Chereads / Void Frame: Reincarnation Strongest Demon King LEVEL 1 (Indonesia) / Chapter 7 - Dewi waktu dari segala pengetahuan

Chapter 7 - Dewi waktu dari segala pengetahuan

Menyebalkan sekali.

Entah kenapa dia bilang begitu padaku, yang jelas aku tidak percaya. Tapi, aku tidak akan menarik kembali kata-kataku sebelumnya. Karena aku yakin dengan tekadku yang kuat untuk bisa mengubah apapun sesuai keinginanku sendiri meski pahalanya adalah kematian.

Apa yang sudah aku sampaikan, semuanya akan aku pegang erat-erat untuk bisa mencapainya. Aku tidak peduli jika dunia ini berisi makhluk-makhluk buas dan keji.

Aku akan menghancurkan segalanya, meskipun seluruh dunia membenciku. 

Tapi, aku sedikit terkejut ketika dia mengatakan bahwa aku memilikinya.

"Hah? Apa maksudmu? Aku sudah punya kesempatan itu?"

Sepertinya yang dia maksud adalah kesempatan untuk hidup kembali.

"Benar. Kamu sudah memilikinya, tapi kamu harus menyapanya terlebih dahulu."

Dia sepertinya memberiku peringatan.

Sepertinya wanita itu menyuruhku untuk membangunkan naga berkepala 3 itu. Dia ingin membuatku mati untuk kesekian kalinya.

Huhh ....

Aku bertanya untuk memastikan.

"Menyapa? Siapa?"

"Kamu mungkin tidak buta jika bisa melihatnya."

Suara gumaman yang kasar. "Hmmmm ...."

Sepertinya aku akan mati lagi. Tapi, aku merasakan ada sesuatu yang sedang berkumpul dan menyerap sesuatu di dalam tubuhku. Aneh, ibarat sedotan yang terus menerus menghisap minuman manis.

Apakah ini energi Sihir atau semacamnya?

Aku merasakan berbagai macam energi kehidupan, emosi, hawa nafsu, dan apapun yang mengandung sebab akibat dari suatu peristiwa di dalamnya, aku bisa menyerap itu semua.

Entah apa itu, sepertinya membuatku tidak takut dan kenyang.

Endless Void : Ruang hampa tanpa akhir milik Yoru yang terus menyerap semua energi apapun tanpa melihat seberapa kuat atau lemahnya jenis energi tersebut.

Tanpa disadari, Yoru telah menciptakan ruang berdimensi tak terbatas di dalam tubuhnya sendiri. Ruang dimensional yang terbentuk dari berbagai emosi dan energi sihir dari berbagai dunia di dalamnya selama dia mendatangi dunia tersebut.

Yoru sendiri masih belum mengetahui kenapa dia bisa melakukan hal itu, ingatan masa lalu saat berada di dunia game kota Arzethenon membuatnya lupa ketika dirinya sudah menjadi raja iblis. Ingatan tersebut menghilang saat dirinya mati tertabrak truk dan di pindahkan ke dunia lain tanpa alasan tertentu.

Bahkan Stillia dan Hexalus masih belum menyadari kekuatan tersebut, tanpa di sadari kekuatan dari sihir milik Stillia dan Hexalus perlahan di ambil oleh Endless Void milik Yoru. Menjadikannya sebagai bahan makanan miliknya, membuat Yoru tidak sengaja mendapat kekuatan yang di miliki mereka berdua meskipun Yoru tidak pernah sadar akan hal itu.

Karena ruang yang tersedia terlalu sedikit dan tubuh lemah Yoru masih belum bisa menampung kekuatan dari Existence-nya yang tinggi dari status game tersebut. Endless Void yang telah menyatu dengan tubuhnya akan aktif dengan sendirinya dan secara terus menerus akan melahapnya.

