Sungguh sulit untuk dipercaya, bahkan Hexalus yang sekuat itu pun tidak mau mengatakannya?
Stillia menjawab. "Tidak, apa yang dia katakan itu benar. Ini bukan hanya omong kosong, bahkan para dewa lain pun tidak berani melakukannya kecuali 9 Ascendant Creator dari mereka yang berada di levelnya."
"Kau pasti berbohong kan? Itu tidak mungkin ...."
Stillia mencoba menjelaskannya.
"Instan Elimination, sebuah kekuatan yang bisa dengan cepat membuat siapapun yang berani menyebut namanya mati mengenaskan seketika tanpa bisa hidup kembali. Dia sudah mengetahuinya tanpa melihat mereka siapa, bahkan siapapun yang berani mencoba melakukan hal itu, dia bisa merasakannya dengan cepat. Sebuah kekuatan yang benar-benar mengerikan, itu semua karena dia hanya akan merasa terganggu jika ada yang berani mendekatinya dan mencari tahu siapa dirinya."
Entah apa lagi yang harus bisa kupikirkan, kekuatan ini benar-benar tidak masuk akal dan melampaui kemampuan manusia manapun.
Menghela nafas. ".... Baiklah, aku akan mencoba memahaminya."
Dunia gila.
Aku terlalu bodoh untuk memikirkannya dengan cepat, aku bahkan tidak tahu harus berkata apa kepada mereka berdua.
Aku tidak pandai berpendapat, aku hanya bisa menganalisa dan memikirkan hal 2 langkah ke depan yang mungkin bisa membuatku mengerti. Aku tidak akan pernah mengerti sampai aku dapat melihat dan merasakan hal yang sebenarnya dan meyakinkan diri sendiri tentang apa yang harus aku lakukan selanjutnya.
"Jadi, bagaimana kalian mengetahuinya?"
Lalu Stillia menunjuk ke arahku. Seketika api merah menyala di ujungnya dan menggerakkannya seperti sedang menulis sesuatu.
Dia membuatku sadar dan melihat sebuah tulisan muncul di bawah kakiku.
"Kau bisa membacanya dalam pikiranmu sendiri. Tapi, aku harap kau bisa bertahan setelah membacanya."
"Apa?"
"Kau penasaran, bukan?"
"Itu benar. Tapi, lalu kenapa?"
"Tubuhmu akan hancur."
Aku melihatnya, 3 kata, entah kenapa aku ragu ketika ingin membacanya. Ini bukan ketakutan biasa, aku tidak mengerti apa itu. Pikiranku seolah melarangnya, namun hati dan jiwaku ingin menyebut namanya.
Ini sama saja dengan mengucapkannya bukan?
Kalau begitu, oke.
Ascendant Creator: Ruler of the Nothingness
Eternal Prime Hyperrion
Eternal Prime Hyperrion? Apakah ini namanya?
Aku tidak merasakan apa pun saat membacanya di dalam pikiranku. Apakah aku berhasil? Aku tidak mengerti sama sekali.
"Bagaimana? Apakah kau sudah mengatakannya?"
"Ya. Aku sudah mengatakannya, tapi aku tidak merasakan apa pun terjadi padaku."
Stillia menatapku dengan serius. "Ternyata benar, kamulah orangnya."
Mungkin maksudnya adalah ramalan yang tidak jelas itu. Aku mungkin tidak akan peduli jika itu kenyataannya. Namun entah kenapa dunia ini membuatku sangat penasaran dengan apa yang ada di dalamnya.
"Maksudmu "ramalan" yang kau maksud?"
"Benar sekali."
Seketika ....
Stillia segera menjentikkan jarinya.
Membuat dimensinya menghilang dan mengembalikan semuanya ke keadaan semula dengan cepat seperti selembar kertas yang masih tersimpan dalam sebuah file.
Seolah Hexalus mulai mengerti, dia berbalik. Sambil menempati kepingan emasnya dan harta melimpah yang telah kembali.
Stillia melihat ke arah Hexalus dan mengakui kenapa dia melakukan itu. "Kau benar, aku bukanlah Stillia asli yang menempati ciptaan pertamanya. Kau membuatku merasa bosan lagi setelah kamu serius dan bisa menyadarinya dengan mudah, Hexalus."
"Kamu hanya bisa menggangguku, walaupun kau serius, sepertinya kau sudah tahu siapa pemenangnya." Jawab Hexalus mengembalikan pandangannya.
Stillia merasa dirinya diremehkan. Dia tidak bisa terima jika Hexalus mengatakannya seperti itu sambil menatapnya dengan serius.
