Hatiku senang, aku berlari sambil memunguti beberapa koin yang terjatuh di tangga. Aku dengan senang hati menyimpannya di saku celana dan jaketku. Tapi, itu belum cukup untuk menerima semuanya. Mungkin pilihan terbaik adalah terus naik ke puncak untuk bisa memilikinya.
Jadi, aku meningkatkan semangatku untuk terus berlari menuju puncak.
Terengah-engah ....
Ibarat lomba lari, hal ini membuatku sesak napas seperti mau mati.
".... Inikah yang namanya lari dari kenyataan yang selalu membebani hidup? Kalau memang benar ... Aku tak peduli ... Yang aku pikirkan hanyalah itu. Tak ada hal lain yang bisa mengubah hidupku, selain kekayaan yang telah menunggu kedatanganku! Bertahanlah, koin emas!!"
Dengan rasa percaya diri yang tinggi aku terus melangkah maju.
"Aku pasti bisa melakukan apa saja jika aku memilikinya ... Membeli semua koleksi yang kuinginkan ... Top Up game ... Dan masih banyak lagi. Semuanya sudah direncanakan di dalam pikiranku! Aku tidak akan pernah menyia-nyiakan kesempatan emas ini!" Jawabku sambil nyengir bahagia.
"Aku tidak peduli jika memang benar-benar mati … Aku hanya ingin menikmati kekayaan ini!"
Woohuuuuu ...!!!!
Berlari dengan perasaan bahagia memang menyenangkan.
Nafas terengah-engah. ".... Sedikit lagi ... Sedikit lagi ... Inilah yang kuharapkan ... I NEED ... MONEY!" Aku melompat menuju secercah cahaya surgawi yang menerangi tangga terakhir dengan wajah penuh percaya diri.
Aku berhasil melakukannya.
Sebuah akhir yang membuatku merasakan kebahagiaan sederhana karena berhasil melewatinya hanya untuk pergi ke tempat yang tidak disebutkan namanya.
Tetapi ....
Tiba-tiba semuanya tidak sesuai ekspektasiku. Senyumanku menjadi palsu dan kosong saat melihatnya dengan mulut yang terbuka.
Langkahku perlahan mulai mengecil setelah melihat sesuatu yang tampak familiar di hadapanku.
Aku melihatnya seperti lapangan bundar besar, pepohonan dengan daun hitam besar menjulang tinggi dan cahaya kecil menerangi tempat itu dari atas langit.
Aku baru pertama kali melihatnya. Pohon dengan daun hitam? Hmmmm ... Apakah aku berada di tempat yang tidak boleh dimasuki siapa pun?
Aku tidak bisa berhenti memikirkan hal-hal aneh, menurutku itu menakutkan.
Koin emas, permata, dan harta karun lainnya berserakan di mana-mana. Tapi, bukan soal itu yang membuatku khawatir dengan sebuah harapan palsu yang bisa menjadi kenyataan.
Aku melihatnya dengan jelas, seekor naga berkepala 3 sedang tertidur di atas tumpukan emas.
Sangat menakutkan, sisik hitam menutupi tubuhnya yang besar. Dia tertidur lelap, segalanya tampak sunyi dan tenang. Tapi, bagiku itu akan menjadi kematian jika aku membangunkannya.
Hahhhhh ….
"Ternyata berharap itu sangat menyakitkan."
Merasakan kekecewaan yang mendalam.
Aku pikir akan mati lagi.
"Mungkin, aku harus kembali ke rumah dan tidur selamanya di bawah tanah menjadi sebuah mayat tanpa ingatan."
Yah, lebih baik mati tanpa dihidupkan kembali dan bisa beristirahat dengan tenang di dunia lain tanpa memiliki memori ingatan yang begitu pahit untuk bisa di ingat kembali.
Itu lebih baik. Tapi, jika aku mempunyai satu hal yang bisa membuatku bisa hidup kembali. Aku pasti akan mengubah seluruh jalan cerita yang telah tertulis di dalam hidupku untuk bisa merubahnya sesuai yang aku inginkan.
Aku berjalan memutar untuk kembali menuruni tangga.
Ketakutan membuatku berpikir untuk kembali karena sangat mustahil untuk bisa mendapatkannya, aku merasa kematian sudah tepat di depan mataku. Aku tidak percaya ketika melihatnya, ini terlihat bodoh. Langkah pertamaku terhenti ketika ada seseorang yang berbicara.
"Kamu mau pergi ke mana?" Jawab suara wanita cantik nan lembut dengan nada rendah.
"Uh? Siapa? Apakah kamu yang membawaku ke tempat ini?"