Nyatanya sosok realitas (Yoru) ini tidak bisa digambarkan hanya dengan penglihatan saja, bentuknya tidak bisa ditebak dan tidak ada yang tahu.

Yoru akan terus mengalami hal tersebut sepanjang hidupnya di dunia ini, tanpa ada seorang pun yang mampu menyadari bahwa energi dari dunia itu perlahan-lahan dihisap olehnya.

"Jangan khawatir. Jika kau menghancurkannya berkali-kali, aku pasti akan memutar ulang semuanya seperti semula. Padahal ini bukan tentang realitas keberadaan itu sendiri. Bangunlah!" Ia meyakinkan sang naga untuk bangun.

Langit-langit mulai runtuh ....

Dunia bergetar hebat ....

Dia perlahan bangun. 6 mata biru cerahnya terbuka ganas, dia mulai berdiri. Menghentakkan satu kaki, saat itu kematian sudah ditetapkan untukku, mengangkat ketiga kepalanya tinggi-tinggi dan mengaum keras dengan sayapnya yang mengepak.

"Gaohhhhhh ....!!!"

Makhluk mengerikan apa ini?

Hembusan angin begitu kencang hingga membuatku terbang mundur dengan keras.

"Akhhhhhh ...."

*BRAKK!*

Aku seperti daun kering yang mudah tertiup angin olehnya.

Pohon besar di belakangnya layu dan menghilang tanpa bekas. Tidak terbakar oleh api, perlahan menghilang seperti gambar yang terhapus.

"Cihh … Sebenarnya makhluk apa dia?!"

Tanah dan ruangan hancur yang mengakibatkan penghapusan total yang membuat tempat tersebut berubah menjadi dimensi putih.

Semua tampilan tampak putih dan tidak ada apa pun di dalamnya.

Hanya aku dan naga itu yang tersisa.

"Tak kusangka aku akan bertemu monster gila dan kuat seperti ini. Semuanya hilang saat dia terbangun, luas biasa! Melihat sosoknya yang menakutkan membuatku teringat sesuatu." Batinku seraya menatapnya dengan mengusap darah yang keluar dari mulutku.

Ini bukan sekadar mimpi biasa. Ini nyata, aku mulai menyadarinya setelah berpikir bahwa aku memang telah pergi ke dunia lain. Hal ini membuatku sedikit bingung, aku merasakan masih menggunakan tubuh asliku ketika berada di dunia sebelumnya. Seharusnya jika aku bereinkarnasi, hal seperti ini tidak akan terjadi.

Seharusnya aku menjalani hidup sederhana seperti pada cerita umumnya. Sepertinya aku dipindahkan dengan paksa untuk datang ke sini.

Aku nyengir bahagia setelah melihatnya terbangun. "Oh, sepertinya aku mulai percaya jika ini benar dunia lain."

3 Kepala metanapku dari kejauhan dengan menakutkan.

Dia berjalan perlahan ke arahku, setiap langkah kakinya menimbulkan getaran dahsyat yang membuat dimensi itu bergetar hebat dan meninggalkan kesan api neraka biru yang perlahan membakar dimensi itu setiap dia melangkahkan kakinya.

*DUMM!*

*DUMM!*

Tiba-tiba saat itu, langit-langit pun mulai terkelupas saat ia berjalan. Dimensi putih terbakar dan mulai menampilkan dimensi lain yang berbeda.

Tapi, aku tidak bisa melihatnya dengan jelas, itu seperti lukisan luar alam semesta yang tak terlukiskan. Aku yang melihatnya hanya bisa berpikir bahwa Naga itu adalah makhluk paling berbahaya yang pernah aku lihat dan mungkin dia adalah wujud atau entitas yang seharusnya tidak pernah ada di dunia ini.

Mungkin, karena aku tidak akan percaya sebelum melihatnya dengan mataku sendiri.

"Sepertinya itu bukan api biru biasa ... Api biru yang dapat menghancurkan apapun saat api itu membakarnya, ya? Aku tidak terlalu mengerti ... Ini tidak masuk akal."