"Ohh, kau tidak boleh seenaknya berbicara seperti itu sebelum kita bertarung. Naga liar ketiadaan dari kekosongan sejati."
Hexalus hanya bisa menghela nafas, menyadari bahwa dia hanya ingin mati di hadapannya. Bahkan Hexalus merasa akan sangat membosankan menghadapinya meskipun dia serius.
".... Membosankan. Kau hanya ingin mencari kematian."
Stillia merasa kecewa dan pasrah karena tidak tahu harus berbuat apa ketika Hexalus berkata seperti itu. Stillia berpikir akan menyenangkan jika bermain dengannya dan bisa merasakan sebuah kesenangan.
Mendesah. ".... Kau benar-benar tidak bisa diajak bicara."
Mereka memang terlihat seperti teman, tapi aku tidak tahu apakah itu benar atau tidak. Sulit bagiku untuk bisa menebaknya, mungkin di mata mereka aku hanyalah batu kecil yang tidak berguna.
Aku hanya bisa terdiam dan menatap mereka dengan datar.
Tiba-tiba Stillia berbalik dan mencoba mendekatiku, lalu dia mengulurkan tangannya kepadaku dengan senyuman manis di wajahnya.
Aku hanya bisa berekspresi datar saat melihat wajahnya yang seperti itu.
"Ada apa dengan wajahmu itu?"
"Bagaimana, Dansetsu Yoru-kun? Maukah kamu membantu kami?"
Dia bahkan tahu namaku meski aku tidak pernah memberitahunya sama sekali.
Pengetahuannya benar-benar di luar dugaanku. Kapan dia akan mengetahuinya?
Aku sedikit merasakan ada sesuatu yang janggal, tapi aku tidak tahu itu apa. Itu sedikit membuatku curiga.
Aku mencoba untuk menahan rasa kaget ketika dia mengatakannya tanpa kesalahan. "Apa? Kok kau tahu namaku? Aku bahkan belum memperkenalkannya padamu."
Benar-benar Dewi yang merepotkan.
Mungkin aku tidak akan heran jika dia memang seorang dewi yang bisa mengetahui segalanya. Aku merasa ini benar-benar terasa palsu, sebelumnya aku yakin karena aku tidak pernah menceritakan apapun tentang siapa diriku.
"Aku sudah bilang, kan?" Stillia memejamkan mata dan sedikit memiringkan kepalanya sambil tersenyum manis.
"Ya, kau tahu segalanya, kan?" Aku membalas senyum manisnya sambil memejamkan mata.
"Benar sekali."
"Tapi ...."
"Apa? Apa?"
"Boneka bodoh sepertimu ...."
"Terus?"
"Aku tidak percaya kau bisa melakukannya sendiri."
"Huh?!" Stillia tiba-tiba merasa sangat kesal, emosinya meluap-luap, alisnya berkerut dan alisnya bergerak-gerak.
"Apa yang kau bicarakan?!" Seketika nada suara Stillia berubah menjadi tinggi dan tegas.
"Boneka bodoh sepertimu tidak mungkin bisa melakukannya." Jawabku masih memasang wajah tersenyum manis dengan mata terpejam.
Aku yakin dia tidak semudah itu bisa mengetahui semuanya. Jika dia adalah boneka, maka tidak ada kecurigaan lain selain Stillia asli yang memiliki semua pengetahuan dunia dan terhubung dengan boneka lain.
Jadi, mungkin dia mendapatkan itu semua karena dia bisa bertukar informasi dengan Stillia asli dari ciptaan pertama.
Tapi, ini hanya sebuah kemungkinan. Filingku hanya bisa merasakannya seperti itu.
Dengan komentar santai, Hexalus melanjutkan. "Nah, kamu benar, Bocah. Dia mungkin lebih kuat dari dewa sejati lainnya. Tapi, dia tetaplah boneka bodoh yang hanya mengandalkan semua pengetahuan yang dimiliki Stillia yang asli."
Kekesalan Stillia bertambah dua kali lipat setelah Hexalus dengan santai mengungkapkannya.
Stillia menundukkan kepalanya. "Berani-beraninya …."
Kemudian Stillia menurunkan satu tangan yang ingin berjabat tangan denganku sebelumnya, lalu dia dengan cepat berbalik dan menebaskan tangan kanannya ke arah Hexalus yang bisa melepaskan tebasan cepat angin kencang.
Seketika tebasan diagonal angin kencang dilepaskan dengan sangat cepat ke arah Hexalus.
