* DILATIH MAMIH*
Lalu Mamih bertolak pinggang di depanku, sambil berkata,
"Sekarang kamu akan menempuh latihan. Agar jangan mengecewakan wanita - wanita yang membayarmu nanti ya. "
"Siap Mamih, " sahutku sambil berdiri tegak, dengan tongkat yang masih ng*ceng.
Mamih memegang kedua bahuku sambil berkata,
"Anggap saja sekarang kamu sedang berhadapan dengan wanita yang akan membayarmu.
Kamu harus tau apa yang sebaiknya kamu lakukan.
Pertama ... lepasin gaunku. " ucap Mamih.
Mami membelakangiku, sehingga aku tahu bahwa di bagian punggung gaunnya ada ritsleting yang harus diturunkan.
Maka kuturunkanlah ritsleting itu. Setelah ritsleting itu diturunkan dengan mudah aku bisa menurunkan gaunnya, sampai terlepas dari sepasang kaki Mamih.
Mamih yang membelakangiku berkata,
"Sekarang beh*nya kamu lepasin.
" Kuikuti saja permintaan Mamih itu.
Kulepaskan kacing kait penutup gunung kembarnya yang terletak di bagian punggungnya.
Mamih sendiri yang menanggalkan beh*nya, lalu melemparkannya ke atas bed.
Mamih masih membelakangiku. Dan berkata,
"Kalau aku ini wanita yang membayarmu, kamu harus aktif.
Jangan berdiam pasif.
Coba katakan apa yang ingin kamu lakukan sekarang seandainya aku ini wanita yang membayarmu ?"
"Mung ... mungkin ingin memegang pant*t Mamih yang gede dan indah sekali bentuknya ini, " sahutku...
"Peganglah ...
rem*slah ... ..
tepok - tepok juga boleh ... " ucap Mamih yang masih membelakangiku..
Aku pun langsung melakukannya.
Memegang bok*ng gede Mamih, merem*snya dan menepuk - nepuknya.
Namun kedua tanganku ditarik oleh Mamih ke depan, kemudian diletakkan di permukaan sepasang gunung kembarnya.
"Agar wanita membayarmu cepat h*rny, peganglah gunung kembarnya.
Lalu remas dengan lembut. Mainkan pent!lnya dengan jarimu. "
Lalu aku meremas gunung kiri Mamih, gunung yang belum jelas bentuknya karena aku meremasnya dari belakang Mamih.
Sementara tangan kananku diarahkan oleh Mamih, untuk mengelus pentil gunung kanannya dengan ujung telunjukku,
sedangkan jempol dan jari tengahku untuk menjepit pentil itu.
Mamih membiarkan kedua tanganku beraksi beberapa menit. Kemudian ia bertanya,
"Pernah jilatin mem*k ?"
"Sering,..! karena saudara sepupu saya selalu ingin dijilatin mem*knya setiap kali mau bers*tubuh. " sahutku.
Tiba - tiba Mamih memutar badannya, jadi berhadapan denganku.
Sambil tersenyum ia mengusap - usap mem*knya. Dan berkata,
"Kalau begitu jilatin mem*kku sekarang ya. Biar latihannya lancar."ucap mamih.
"Iya Mamih, " sahutku spontan.
Karena sejak tadi pun aku sudah ingin menjilati mem*k Mamih yang bersih dari jemb*t itu, tapi belum ada instruksi dari Mamih.
Lalu Mamih melangkah ke arah springbednya yang dilapisi kain seprai berwarna pink.
Di situlah Mamih celentang sambil mengusap - usap mem*knya.
"Kamu harus tel*njang dulu Jon. "
"Iya Mam, " sahutku sambil melepaskan sepatu dan kaus kakiku,
lalu menurunkan celana jeans dan celana dalamku, sampai terlepas dari kedua kakiku.
kulepaskan juga baju kausku, sehingga aku jadi telanjang bulat seperti Mamih.
Lalu aku naik ke atas springbed Mamih.
"Joni ... badanmu bagus sekali, " kata Mamih,
"Kamu sering olahraga ya ?"
"Iya Mamih. "
"Menurutmu ... aku ini seperti apa ?" tanya Mamih.
Aku yang sudah terbiasa memuji orang lain, lalu menyahut,
"Mamih ... ya cantik ya manis pula. Tubuh Mamih pun luar biasa indahnya.
Mudah - mudahan para wanita yang akan membayarku kelak seperti Mamih semua. "
"Hihihiii ... gak mungkinlah ... wanita - wanita yang akan membayarmu itu,
ada yang agak muda, ada yang lebih tua dariku.