Aku melihatnya, aura jahat kuat berwarna biru tua menyelimuti dirinya. Membuatku seluruh badanku kaku tak mampu bergerak, mataku tetap lurus memandangnya yang bergerak maju meskipun aku merasakan bahwa ini adalah takdir kematianku.

"Ada apa? Apakah kamu takut? Makhluk rendah sepertimu lebih baik mati."

Dia berbicara kepadaku seolah-olah dia sudah mengetahui semua yang ada di pikiranku sekarang.

"Kemana perginya semua keberanian yang kamu katakan tadi?! Apa itu hanya lelucon anak-anak? Teruslah bermimpi makhluk rendah!!"

"Cihh ... Menarik! Kalau aku punya kekuatan sepertimu, aku pasti akan melawanmu meski aku harus mati berkali-kali!!" Ucapku dengan angkuh saat mendengar perkataannya seraya mengejek.

Dia sudah berada tepat di depanku. Dia menundukkan 3 kepalanya, lalu aku melihat ke 3 kepalanya. 2 kepala kiri kanan menghampiri tubuhku, mereka seperti mencium sesuatu. Aku tak peduli apa yang mereka lakukan, aku hanya diam dan terus menatap bagian tengah kepalanya yang bisa berbicara.

Kami saling memandang dengan serius.

Dia berbicara kepadaku dengan nada tegas. ".... Manusia lemah sepertimu tidak pantas melihatku seperti itu!" Dia menatapku dengan tatapan maut.

Dia mengangkat kedua kepalanya lagi, mereka seperti temannya yang sedang berbisik tapi tidak bisa bicara.

Mereka seolah-olah sedang membicarakanku.

"Tidak mungkin ...." Dia kembali menatapku. "Mengapa manusia lemah sepertimu tidak merasakan kematian ketika mereka melihat Aura ketiadaan mutlakku … Bahkan gelembung alam semesta tanpa akhir tidak akan cukup kuat untuk menahan kehadiranku."

Mendengus mengejek. "Huh? Siapa yang peduli! "

Wanita itu tertawa puas. "Ahhahahahaahaahahaha ... Sepertinya ini akan menjadi cerita yang menarik dan panjang."

Ia mendongak, mengenali kehadiran suara wanita dari dimensi lain.

"Dia adalah ramalannya. Seseorang yang bisa setara denganmu ... Bahkan bisa melampauimu suatu hari nanti dan akan menghancurkan segalanya."

"Apa? Bisa setara dengannya? Apa arti semua ini. Aku bahkan sama sekali tidak mengerti. Sebenarnya siapa mereka? Apakah mereka beneran seorang dewa?" Batinku.

Naga itu tidak menyukai apa yang dikatakan wanita itu. "Apa?! Itu tidak mungkin! Kenapa kamu bisa bicara seperti itu padaku? Kau bahkan tidak layak mengatakan hal itu kepadaku!"

"Apakah kamu lupa sekitar 150 juta tahun yang lalu? Saat wanita itu menghampiri kita." Stillia memperingatkan dia tentang ramalan masa lalu.

"Sighhh ...." Dia mengingatnya dan membencinya. Tidak menerima bahwa orang sepertiku bisa menandinginya suatu hari nanti.

"Aku tidak akan pernah menerimanya! Tidak ada! Tidak ada apa pun di dunia ini yang dapat menandingi kekuatanku!!!!!!"

Kebencian yang membara terhadap sosok manusia yang membuatnya ingin menghancurkan segalanya, seketika Hexalus melebarkan kedua sayap besarnya dan mengaum dengan keras melepaskan Aura api berwarna biru tua pekat dari ketiga mulutnya.

"Gaaohhhhhhhh ....!!"

*KKrrrkkkkk!*

Dimensi putih tempatku berada perlahan-lahan retak, seperti kaca yang dipukul dengan palu dengan mudah.