Hexalus yang melihatnya terlihat sangat tenang sambil menggoreskan salah satu cakarnya yang tajam ke arah tanah dengan garis melengkung.
Dengan cepat penghalang Anti-Sihir terbentuk di depan Hexalus setelah dia menggoreskan cakarnya ke tanah. Membuat tebasan angin kencang Stillia menghantam penghalang Anti-Sihirnya dengan kekuatan yang sangat besar. Bahkan, dampak tabrakan tersebut menyebabkan tanah di sekitarnya hancur tak terbayangkan, meninggalkan dinding ruangan berlubang-lubang yang memperlihatkan dunia luar berupa langit biru dan awan putih.
".... Benar-benar boneka merepotkan ...."
Mungkin jika dia menggunakannya padaku, seluruh bagian tubuhku akan hancur berkeping-keping.
Sepertinya takdir sedang mencoba menyelamatkanku dari kematiannya. Aku hanya bisa bersyukur jika itu benar-benar terjadi. Tapi, ada satu hal yang ingin kutanyakan pada Hexalus tentang dirinya.
"Apakah boneka seperti dia memiliki perilaku yang sama dengan Stillia yang asli?"
Jika dia boneka, aku pikir mungkin akan sama dan tidak akan ada perbedaan.
"Meskipun mereka hanya sekelompok boneka yang sangat merepotkan. Mereka mempunyai kepribadian tersendiri yang didapat dari 3 boneka pendahulunya. Bahkan mereka rela menggunakan tubuh baru agar bisa menyamakan tingkah laku yang tumbuh dalam diri boneka tersebut."
Ternyata tebakanku salah, aku kira bonekanya sama dan akan tetap sama karena merupakan satu kesatuan dari boneka Stillia yang asli.
"Maksudmu, mereka mempunyai perasaan seperti manusia normal?"
"Benar. Aku benar-benar muak saat bertemu mereka."
"Jadi, apa yang membuat mereka berbeda?"
Karena emosinya yang meluap-luap terhadap Hexalus, dia terus melancarkan tebasan angin dari kedua tangannya dengan cepat.
Hexalus yang melihatnya mengira bahwa dia adalah seorang anak kecil yang sedang mencari perhatian agar bisa bermain dengannya. Dengan perasaan acuh tak acuh, Hexalus menghiraukannya dan terus menjawab pertanyaanku.
"Dia sangat berbeda. Dia bahkan lebih gila dari boneka yang ada di hadapanmu sekarang, mungkin jika kau bertemu dengannya. Kau pasti akan terbunuh."
"Kenapa? Apakah dia seorang maniak pembunuh?"
Hexalus menghela nafas, seolah tak ada gunanya memberitahuku. "Kejam ... Pejuang maniak ... Dewi gila ... Pembawa kehancuran dunia. Dia sangat membenci manusia, dia bahkan tidak segan-segan untuk memusnahkan lapisan dunia yang tak terhitung jumlahnya hanya demi kesenangannya sendiri."
"Begitu ya. Perbedaannya sangat besar, kalau memang begitu. Apakah dia selalu membunuh manusia sampai sekarang?"
Aku mengatakannya dengan sedikit tidak percaya pada kenyataan bahwa memang seperti itu. Sepertinya dia lebih gila dari sekedar raja iblis. Padahal kalau boleh aku katakan demikian, dia ibarat makhluk maut bagi manusia yang ingin mengenalnya.
"Entahlah, hanya boneka-boneka itu yang bisa memahami perasaannya."
Menurutku masuk akal, karena mereka mempunyai pengetahuan dan perasaan yang sama yang bisa mereka rasakan satu sama lain tanpa harus menjadi pemeran utama.
"Kau benar, tidak ada yang bisa memahaminya selain diri mereka sendiri sebagai boneka para dewa."
"Tepat sekali."
Aneh sekali, sampai kapan dia akan melakukan hal seperti itu? Aku melihatnya seolah sedang merayu Hexalus agar dia bisa bermain lempar sihir dengannya.
"Jadi, sampai kapan kau akan melakukannya? Kau memang cocok menjadi boneka bodoh ya? Kau meminta bantuanku, tapi kau tidak bisa menjelaskan apa tujuanmu."
Tanpa pikir panjang, dia membuat kepalaku seperti gunung berapi yang sewaktu-waktu bisa meletus.
Lalu Stillia berbalik ke arahku sambil tersenyum manis. Seperti wanita yang sedang berusaha mengendalikan amarahnya.