Ada yang item, ada yang putih.
Ada yang gendut ada yang kurus. Ada cantik, ada yang jelek, " kata Mamih.
Lalu kata Mamih lagi,
"Tapi mereka semua orang - orang tajir. Karena itu kamu harus bersikap sebaik mungkin kepada mereka.
Jangan sampai ada yang kapok, akibat sikap dan perilakumu yang kurang sopan. "
"Iya Mamih. Petunjuk dari Mamih akan kuingat terus, " sahutku sambil berlutut di antara kedua kaki Mamih yang mengangkang.
Lalu aku menelungkup, dengan wajah berada di atas mem*k Mamih. Dan mulai mengusap - usap permukaan mem*k yang lumayan tembem itu.
dengan penuh nafsu kuciumi permukaan mem*k Mami.
Lidahku pun mulai kujulurkan, untuk menyapu - nyapu mem*k Mamih yang agak ternganga sehingga bagian dalamnya yang berwarna pink itu terlihat jelas olehku.
Mamih mulai terasa mengejang - ngejang. Kedua tangannya pun mengusap - usap rambutku.
Terlebih setelah aku menyelinapkan jari tengah dan telunjukku ke dalam celah mem*knya, sementara lidah dan bibirku terkonsentrasi untuk menjilati dan mengisap - isap kelent!tnya.
Mamih pun mulai mendesah dan merintih perlahan,
"joni...
ooooh ...
Joni ... ternyata kamu sangat ...
sangat pandai jilatin ...
jilatin mem*k ....
oooh ... Joni ... jilatin dan isep terus 1tilnya
Jooonn ... oooohhh ... ini enak sekali Jooniii... "
Mamih menggeliat - geliat terus, sambil merintih - rintih perlahan.
Tangannya bukan cuma mengusap - usap rambutku lagi.
Kini rambutku diremas - remas, terkadang dijambak - jambak.
Ini mengingatkanku pada iis, saudara sepupu yang usianya 10 tahun lebih tua dariku. Tapi dia harus manggil Kang padaku, karena ibunya adik almarhumah ibu kandungku.
Aku masih ingat bahwa Iis yang saat itu menjanda, merupakan pengalaman pertamaku merasakan hubungan s3x.
Iis selalu ingin dijilatin mem*knya sebelum kusetubuhi.
Sehingga aku cukup berpengalaman dalam soal jilmek. Dan kini aku berhasil membuat Mamih terlena - lena, dengan tubuh menggeliat - geliat, dengan nafas berdesah - desah.
Terlebih ketika kelentitnya kuhisap - hisap sekuatnya, terasa tubuh wanita setengah baya yang cantik itu tergetar - getar dibuatnya.
Sampai pada suatu saat, kedua telapak tangan Mamih mendorong kepalaku.
"Cukup Jon ... masukkan aja kont*lmu. "
Tanpa buang waktu, aku pun berlutut di antara kedua kaki Mamih yang meng*ngkang, sambil meletakkan moncong kontolku di mulut mem*knya yang sudah basah itu.
Sambil berlutut dan membungkuk pula kudesakkan kont*lku sekuat tenaga.
Langsung membenam ke dalam liang mem*k yang sudah licin ini. Tapi tidak bisa masuk semuanya, karena mentok di dasar liang Apem Mamih.
"Duuuh ... kont*lmu memang panjang sekali ... sampai nabrak dasar liang mem*kku ... " ucap Mamih terengah,
"nanti pasti banyak ibu - ibu yang ketagihan sama kamu ...
ayo entotin Jon ... "
Mendengar instruksi itu aku langsung mengayun Tongkat yang sudah berada di dalam liang mem*k Mamih.
Mamih pun menarik kedua lenganku, sehingga dadaku terhempas ke sepasang gunung Mamih yang berukuran sedang dan masih lumayan padat kenyal itu.
"Sambil mainin gunungku Jon, " ucap Mamih ketika entotanku mulai lancar.
Lalu Mamih memberi petunjuk bagaimana cara memainkan toket yang benar.
Bahwa aku boleh meremasnya, tapi jangan terlalu kuat, karena bisa menyakitkan pasangan seksualku nanti.
Mamih juga menganjurkan untuk mengulum pentilnya sambil menjilatinya di dalam mulutku.
Mamih juga menganjurkan untuk menjilati lehernya. Bahkan ketiaknya juga.
Karena bagian - bagian sensitif itu akan menimbulkan kenikmatan tersendiri bagi wanita yang kusetubuhi.