*Kkrrrkkk!*

Dimensi putih hampir pecah menjadi beberapa pecahan kaca. Aku menahan hembusan angin sekuat tenaga. Kakiku perlahan terdorong ke belakang.

Tapi, kini aku tak mengerti kenapa aku bisa menahannya. Aku sendiri pun kaget seakan tak percaya siapa diriku yang sebenarnya.

"Eh...? Kenapa aku bisa menahannya sekarang? Sebelumnya aku tidak bisa menahan serangan angin ini bukan?"

"Sighhhh ...."

.

.

*CRAACKKK!*

Semuanya rusak hancur berkeping-keping.

Tiba-tiba ....

Nada santai keluar dari mulutnya. "Aku tidak akan membiarkannya, naga liar sepertimu harus menurut kepadaku."

Waktu berhenti dan detak jam terdengar.

Semuanya telah menjadi patung, waktu telah dihentikan oleh seseorang dengan sempurna.

Gerigi melingkar besar muncul di atas dimensi putih yang retak. Jam besar dengan angka romawi dan roda gigi berputar dengan pola tidak beraturan.

Tiba-tiba suara detik jam terdengar nyaring.

Jarum pendek bergeser 1 kali ke belakang menuju jam XII.

Portal berwarna biru langit muncul dari roda gigi melingkar jam besar. Perlahan, seseorang muncul dari portal. Mulai dari telapak kaki hingga kepalanya.

Dewi waktu segala pengetahuan.

Stillia

Salah satu dewi yang memiliki Eksistensi tertinggi dengan wujud eksistensi lainnya.

Stillia adalah Dewi maha tahu, dia bisa melihat apapun hanya dengan menggunakan sebelah mata kanannya yang seperti jam dengan warna mata biru, bahkan dirinya bisa mengetahui sejarah apapun hanya dengan meneteskan satu tetesan darah (Hades) ke dalam berbagai gelembung dunia tanpa batas untuk mendapatkan apa yang dia inginkan dan menyelesaikan tugasnya sebagai dewi pengatur waktu dari seluruh ciptaan alam semesta.

Ini adalah wujud normalnya dan bukan penampakan dari tubuh aslinya.

Mengenakan gaun putih bermotif emas bercahaya, kristal biru di dadanya dengan rambut twintail pirang seperti malaikat, serta mata merah sebelah kanan dan kanan biru tua sebelah kiri yang berbentuk jam terlihat sangat indah dan mengenakan lingkaran emas dengan 3 kristal api yang menyala di belakang tubuhnya.

Stillia memandang sekeliling dengan tatapan sinis, dia melihat aku dan naga itu menjadi patung hias. Mengangkat satu tangan dan mengucapkan mantra sihir.

"Haziel ...."

Kemudian waktu di mundurkan dengan cepat, bersamaan dengan putaran jarum jam yang terus berputar perlahan.

Segala peristiwa dan kejadian yang telah terjadi di tempat itu seketika berbalik seperti semula tanpa ada kerusakan sedikitpun.

Ini sangat mudah dan sepele baginya. Seperti sebuah cerita pendek yang ditulis ulang olehnya.

Roda jam terus berputar, semua keretakan pecahan dimensi kembali ke keadaan semula.

Dimensi putih yang sebelumnya hancur kemudian muncul kembali, menampakkan ruangan pertama dengan tanah bundar dan pohon besar disana.

Semuanya kembali normal kecuali aku dan naga itu yang masih kaku mematung. Dia perlahan turun dari udara dan mulai menginjakkan kakinya.

Dia menoleh ke arah naga itu dengan tatapan serius.

"Hmmmmmm ... Sepertinya ini belum selesai." Dia merasakan ada sesuatu yang sedang bergerak, mencoba merobek selembar kertas dari dimensi lain dengan cakarnya.

.

.

******