"Bisakah kau diam sebentar?! Kalau tidak ...."
"Tidak, aku tidak punya banyak waktu untuk diam."
Tiba-tiba, Stillia langsung menebaskan salah satu tangannya ke arahku, menimbulkan hembusan angin kencang yang mampu menghancurkan tubuhku.
Hampir.
Tetapi ....
Perasaanku sepertinya dia berusaha memperingatkanku, bahkan angin yang dia tebas pun tidak seperti yang diberikan pada Hexalus. Mungkin ini menakutkan, tapi aku tidak tahu apa maksudnya.
Angin yang dihembuskannya terlihat sangat kencang, bahkan aku merasa seluruh tubuhku seperti terpotong parah karenanya. Namun, aku tidak merasakan sakit sedikit pun selain hembusan angin yang menerpa tubuhku.
Lalu Stillia berjalan perlahan ke arahku dengan senyuman manis masih terpampang di wajahnya.
"Dansetsu Yoru-kun ....?" Dia memanggilku dengan lembut, seperti seorang kakak perempuan yang ingin menegur adiknya dengan cara yang tidak terduga.
"Apa, Stillia?" Jawabku dengan senyum palsu.
"Sebenarnya .…" Beberapa langkah lagi untuk mendekati wajahku.
"Apakah kau ingin memberiku hadiah?"
"Tidak … Aku hanya ...."
Wajah kami saling berdekatan.
"Apakah kau ingin permen?" Dengan polosnya aku mengeluarkan sepotong permen yang ada di saku celanaku tanpa aku sadari bahwa aku memilikinya.
"TIDAK ...."
Apakah aku sedang melakukan sulap? Aku bahkan tidak tahu kalau ada satu permen pun di saku celanaku. Kapan aku menyimpannya? Apakah aku akan tertular kebodohannya? Bagaimana mungkin.
"Terus?"
"Tentang itu … Aku lupa bagaimana mengatakannya. Ehehehe .…" Stillia terkekeh sambil menggaruk pipinya.
"Ehhhhh ...?" Mencoba terkejut tak peduli dengan wajah datar yang menatapnya.
Tiba-tiba, tanpa kusadari, dia mengingatkanku pada notifikasi yang muncul di komputerku saat aku masih berada di dunia sebelumnya.
Tapi, kenapa ada pemberitahuan lelucon seperti itu yang bisa mengirimku ke dunia ini secara paksa dengan cara yang membuatku harus mati?
Itu tidak mungkin, bukan?
Kalau kuingat-ingat mungkin bisa saja, aku teringat sedikit tentang beberapa cerita laki-laki atau perempuan yang diutus ke dunia lain. Mungkin ini persis seperti mereka.
Tapi kenapa?
Kalau bisa, aku pasti akan melakukannya sendiri dan tidak membuat tanteku harus menanggung beban karena memiliki orang yang tidak berguna sepertiku.
Yah, mungkin itu membuatnya sedikit lega, karena orang tak berguna sepertiku sudah mati. Entahlah juga, mungkin tidak dengan perasaan kasih sayang dan cintanya yang telah dia berikan padaku. Mungkin, dia di sana sedang khawatir dan masih memikirkanku.
Apa yang bisa kulakukan? Aku hanya bisa berputus asa jika ini kenyataannya.
Aku mencoba untuk menghentikan adegan bodoh yang sedang dia lakukan. "Itu tidak mungkin, kan?"
Tapi kalau dipikir-pikir, itu ada benarnya juga, bahwa notifikasi yang menggunakan bahasa asing tersebut adalah kebenarannya yang seperti itu. Tapi, kalau itu benar, kenapa tidak langsung saja menemuiku dan mengobrol dulu bahwa aku akan dipanggil ke sini.
Bahkan ini terlihat sangat mencurigakan. Aku tidak tahu mana yang benar atau salah, aku tidak tahu apakah aku benar-benar bereinkarnasi atau tidak.
Menjengkelkan!
Karena saat itu aku terlalu bodoh hanya karena memilih sesuai firasat dan tidak mencoba menerjemahkannya di internet. Meski begitu, apakah bantuan internet dari duniaku mampu menerjemahkannya?
Entahlah, kemungkinan besar kalau aku tidak terburu-buru seharusnya aku tahu sedikit tentang maksudnya.
"Tidak, aku tidak berbohong." Stillia menjawab jujur dengan wajah polos.
Tiba-tiba Stillia dengan santai mengambil permen yang ada di tanganku dan langsung membukanya dengan wajah berseri-seri.
Benar-benar kebodohan yang nyata.