Aku berbalik dan membuka tudung sweterku.
Mungkin ada wanita yang bisa melihatku tanpa menampakkan dirinya. Menurutku ini benar-benar seperti mimpi.
Apakah sebaliknya?
"Tentu saja ... Karena kamu adalah seseorang yang aku butuhkan untuk bisa mengalahkannya."
"Ha?! Kalahkan katamu? Aku baru saja mati dan tiba-tiba berakhir di tempat asing ini. Kamu pikir aku akan mempercayai semua omong kosongmu!"
Permintaan bantuan macam apa itu?
Aku tidak mengerti apa yang dia bicarakan, aku hanya bisa berpikir bahwa itu hanyalah cerita palsu yang sedang dia buat. Ini mungkin tampak seperti lelucon, tapi aku tidak tahu pasti apa kebenarannya.
"Kasar sekali mulutmu."
"Bukan urusanmu! Kamu tidak akan pernah bisa merasakan apa yang sedang aku rasakan saat ini!"
Aku membual dengan kesal, lalu bertanya padanya.
"Kenapa kau membawaku ke sini? Padahal aku hanya manusia biasa dan lemah yang tidak punya apa-apa. Kenapa? Apa aku terlihat begitu kuat hingga kamu mempermainkanku seperti ini?!"
Terkikik mengejek. "Ahaha ... Itu benar, pada dasarnya semua manusia itu lemah. Tapi, kau sedikit berbeda ... Kau tidak akan mengerti berapa lama harus menunggu 100 juta tahun untuk kedatanganmu yang tidak pasti ke dunia ini."
Dia membuatku semakin tidak percaya dengan penjelasan yang tidak masuk akal itu.
"Apa katamu? 100 juta tahun? Apa aku tidak salah dengar? Kau pasti bercanda, 'kan?"
Sungguh membuatku bingung, aku ingin menanyakan banyak hal kepadanya. Tapi, aku tidak tahu harus mulai dari mana.
Mungkin itu tidak ada gunanya jika suatu saat nanti aku pasti akan mengetahui seluruh kebenarannya.
"Kenapa kamu tidak memilih seseorang yang sudah ada saja? Itu akan membuat segalanya lebih mudah, kan?" Jawabku berbicara enteng seperti anak kecil lugu yang tidak mengerti tentang dunia lain ini.
"Hmmmm ... Bener juga. Tapi ... Menurutmu itu mudah? Ini adalah ramalan yang pasti terjadi kalau dia yang mengatakannya."
"Sebuah ramalan, katamu?"
"Ya. Bagaimana kalau giliranku yang bertanya padamu?"
Mengerutkan kening. "Apa? Apa hubungannya dengan kau yang bisa bertanya tentangku?"
"Maksudnya apa? Kenapa dia malah berbalik bertanya padaku? sepertinya ada yang tidak beres" Ucap batinku berkata dengan curiga.
Sepertinya aku sedang berbicara dengan seseorang yang patut diwaspadai.
"Tidak ada."
"Apa?"
"Aku hanya ingin mencobanya ... Apa kamu tidak merasa kesepian dan bosan saat berada di sana? Tapi, sepertinya kamu cukup sabar menghadapi kisah hidupmu yang sangat menyedihkan seperti sampah ya."
Dia justru mengejekku dengan senang hati.
Aku mendengarkan perkataannya sampai akhir dan itu membuatku sangat kesal.
"Ohhh, ternyata mulutmu bisa kasar juga, menarik!"
"Bagaimana rasanya hidup sendiri selama 15 tahun di dunia asalmu? Menyenangkankah? Sepertinya kamu selalu mengharapkan seseorang yang mampu melewati semua suka dan duka dalam hidupmu? Menyedihkan! Bahkan tidak ada satu orang pun siapa yang mau melakukannya."
"Kamu pikir aku akan mati hanya karena kata-kata bodohmu? Teruslah bicara sepuasnya ... Kamu bahkan terlihat seperti pengecut karena tidak menunjukkan keberadaanmu yang seperti sampah!" Aku menjawab dengan senang hati untuk mengejeknya.
"Ohhh, kamu sudah tidak sabar ingin melihat kecantikanku ya?"
"Tidak, aku tidak butuh itu. Aku tidak butuh sampah sepertimu."
"Betapa jahatnya ... Tapi, makhluk rendahan sepertimu tidak pantas untuk bisa melihatnya."
Cihh ....
Dia benar-benar membuat emosiku mendidih. Aku tahu kalau dia sedang mengujiku, namun pertanyaan itu membuatku teringat akan pahitnya dunia saat berada di dunia sebelumnya.
