuat bangunan itu terbelah menjadi beberapa keping yang perlahan terus membesar dan membuat bangunan itu roboh.
"Gawat!"
"Ini terlalu bahaya ... Jika serangannya terus menerus dikeluarkan. Pasti akan membuat kota ini hancur karena cairan itu."
Kazim berpikir bagaimana cara agar cairan itu tidak di keluarkan lagi olehnya. Kazim mencoba untuk memberi tahu rekan timnya yang lain melewati teknologi earpiece yang berada di telinganya.
Dia menekannya.
"Kalian semua ... apa bisa mendengarkanku?!"
"Ya. Tentu saja, ada apa ketua?!" Seseorang berhasil menjawabnya dari kelompok lain dan menghubungkan suara perbincangan mereka dengan semuanya.
"Apa kalian sudah mengetahui tentang cairan itu?!"
"Ya!. Kami semua sudah melihat serangannya. Keberadaan benda apa-pun yang terkena serangan itu pasti akan rusak"
"Baguslah! ... Aku memohon kepada kalian semua. Jangan sampai terkena cairan itu ... Sebisa mungkin jika dia mulai melakukannya lagi, kalian harus bisa menahan atau membatalkan serangan yang akan dia lakukan bagaimana pun caranya ... Ini mungkin beresiko, tapi ini untuk keselamatan semua orang dan meminimalkan kehancuran kota."
"Ya!. Kami semua akan mengusahakannya."
"Aku hanya bisa mengandalkan kalian semua"
Kazim memutuskan jaringan komunikasinya dan mencoba untuk menghubungkan kembali dengan pusat.
Pusat tidak memutuskan jaringan komunikasi tersebut.
Kembali terhubung.
Tapi ....
"Hmmmmm ....? Kenapa tidak ada yang menjawabnya.? Apakah di sana baik-baik saja?. Sepertinya tidak ada yang bisa aku harapkan di sana. Apa aku harus mematikan komunikasi ini?."
Tangan Kazim masih menyentuh telinganya, masih tidak mendengarkan apa-apa, seperti keheningan yang menyelimutinya.
"Tidak. Aku tidak boleh egois, aku harus menunggu mereka."
Kazim tidak memutuskan jaringan komunikasi itu. Dia berpikir bahwa jika menunggunya pasti akan mendapatkan sesuatu yang penting, meskipun itu harus membuatnya bersabar dan menahan sifat egois yang menghantuinya.
.
.
*****