Setelah aku mengetahui sifatnya yang seperti itu, aku agak sulit untuk bisa mempercayainya.
"Hmmmm ... Ramalan ya?" Aku berpikir sejenak untuk memahaminya.
"Ya, itu sudah ditulis ratusan tahun yang lalu. Bahkan dia sendiri yang menceritakannya kepada kita secara terbuka. Yang aku tahu, jika dia sudah menuliskannya di kertas ramalan. Maka itu akan terjadi dan benar-benar ada."
Mungkin ini terlalu cepat untuk bisa menyimpulkannya, tapi aku berusaha semaksimal mungkin untuk memahami semua yang telah terjadi padaku.
"Kalau begitu ... Jadi kematianku yang di sana bukanlah takdir yang menentukannya? Melainkan perintah dari ramalannya yang ditulis dan dibuat olehnya untuk membawaku kesini dengan cara membunuhku secara paksa?"
Ini terlalu menakutkan, bukan? Apa alasan orang tersebut ingin melakukannya dengan paksa?
Pemahamanku terlalu rendah untuk terus seperti ini jika hanya mengandalkan logika dan tebak-tebakan cerita. Mungkin dunia ini sudah ada milyaran tahun yang lalu sebelum ada tanda-tanda kehidupan sama sekali, mungkin ini benar. Jika memang ramalan itu berisi tentang kedatanganku, maka tidak ada salahnya jika aku bisa mencari tahu dan bisa bertahan hidup di dunia yang tidak masuk akal seperti ini.
"Mungkin apa yang kau katakan itu benar. Tidak ada cara lain selain melakukannya dengan cara itu. Semuanya masih teka-teki, kau harus mencari tahu sendiri."
Ternyata begitu, sepertinya aku terpaksa harus menyelesaikan semua permainan ini.
"Aku tidak mengerti. Apakah ini benar-benar reinkarnasi atau bukan ... Mungkin saat ini aku sedang berada di dalam cerita yang telah diatur oleh seseorang dan mengharuskanku untuk menyelesaikan semua permainannya."
Aku memikirkan hal itu yang membuat pikiranku mampu berpikir lebih jauh.
"Aku tidak peduli siapa dia ...."
Sepertinya ini adalah kesempatan terakhirku untuk memulai hidup baru di dunia lain.
"Siapa pun yang membuatku merasa tidak adil dan menderita karena kehilangan seseorang yang berharga bagiku, aku tidak akan ragu untuk membunuhnya."
Ini mungkin pasti akan terjadi di dalam hidupku. Tapi, aku harus bisa mempersiapkan segalanya.
"Baiklah ... Mungkin pertemuan kita cukup di sini. Aku akan mengembalikanmu, seharusnya kau sekarang bisa hidup dengan normal kembali."
Mencurigakan, apakah dia sengaja mengatakannya seperti itu padaku?
"Apakah kau yang membuatku mati di reruntuhan itu dan membawaku ke sini?
"Apa yang kamu bicarakan?"
"Tidak, lupakan saja."
Benar-benar mencurigakan.
Stillia segera mengarahkan tangannya ke depan, menciptakan lingkaran sihir di bawah kakiku.
"Bersenang-senanglah di dunia itu. Jangan mati, oke?" Jawab Stillia tersenyum tipis sambil memiringkan kepalanya.
"Sepertinya kau sedang merencanakan sesuatu."
Akan sangat konyol jika dia benar-benar melakukannya lagi.
Melambaikan tangannya. ".... Sampai jumpa ...."
Dia mengabaikan kata-kataku.
Seketika lingkaran sihir bercahaya biru itu membawaku pergi dengan cepat.
"Aku tidak tahu apa yang kau lakukan selama ratusan juta tahun di dalam gelembung dunia lain. Sepertinya kau telah melintasi banyak waktu dari seluruh penciptaan dunia gelembung dengan banyak zaman yang berbeda."
Tiba-tiba Stillia merasakan perasaan sedih sekaligus kenangan bahagia tentang perasaan manusia yang mampu mengubah hatinya.
Sambil meletakkan satu tangannya di dada. "Kau benar, perasaan ini ... Selalu membuatku berpikir tentang hati manusia. Aku terus bepergian ke dunia lain dari waktu ke waktu tanpa memikirkan dunia seperti apa dan ada berapa banyak ... Meskipun itu bukan aku sendiri yang melakukannya ... Kita para boneka selalu bisa merasakannya."
Stellia menunduk, mengingat perasaan yang sudah lama dia lupakan.
.
.
*************