Menundukkan kepalanya karena marah atas kata-katanya.
Dia mungkin seorang Dewi yang aku benci seperti dalam cerita yang pernah aku baca.
Hahhhhhhhhhhhhhhhh ....
Ambil napas dalam-dalam.
".... Kenapa kamu tahu tentang itu?" Jawabku sambil menatapnya dengan serius.
"Ahaha ... Aku menang."
"Cih ...."
"Menurutmu aku ini siapa?"
Sighh ... Sepertinya dia bukan Dewi biasa.
"Jika aku tahu, aku pasti tidak akan bertanya."
"Aku selalu melihatnya ...."
"Melihatnya?" Aku mengerutkan kening.
Aku benar-benar tidak mengerti, apa maksudnya?
"Ditinggalkan di hari ulang tahunmu yang ke 5. Semuanya hanyalah kehampaan ketika takdir telah menentukan kematian mereka."
***
Aku mulai mengingatnya ....
Gambaran masa laluku saat aku berumur 4 tahun, itulah hari yang paling kuingat saat aku berada di taman bermain bersama orang tuaku. 2 tangan yang memberikan kehangatan dan kasih sayang yang selalu membuatku ceria, tertawa dan bahagia saat berada di dekatnya.
Tapi, itu semua berubah pada ulang tahunku yang ke 5. Hari dimana mereka berjanji akan membelikan hadiah spesial untukku setelah mereka kembali ke rumah. Aku senang, berusaha bersabar menunggunya. Itulah momen yang selalu aku nantikan setelah mereka berpamitan bekerja.
Tapi, bidadari telah membawa mereka ke surga ... Kehilangan mereka membuatku ingin mati seperti daun kering yang tak pernah disiram air kasih sayang. Lemah ... Tak berguna ... Kering ... Sendirian ... Semuanya terasa palsu ....
Semuanya berubah ketika berita itu disiarkan di TV. Aku melihatnya, menatapnya dengan tatapan kosong, seketika memunculkan lubang kehampaan di dalam kehidupanku. Itu adalah hari dimana ayah dan ibuku mati.
"DIAM ...."
Dia benar-benar membuatku marah karena aku mengingat semuanya lagi.
"Semuanya sunyi ... Bagaikan lubang kehampaan yang selalu menyelimuti ... Tak ada seorang pun yang bisa menyembuhkan lukanya ... Memainkan sebuah permainan yang selalu menemani keseharianmu yang tiada artinya ... Kasihan sekali ...."
Puisi, ya? Jelek sekali.
Sampah!
Yahhhh, tapi itu benar sekali. Game adalah segalanya bagi orang sepertiku, meskipun kenyataanya hidup hanya sementara.
".... Diam ...." Mengepalkan kedua telapak tangan dengan keras.
20 tahun telah berlalu, aku telah melalui semuanya.
Ingatan Bullying saat aku masih duduk di bangku SMP dan SMK, serta menghina orang tuaku yang sudah tiada, ditipu, dan masih banyak lagi kekejian iblis manusia lainnya yang tak terhitung jumlahnya. Itu semua bagaikan sebuah album khusus yang telah dipersiapkan untuk kelanjutan hidupku di dalam dunia bangsat.
Semuanya!
"Semuanya—"
"Cukup. Aku akui, aku mengakuinya ... Aku adalah orang yang paling lemah dan paling menyedihkan. Ya, orang sepertiku memang pantas mati lebih cepat daripada hidup di dunia bangsat seperti itu! ... Aku tidak peduli jika aku mati, aku hanya ingin ketenangan pikiran alami dan kenyamanan dunia lain yang ingin aku tinggali ...."
Aku memberikan kesan tatapan kebencian terhadap sesuatu yang membuatku menderita yang seolah-olah aku sedang menatap ke arahnya.
"Tapi ...." Aku melihat ke langit. "Jika aku mendapatkan kekuatan besar dan kesempatan untuk terlahir kembali ... Aku akan menghancurkan semua alur cerita yang menghalangi jalanku, bahkan jika itu berarti mempertaruhkan segalanya! Termasuk melawan sampah sepertimu. Akan kubunuh!" Jawabku menyeringai seraya mengejeknya.
Sedikit tersinggung. "Ohh, menarik!" Lanjutnya lagi dengan santai. "Tapi, sekarang kamu sudah mempunyai kesempatan itu."
"Eh ...? Apa?"
Dia tidak peduli dan menghiraukan kata-kataku, bahkan dia menganggapnya hanya secarik kertas yang tak berarti.
.
.
*******