Mamih juga ngasih tahu, bahwa sebagian wanita senang kalau Sang Gigolo memakai kondom pada waktu menyetubuhinya.
Tapi banyak juga yang tidak suka benda yang terbuat dari karet itu.
Jadi sebaiknya aku selalu membekal kondom setiap mau berkencan dengan wanita yang akan membayarku.
Banyak lagi petunjuk dari Mamih, yang harus kucamkan di dalam hati.Lalu kulanjutkan lagi "latihan" dengan Mamih ini.
Ternyata aku mendapat pujian. Mamih berkata,.
"kont*lmu luar biasa panjangnya Jon. Pasti bakal banyak wanita yang ketagihan nanti.
Soalnya enak sekali.
Puncak kont*lmu bisa terus - terusan menyundul dasar liang mem*kku begini ...
lagian wajahmu tidak mengecewakan. Kamu lebih tampan daripada Zaki. "
Kebetulan pula aku cukup tangguh pada waktu menyetubuhi Mamih ini.
Sudah bermacam - macam posisi kami lakukan, sehingga Mamih sudah orgasme 2 kali.
Tapi aku tetap tangguh dan belum terasa gejala - gejala mau ngecrot.
Aku benar - benar digembleng oleh Mamih, untuk membentuk diriku sebagai lelaki muda yang tangguh dan memuaskan di atas ranjang.
Mamih pun menasehatiku, agar selalu berdandan rapi sebelum ketemuan dengan wanita yang akan "menyewaku".
Aku juga harus selalu menjaga sopan santun waktu sedang bersama dengan "klien".
Ya, Mamih menyebut wanita - wanita yang suka memakai jasa gigolo itu sebagai klien. Sebelum pulang, aku masih sempat mendengar bisikan Mamih,
"Kapan - kapan kalau aku pengen dientot sama kamu, harus mau ya. " kata mamih.
"Iya Mamih. " sahutku
Lalu Mamih memberikan 5 lembar uang seratusribuan.
Buat membeli vitamin dan suplemen, katanya.
Hari sudah larut malam ketika aku meninggalkan rumah Mamih.
Setibanya di rumah Zaki, ternyata sahabatku itu sudah ada di rumah lagi.
"Kok udah pulang ? Kirain mau nginep bersama wanita yang nyewa loe, " kataku.
"Wanita yang punya suami sih gak bisa nginep. Kecuali kalau suaminya sedang jauh atau ke luar negeri, baru bisa nginep.
Ohya, tadi ngapain aja di rumah Mamih ? Dikasih perempuan untuk latihan ngewe ?"ucap zaki.
"Sama Mamih sendiri. " sahutku.
"Haaa ?! Jadi latihan eweannya sama Mamih ?"ucap Zaki kaget.
"Iya. Sampai berjam - jam. " sahutku.
"Hahahaaa ... berarti nasib loe bagus Jon. Gue aja gak dilatih langsung sama Mamih. " ucap zaki
"Kirain semua gigolo dilatih sama Mamih. " ucap joni
"Berapa ronde main sama Mamih tadi ?" tanya Zaki.
"Tiga ronde. Makanya sampai berjam - jam. Mamih ingin tau ketangguhan gue seberapa kuat.
Karena kadang - kadang suka ada dua atau tiga wanita yang membooking seorang gigolo, katanya. " jawab joni.
"Berarti loe lulus trainingnya dong...? " tanya zaki.
"Lulus. Malah gue dikasih duit lima ratus ribu. Buat beli vitamin dan suplemen katanya. " jawab joni.
"Wah sukurlah. Berarti loe bakal jadi kesayangan Mamih tuh. " ucap zaki.
"Gue sih gak terlalu ngarepin masalah itu. Sekarang ini cita - cita gue sih pengen banyak duiiiit ... itu aja. "ucap joni.
"Soal duit sih akan datang dengan sendirinya setelah loe bisa nyenangin orang. " ucap zaki
"Ohya, menurut loe apa yang paling menyenangkan hidup sebagai gigolo itu Zak?" tanya joni.
"Gue sih enjoy banget Jon. Rasanya pekerjaan gue selalu nyenengin.
Soalnya gue bisa nyobain bermacam - macam mem*k wanita setengah baya.
Sedangkan gue udah lama seneng banget sama wanita setengah baya.
Kadang gue mikir gak dikasih duit juga gakpapa, asalkan bisa ngentot mem*knya aja.
Hahahaaaa .... !"
jawab zaki sambil tertawa.